“Ah, yang mulia sudah tiba.” Ujar Rina yang membuat simo langsung menatap ke atas melihat sang ratu peri dan beberapa pengawalnya beterbangan menghampirinya.
“salam yang mulia ratu.” ucap simo dan Rina yang membungkuk seraya tangan kanannya berada di dada.
Sang ratu mengangguk
“syukurlah kau masih bisa mengalahkan kumpulan raksasa itu dan kembali tanpa terluka sedikit pun. Kau seperti kakekmu yang selalu hebat dalam bertarung.” Puji ratu.
“terima kasih atas pujiannya yang mulia ratu. Ngomong-ngomong apa yang mulia tahu di mana keberadaan kakekku.”
Ratu peri mendesah lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. “tidak ada informasi apa pun yang aku terima dan kau jangan khawatir aku mendapat informasi tidak ada jejak raksasa yang berhasil kembali, jadi kemungkinan kakek mu masih hidup dan mungkin sedang menyembuhkan dirinya.”
“Yang mulia apakah anda melihat ada orang asing yang berkeliaran di hutan ini?” Simo sedari tadi sangat penasaran apakah dugaannya benar atau tidak.
Ratu terlihat sedang berpikir dan mengingat-ingat aktivitas kesehariannya di hutan. “aku tidak melihatnya, tetapi mungkin ada di antara kami yang melihatnya.” Ratu lalu memandang salah satu pengawalnya, mengisyaratkan untuk menanyakannya yang di jawab anggukan olehnya kemudian undur diri.
“Kau tenang saja, aku sangat mengenal aoba, dia tidak akan mudah mati.”ucap ratu untuk menenangkan simo.
“Terima kasih yang mulia.”
“ah ya, kau sudah berjasa terhadap bangsa peri aku akan memberikanmu gelar pahlawan yang telah berjasa menyelamatkan bangsa peri oleh karena itu aku akan memberikanmu sebuah hadiah.” Ratu memandang salah satu pengawalnya, memberikan instruksi yang di jawab anggukan olehnya.
“Maaf, yang mulia, bukannya hamba tidak mau, tetapi hamba tidak pantas untuk di beri gelar seperti itu. Hamba melawan para raksasa itu karena memang kewajiban hamba untuk mencegahnya. Beberapa hari yang lalu kakek hamba memang sudah menyadari adanya serangan itu dan juga serangan raksasa itu disebabkan karena hamba membunuh semua teman-temannya seharunya dalam penyerangan itu hambalah yang menjadi penyebabnya dan layak mendapatkan hukuman. Jika saja hamba membiarkan para raksasa sebelumnya melarikan diri mungkin itu tidak akan terjadi.” Jelas simo dengan panjang dan memang itu sebenarnya.
Ratu peri, Rina dan Lia mendesah.
“kau sungguh naif! Jika raksasa itu kau berikan lari maka mereka akan kembali lagi dan lagi. Hutan kami jika tanpa adanya aoba Mungkin sudah rata dengan tanah dari dulu. Kau jangan pernah membiarkan satu pun raksasa lari, kau harus membunuhnya. Apa kau tahu, bangsa raksasa adalah bangsa yang haus akan kekuasaan dan kekayaan, mereka tidak akan segan-segan membunuh ras lainya. bahkan mereka bisa saja membunuh dan mengorbankan bangsanya untuk kepentingan pribadinya.”
Simo terkejut setelah mendengar penjelasan ratu peri dan merasa lebih senang karena dia dapat membantai para raksasa itu di kemudian hari dan tentunya untuk berlatih dan memuaskan keinginan untuk bertarung. “jika begitu hamba tidak akan membiarkan satu raksasa pun melarikan diri.”
“Nahh, seperti itu baru kau layak sebagai cucu aoba. Baiklah kau terima ini.” Saat mengatakan itu ratu peri sudah mengambil permata hijau dari pengawalnya yang baru datang.
Simo mengambilnya dan memperhatikannya sebentar. “ untuk apa ini yang mulia?” Tanya sini seraya memandang sang ratu yang melayang.
“itu adalah permata yang kami buat untuk setiap orang yang memiliki jasa besar terhadap ras peri. Permata itu dapat kau gunakan untuk meningkatkan kekuatan dan dapat meminta permintaan dari salah satu penghuni hutan ini, sekali dalam sehari.”
“yang mulia bukankah ini terlalu berharga.” Simo merasa tidak pantas untuk mendapatkannya. apalagi dia bukan dari ras peri dan baginya ras perilah yang layak mendapatkannya.
“Tidak, kau pantas. Jangan pernah kau kembalikan itu lagi ya karena saat sudah bersentuhan dengan tangan penerima, tidak akan bisa kembali lagi. Jika kembali permata itu akan hancur.”
Mendengar itu simo hanya dapat menerimanya. “terima kasih yang mul...” tiba-tiba saja suara yang familiar terdengar. Semua peri memusatkan perhatiannya kepada simo.
“ah, aku belum makan dari pagi.” Ucap simo dengan malu-malu.”
Ratu mendesah dan meminta pelayannya untuk membawakan makanan.
Rina dan Lia yang berada di tempat tidak bisa menahan tawanya. Mereka tertawa kecil menikmati wajah malu-malu simo.
“Baiklah aku akan menemuimu setelah makan siang.”
“Baik yang mulia.”
Sang ratu lalu berterbangan masuk ke dalam istana meninggal Lia, Rina dan simo.
“Aku tidak menyangka perutmu itu tidak bisa di ajak berkerja sama di saat yang penting seperti itu hi... hi... hi..” ucap Rina seraya tertawa kecil.
“simo laim kali kau harus memberikan jatah untuk perut mu dulu sebelum melakukan aktivitas yang lainya.” Timpa Lia.
Mendengar itu simo hanya bisa pasrah dan pura-pura tidak mendengarnya. Rasa laparnya memang sudah melilit tubuhnya sejak tadi pagi, tetapi karena dia selalu sibuk dia tidak sempat makan dan itu lah yang terjadi. Perutnya tidak bisa di ajak berkerja sama. Simo lalu duduk di tempat yang sama saat dia duduk tadi. Mukanya sekarang pucat dan lemas. Bahkan berbicara pun dia sangat malas. Simo sekarang hanya ingin makan.
Lia dan Rina melihat itu hanya diam saja, mereka menyadari simo terlihat sangat lemah sekarang dan perubahan mukanya itu sangat drastis dan cepat.
Tidak beberapa lama datang dua pelayan yang membawa makanan. Simo yang melihatnya merasa kecewa, tapi dia tidak bisa menolaknya. Makanan peri dan makanan manusia berbeda terlalu jauh dari segi ukuran.
Pelayan itu membawa beberapa buah-buahan,bunga dan madu yang semuanya berukuran sangat kecil.
“maaf tuan, kami hanya bisa menyediakan ini saja.” Kata salah satu pelayan yang menyadari kekecewaan pada simo.
“Kau tidak perlu meminta maaf.” Ucap Rina yang mendekati salah satu pelayan. “aku bisa mengubah ukuran makanan ini selaras dengan makanan manusia.” Rina mengambil makanan dari pelayan itu. “sekarang kau bisa pergi biar kami yang mengurus sekarang.”
“Baik.”
Lia mendekati salah satu pelayan dan meminta makanan lalu menyuruhnya kembali. Setelah dua pelayan itu kembali, Lia dan Rina menaruh kedua makanan itu di tanah lalu mereka mengalirkan energi bening ke dalam makanan. Tidak beberapa lama makan itu menjadi besar dan setara dengan makanan manusia.
Tanpa bertanya simo langsung memakannya.
“pelan-pelan simo, kau bisa tersedak.” Saran Rina yang khawatir melihat simo makan dengan lahap, tetapi karena simo terlalu lapar, dia tidak mendengarkan saran dari Rina.
Rina hanya bisa mendesah dan menggelengkan kepalanya.
Lia yang melihat hanya bisa tertawa kecil.
Setelah selesai makan. Simo beristirahat dan menunggu hasil dari pertanyaannya yang tadi.
Lia dan Rina masuk ke dalam istana untuk mengabarkan sang ratu.
Akhirnya sang ratu dan para pengawalnya pun datang menghampiri simo. Simo lalu memberi salam dan menanyakan tentang kakeknya.
“dugaan mu benar, ada orang asing yang berkeliaran di hutan ini, tapi dari tingkat kultivasinya, dia tidak mungkin bisa mengalahkan aoba.”
“yang mulia mungkin mereka berkelompok atau menyembunyikan kekuatannya.”
Ratu peri menggeleng kecil. “jika menyembunyikan kekuatan, itu tidak mungkin bisa di lakukan di hutan peri, bahkan jika itu tingkat tertinggi pun tetap tidak bisa menyembunyikannya.” Apa yang di katakan ratu peri memang benar. Hutan peri bukan seperti hutan pada umunya, hutan peri adalah eksistensi yang khusus dan sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam. Selain itu hutan peri memiliki akar-akar yang selalu berhubungan antara satu dan lainya dan setiap orang yang menginjaknya, akar-akar itu akan mengukur tingkat kekuatannya.
“jika berkelompok.” Ratu peri melanjutkan. “ dan sudah menyerang aoba seharusnya sudah ada korban jiwa. barangkali darah, bekas pertempuran atau pun jejak, tetapi semua peri tidak ada yang melihatnya kecuali melihat orang asing itu saja dan orang itu pun terlihat sehat-sehat saja.”
Mendengar itu simo menjadi lebih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
“Maaf simo mungkin aku tidak bisa membantu lagi, selepas menggunakan pelindung itu aku hanya peri yang memiliki gelar ratu saja, tanpa kekuatan.”
“Tidak apa-apa yang mulia.”
Ratu peri mengangguk dan meninggalkan simo. Haya itu saja yang ingin disampaikan oleh ratu peri. Sebelum meninggalkannya dia memberi isyarat kepada Lia dan Rina untuk membantu simo.
“Simo, apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Lia selepas ratunya sudah memasuki istana.
“mungkin aku harus mengambil pedangku dulu kemudian mencari kakek.”
“untuk pedangmu, kau tidak perlu khawatir lagi.” Lia mengambil permata dari bajunya kemudian mendekapnya dengan kedua tangan di depan dadanya. Seketika permata itu bercahaya hijau dan samar-samar muncul pedang yang melayang di depannya.
Permata yang di bawanya adalah alat yang penyimpanan seperti dompet, tapi bedanya penyimpanan itu memiliki ukuran yang kecil dan semua barang yang ada di dalamnya terlindungi oleh segala cuaca, pencurian. dan untuk membukanya mereka harus memiliki kontrak dengannya terlebih dahulu dan jika tidak itu sangat mustahil untuk di buka.
“i-ini.” Kata simo. Dia tidak percaya dengan apa yang ada di depannya.
“ya, ini adalah pedang pertamamu.” Kata Lia.
Pedang itu kemudian pergi menuju tangan simo. Simo memperhatikan pedang di tangannya. Pedang itu memiliki panjang 5 meter dan lebar beberapa cm oleh karena itu pedang itu terlihat langsing, tapi sangat berbahaya dan sangat pas untuk di ayunkan.
Simo mulai meraba-raba bilah pedang di tangannya. Dia masih merasakan sentuhan besi yang sama, yang saat dirinya dulu. Sudah 2 tahun pedang itu menghilang akhirnya kembali ke tangannya lagi. Pedang itu merupakan hadiah kakeknya yang sangat berharga, tetapi simo menghilangkannya dan beruntung sekali pedang itu kembali ke tangannya.
“Di mana kau menemukannya?” tanya simo seraya memperhatikan setiap bagian pedang itu.
“soal itu....” Lia memandang Rina seolah meminta ijin dan di jawab gelengan kecil darinya seolah Rina mengerti apa yang hendak Lia sampaikan. Rina lalu meletakan jari telunjuk di depan bibinya lalu tersenyum manis.
Lia berbalik menatap simo yang masih sibuk meraba-raba pedangnya “soal itu, aku tidak sengaja menemukannya. Saat aku berjalan-jalan di hutan.”
“Kapan kau menemukannya?” tanya simo.
“E.....sejak satu bulan yang lalu.” Jawab Lia dengan cepat.
Simo memandang Lia seraya mengerutkan keningnya. Dia heran pedang yang dua tahun menghilang dan baru satu bulan di temukan tidak ada karatan sedikit pun. “bagaimana bisa pedang itu tidak mengalami kerusakan sedikit pun?”
“soal itu.....kenapa kau banyak bertanya sih!? Bukankah akan lebih baik jika pedang itu kembali dengan utuh dan seharusnya kau itu berterima kasih dengan ku bukan sebaliknya menanyakannya hal-hal seperti itu.” seketika Lia membentak. Sepertinya dia sudah kehabisan akal untuk membohongi simo.
Simo tahu Lia berbohong, tapi dia tidak melanjutkan investigasinya. Dia menyadari mungkin ada sesuatu yang penting yang tidak ingin Lia sampaikan dan itu mungkin sangat penting.
Rina yang melihatnya sahabatnya tidak bisa menahan tawa. Dia tertawa kecil seraya menutup mulutnya supaya tidak kedengaran oleh Lia.
Tentu saja Lia tahu Rina sedang menertawakannya. Dia terlihat sesekali melemparkan tatapan aneh kepada Rina yang membuat Rina seketika bungkam.
“Baiklah, aku berterima kasih kepadamu.” Ucap simo datar dan tidak terpengaruh oleh bentakan Lia.
“baiklah, ayo kita menelusuri beberapa tempat yang menurut ku sepertinya ada sesuatu yang mungkin akan membantu.” Ucap Lia .
Simo mengangguk seraya membungkus pedangnya dengan kain yang selalu dia bawa.
Setalah itu mereka bertiga pergi.
Setelah kepergian mereka bertiga terlihat Nara sedang bersembunyi di balik pohon yang tidak jauh dari tempat rombongan simo berada.
“ternyata dugaanku benar.” Gumamnya dalam hati seraya memperlihatkan senyuman jahat seperti ingin merencanakan sesuatu.
...****...
jangan lupa like dan komentar nya ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Putra_Andalas
itu Pedang apa tempat Jemuran..panjang amat ampe 5 Meter 🤣
2024-10-04
0
Sri Wahyuniningsih
semakin lama ini kisah semakin ngaur aja
2024-08-05
0