"Siapa yang tukang fitnah? " tanya seseorang di belakang mereka dengan suara dingin.
Mereka yang berdebat tadi langsung menunduk dan terdiam mendengar suara tadi.
"Berbalik lah kalian! Aku tidak suka berbicara dengan membelakangi! " ucap nya dengan tegas.
Mereka membalikkan badannya satu persatu dengan masih tetap menunduk.
"Angkat wajah kalian semua dan berikan jawaban atas pertanyaan saya tadi! " ucap Sandra dengan tegas dan tajam.
Yah, orang yang berbicara dingin tadi adalah Sandra. Ia tiba-tiba saja ingin ke dapur memesan makanan untuk nya karena ia pengen ngemil sambil memeriksa laporan yang ada di atas mejanya.
Tapi, ketika ia akan kembali ke ruangannya, ia tiba-tiba mendengar suara yang memerintah dengan keras dan karena penasaran ia mendatangi suara tersebut. Dan di sini lah sekarang ia berada, di hadapan pelayan yang tadi berdebat dengan yang lain nya.
"Kenapa diam saja! Ayo bicara! " ucap Sandra dengan tegas.
"Dan kau! Jangan diam saja! Kemana nyali mu tadi yang berteriak keras kepada temanmu yang lain hah! " tuding Sandra lagi kepada pelayan yang bertubuh besar tadi.
Mereka semua masih menutup mulutnya, tidak ada yang berani membuka mulutnya. Sandra pun tidak kalah akal, ia tersenyum memikirkan beberapa ide gila yang ada di kepalanya.
"Baiklah jika tidak ada satupun yang mau bicara, aku akan memberitahu Tata bahwa ada 4 orang pelayan yang mesti di pecat hari ini juga. " ucap Sandra dengan enteng.
"Ampun Nyonya, ampun... Saya akan bicara! "ucap pelayan pria yang ada di antara mereka.
"Dia, orang yang selama hampir 5 bulan ini bertindak semena-mena terhadap kami para pelayan. Hanya karena ia ditunjuk Pak Dika untuk mengawasi para karyawan disini, ia juga seorang tukang fitnah. Dia selalu memaksa kami untuk melakukan semua pekerjaan nya dan jika ada yang salah kami yang ia salahkan. Dia selalu mengancam kami agar selalu menuruti semua perkataan nya karena dia bilang kalau dia orang kepercayaan Pak Dika, Nyonya! " ucap karyawan pria tadi mengebu-ngebu dengan geram menunjuk perempuan bertubuh gemuk.
"Bohong Nyonya, dia berkata bohong! " jawab perempuan bertubuh gemuk yang di bajunya bernama Rosalia.
"Demi Allah saya tidak bohong Nyonya! Saya berani bersumpah! Saya melihat dengan mata saya sendiri ketika ia menjadi saksi atas pemecatan mbak Amel. Padahal ia saat itu sedang tidak ada pada waktu kejadian karena lagi keluar membuang sampah. Tapi kenapa ia bisa menjadi saksi tiba-tiba yang mengatakan kalau Mbak Amel yang mencuri uang restoran. Dia yang membuat Mbak Amel di pecat dari restoran ini. " bantah karyawan pria tadi dengan menahan amarah.
"Apa yang di katakan Fajar memang benar Nyonya.. Saya juga berani bersumpah kalau semua yang di katakan nya adalah benar. "ucap karyawan perempuan berambut pendek yang bernama Ayu.
"Rosalia... Nama yang bagus! Saya perintahkan kamu untuk datang keruangan saya setelah restoran ini di buka! Jangan coba-coba untuk kabur karena saya tidak segan-segan untuk menghabisi siapapun yang menentang keputusan saya! Ingat itu! Ayo sekarang bubar! Restoran sudah waktunya untuk di buka! " ucap Sandra dengan tegas dan dingin.
Setelah membubarkan mereka, Sandra menghubungi Tata agar mampir ke restoran ketika ia sudah selesai dengan urusannya karena ada hal penting yang akan ia bahas ketika bertemu.
Restoran pun di buka seperti biasanya dan para pengunjung sudah mulai berdatangan satu persatu sehingga membuat aktivitas para karyawan aktif masih dalam tahap yang wajar.
Sandra merenggang kan tubuhnya yang sedikit kaku karena terlalu lama duduk memeriksa laporan yang ada di atas mejanya.
"Alamak.. Kerja cuma duduk saja capek, apalagi sampai semua tubuh yang bergerak, pasti capek kali. Mak e... Susah kali rupanya cari duit ini! " keluh Sandra dengan wajah lelah.
Ia pun berdiri dan melakukan gerakan-gerakan ringan yang lumayan membuat tubuhnya sedikit rileks dan tidak kaku lagi.
"Hais... Sudah jam sebelas ternyata. Gak terasa sudah dua jam rupanya aku duduk di kursi panas itu. Lebih baik aku keluar saja lah dulu, lumayan mengawasi sambil cuci mata, siapa tau ketemu yang bening-bening. " gumamnya dengan tersenyum lebar.
Sandra pun keluar dan tak lupa mengunci ruangan tersebut dan berjalan melihat situasi restoran yang sudah mulai ramai karena hampir memasuki jam makan siang.
Ketika ia berjalan ke arah luar, ia tidak sengaja mendengar keributan dari arah pendopo-pendopo kecil yang sengaja di buat kalau pengunjung bosan makan di dalam ruangan.
"Ada apa ini ribut-ribut? " ucap Sandra dengan keras sehingga keributan itu seketika terhenti.
"Saya ingin bertemu manager restoran ini! Saya mau komplain! " sahut seorang wanita paruh baya yang dengan dandanan cetar membahana protes.
"Saya penanggung jawab restoran ini! Ada yang bisa saya bantu Bu? " tanya Sandra dengan tegas.
"Saya tidak suka dengan OB ini! Gara-gara dia ngepel gak kering, saya jatuh terpeleset nih di depan pintu toilet. Baju saya sampai kotor begini! Pokoknya saya minta ganti rugi! " jawab Ibu-ibu itu dengan ketus sambil menunjuk-nunjuk Dika.
"Eh Buk.. Saya ngepel udah benar. Ibu nya aja yang jalan gak pake mata, asyik mainin HP. Enak saja saya yang di salahin! " balas Dika tidak kalah geram.
"Heh... Gak usah ngeles kamu! OB kerjaannya gak bener banget! Jelas-jelas ember kamu itu menghalangi jalan saya! " jawab Ibu-ibu itu tidak mau kalah.
"Dasar Ibu-ibu gila! Jatuh sendiri orang lain di salahin! " ucap Dika dengan kesal.
"Kurang ajar kamu ya... Ngatain saya gila! Kamu tuh yang gila! " jawab Ibu-ibu tersebut dengan wajah merah padam.
"Sudah.. Sudah... Berhenti saling menyalahkan kan! Lebih baik sekarang kita ke ruang kontrol untuk melihat CCTV bagaimana kejadian ini terjadi. " bentak Sandra menengahi pertengkaran mereka yang tidak mau mengaku salah.
Ibu-ibu itu menekuk wajahnya dengan masih menggenggam erat tangannya dan Dika melengos ke arah lain dengan wajah kesal bin dongkol. Mereka berdua di iringi Sandra berjalan menuju ruang kontrol untuk melihat detail kejadian tersebut agar tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
Setelah sampai di ruang kontrol, Sandra langsung meminta izin Pak Sukri penanggungjawab ruang kontrol untuk melihat CCTV tentang kejadian yang menyebabkan keributan tadi. Sandra menyuruh Dika dan Ibu-ibu itu mendekat agar bisa melihat dengan jelas rekaman tersebut.
Setelah melihat rekaman tersebut dari awal hingga akhir, mereka berdua hanya diam membisu.
"Sekarang sudah jelas kan kalau kalian berdua sama-sama salah. Dan kamu Dika lain kali jangan taruh ember pel sembarangan kalau restoran sedang ramai. Dan untuk ibu, tolong di tengok kalau jalan, jangan hanya karena asyik dengan HP membuat ibu celaka dan menyalahkan orang lain. Saya harap kejadian tadi tidak terulang lagi untuk ke depannya. Kalian berdua paham?? " ucap Sandra dengan tegas sambil melipat kedua tangan di dada.
Mereka pun keluar dari ruang kontrol dengan wajah yang tidak bisa di tebak. Baik Dika maupun ibu itu pergi tanpa saling meminta maaf terlebih dahulu.
Sandra pun juga pergi melihat keadaan restoran yang sempat ramai karena menarik perhatian pengunjung lewat kejadian tadi.
"Alhamdulillah.. Semua berjalan normal kembali.. Huh.. Susah juga rupanya meng-handle sebuah restoran. Apa lagi kayak si Butet yang punya sembilan restoran.. Bisa-bisa botak kepalaku kalau kayak gini ngurusnya! " gumam Sandra pelan sambil melihat di sekelilingnya.
"Siapa yang botak?? " ucap seseorang di dekat telinga Sandra.
"Astaga naga makan kobra!!! " teriak Sandra dengan melonjak kaget.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beraktivitas ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Diah Susanti
keselek gk ya kalo naga 🐉 makan cobra
2023-06-10
0
febrianty🌹
lanjut
2022-04-20
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya
2022-04-20
5