Di sebuah hutan dekat desa para peri kupu-kupu berusaha mencari sari sari bunga yang sedang bermekaran. Mereka menginjakkan kaki dari satu bunga ke bunga yang lainya. Mereka tampak senang dengan hari yang cerah dan bunga bunga yang baru bermekaran, ada senyuman indah yang menghiasi wajah mereka.
“Lia!” ujar salah satu peri yang baru datang. Wajahnya terlihat sangat khawatir dan kelelahan.
Peri itu memiliki rambut sebahu dan memiliki sayap warna biru
Peri yang bernama Lia langsung menoleh. “Apa?” Ujar Lia yang marah karena mengganggu tugasnya.
Lia adalah peri yang memiliki wajah cantik dan sayap berwarna kuning.
“li...a di.. sana ada, ada, ada.” Wajah peri itu sangat ketakutan.
“Iya ada apa?” tanya Lia sambil memegang kedua tangan peri itu.
“Ada ada raksasa!!”
“di sana ada raksasa!” Sambungnya sambil menunjuk arah keluar hutan.
“Baiklah kau sampaikan kepada yang lainya.” Lia kemudian terbang menuju luar hutan.
“Lia! Kau mau ke mana?”
Lia berbalik. “ aku ingin melihatnya!”
Dengan cepat peri itu mendekati Lia. “jangan itu berbahaya!!” peri itu sangat khawatir.
Lia kemudian memegang kedua bahu peri itu. “ tenang saja ru aku Cuma ingin memastikan apa yang mereka inginkan.”
Ru mengangguk. “ ingat jangan mati.” Ru meraih tangan Lia.
Lia tersenyum. “iya aku tidak akan mati.”
Melihat Lia yang tidak bisa di hentikan ru dengan cepat terbang mengitari bunga membritahu semuanya.
Sedangkan Lia beterbangan menuju keluar hutan untuk memastikan.
“Kenapa para raksasa melewati hutan ini ya?” Gumam Lia sambil terbang cepat. Di dalam pikiran Lia, ia merasa aneh jika para raksasa melewati hutan para peri yang sangat sulit untuk di lewati. Apalagi bukankah sudah ada akses jalan yang lebih baik dari Hutan itu.
Beberapa menit Lia terbang akhirnya mencapai perbatasan hutan. Ia sangat terkejut melihat puluhan raksasa mendekat lengkap dengan senjata dan amornya.
Dengan cepat Lia berbalik.
“Apakah mereka ingin menghancurkan hutan ini.” Gumamnya dengan cepat terbang.
“aku harus melaporkannya. Pikirnya.
Wajah Lia sangat cemas dan takut.
Beberapa menit ia tiba di istana para peri.
Istana para peri terbuat dari daun daun yang di rakit para peri dengan perekat seadanya, meskipun begitu perekat itu sangat kuat apalagi di bantu dengan sirih.
istana para peri sangat besar dan megah layaknya istana yang di bangun oleh manusia, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil tentunya.
Dua orang peri laki laki sedang menjaga pintu masuk, masing masing dari mereka membawa tombak dan bersikap tegas dengan sorotan mata yang mematikan, meski begitu Lia tidak takut dengan sorotan mata itu karena ia terlalu sering melihatnya.
“aku ingin bertemu dengan ratu.” Ucap Lia dengan hormat dan tenang meski di dalam hatinya ia sangat khawatir.
“silakan masuk nona Lia, ratu sudah menunggu anda.” Sahut dari salah satu penjaga.
Mendengar itu Lia menduga ru sudah menyampaikannya kepada sang ratu. “baiklah.”
Lia dengan cepat terbang masuk.
Saat tiba di aula semua peri berkumpul, mereka memandang Lia yang masuk ke dalam, pandangan mereka seperti sedang mengharapkan sesuatu dari Lia.
Di singgasana seorang peri cantik memakai gaun kuning panjang. Di tangannya ada tongkat panjang.
ia adalah ratu peri.
Saat melihat Lia dengan cepat sang ratu berkata, “Liaa, akhirnya kau datang juga.” wajah ratu terlihat cemas.
“apa yang terjadi Lia?” timpanya.
Lia memberi hormat. “ yang mulia para raksasa sedang mendekati hutan lengkap dengan amor dan senjata mereka.”
“ada beberapa mereka.”
“Sekitar 50 yang mulia dan menurut hamba mereka ingin menyerang hutan ini dan hamba tidak mengetahui apa alasannya.”
Setelah mendengarnya ratu terkejut karena jumlah itu bukanlah jumlah yang sedikit apalagi ras peri ukurannya sangat kecil dengan cepat ratu berkata, “Kita harus menghentikan mereka, Lia kau informasikan kepada Jendral untuk menghentikan mereka.”
“baik.”
“Tunggu yang mulia!” ujar dari salah satu peri yang membuat semuanya terkejut.
Mendengar itu Lia pun ikut berhenti.
Salah satu peri maju, ia adalah rina, seorang peri yang memiliki sayap biru berkilauan.
Sang ratu mengerutkan keningnya. “apa maksudmu Rina?”
“maaf atas kelancangan hamba yang mulia, para raksasa memiliki tubuh yang besar dan tenaga yang kuat sedangkan kita hanya memiliki sedikit sihir yang hanya mungkin bisa mengangkat satu raksasa saja, menurut hamba akan sia sia saja jika kita mengerahkan semua pasukan yang nantinya akan mati sia sia.”
Sang ratu diam sejenak memikirkan pendapat Rina dan mengangguk kecil. “kau benar, tetapi jika kita mengungsi itu akan menyulitkan kita untuk mencari tempat yang baik, seperti hutan ini dan juga aku ingin semua prajurit membuat jebakan- jebakan untuk menghentikan mereka.”
Semua peri berbisik bisik mendengar pendapat sang ratu yang memang ada benarnya.
“tetapi sampai kapan kita akan bisa menahannya.”
Sang ratu menjadi murung dan memang benar para prajuritnya bisa menghentikan mereka, tetapi tidak tahu beberapa lama bisa menahannya.
“Aku mengenal seorang ahli belah diri di desa ini yang mulia, dia bisa diandalkan, tetapi kita harus cepat mencarinya.”
Wajah sang ratu menjadi terbit Seolah olah sudah mendapatkan solusi dari masalahnya.
“Tetapi apakah kita sempat untuk mencarinya?” tanya Lia.
Sang ratu mengangguk membenarkan Lia.
“aku punya caranya, tetapi kita harus cepat.” Sahut Rina.
“cara apa yang kau miliki Rina?” tanya sang ratu.
“yang mulia kita bisa menggunakan ketapel dan kemampuan semua peri untuk membuat terbang lebih cepat.”
“baiklah lakukan saja.” Perintah sang ratu tanpa berpikir.
Lia dan Rina mengangguk.
...*****...
Setelah mendiskusikannya Rina dan beberapa peri mempersiapkan ketapel dan kekuatan angin untuk mendorong agar lebih cepat sedangkan Lia dan semua prajurit membuat jebakan-jebakan sebanyak banyaknya.
Rina dan beberapa peri lainya membuat ketapel di pohon yang paling tinggi di hutan dan memakan waktu 30 menit.
“Rina masuklah.” Ujar salah satu peri.
Rina mengangguk lalu masuk di sela sela ketapel kemudian beberapa peri menariknya dan beberapa lagi menyiapkan sihir anginnya.
“Apa kau siap?” tanya salah satu peri.
“emm.” Sahut Rina sambil memejamkan matanya.
“Wussss.” Akhirnya Rina terbang dengan tinggi di awan.
Saat membuka matanya Ia dapat mendengar dan melihat kawanan burung burung, awan awan dan angin yang kencang berhembus melewati tubuhnya.
Rina tidak dapat menahan rasa kagumnya, ia sekarang seolah olah menjadi burung itu sendiri, yang mengitari awan awan dan menjelajahi isi bumi, seakan akan ia dapat melihat seluruh dunia, tetapi ia tidak bisa melupakan misinya dengan cepat membuka sayapnya dan mencari cari ahli bela diri itu yang tidak lain adalah aoba dan cucunya.
Sekarang Rina sudah melintasi desa dan tentu saja ia tahu tidak akan ada siapa siapa di sana karena beberapa hari lalu para raksasa datang menghancurkan separuh desa itu lalu Rina memutuskan untuk mencari di gua gua di bukit, setahunya gua adalah tempat yang paling aman untuk mengungsi dan juga Aoba pernah mengatakan gua adalah tempat persembunyian yang terbaik untuk para penduduk yang tinggal di desa.
Tidak berselang lama Rina sudah melintasi gua yang berada di bukit, tetapi ia tidak merasakan keberadaan para penduduk di sana maka ia memutuskan untuk berputar balik mencari gua yang lainya. hanya ada dua gua di bukit yang satunya sudah di lewati dan yang satunya ada di bukit yang tinggi.
Maka rina harus mengelukan tenaga yang lebih besar untuk mencapainya.
Bukit tinggi yang satunya lagi berada tepat di atas hutan peri jadi mau tidak mau Rina berbalik ke hutan peri dan menuju bukit di atasnya, meskipun itu melelahkan, ia harus melakukannya demi menyelamatkan bangsanya.
Tidak beberapa lama akhirnya ia menemukan apa yang di inginkannya.
“ah, itu dia!” Pekiknya melihat aoba dan cucunya sedang duduk di pinggir tebing dekat gua.
Dengan cepat Rina menunggingkan badannya dan menendang angin dengan kencang, butuh kekuatan yang besar untuk mendorongnya turun jadi Rina menendang angin beberapa kali hingga ia dapat turun dengan cepat.
Di bawah aoba dan simo berbincang bincang, sesekali mereka tertawa senang akan candaan mereka yang meskipun itu tidak lucu. tidak beberapa lama mereka berbincang bincang hingga semua canda, kata kata dan cerita mereka habis yang membuat suasana menjadi dingin apalagi angin yang berhembus kencang membuat suasana tambah dingin.
Tidak beberapa lama simo mengingat gadis yang ia lawan tadi malam yang tak lain adalah namila. ia penasaran bagaimana bisa namila menggunakan air sebagai senjata dan ia juga tidak pernah melihat kakeknya menggunakan itu membuatnya penasaran sehingga memutuskan untuk menanyakannya.
“kakek apa seseorang yang sudah mencapai tahap bumi bisa menggunakan elemen alam sebagai senjata?” simo menduga duga.
Aoba menoleh. “ iya, tetapi tidak semuanya bisa di kendalikan. Tiap tiap orang akan bisa menggunakan satu elemen dari alam baik itu api, air, tanah, petir ataupun yang lainya dan sebelum itu setiap orang harus membangkitkan energi mikromos mereka terlebih dahulu dan itu di lakukan saat mereka sudah mencapai tahap bumi.”
“apa itu energi mikrosmos.”
“Nanti kakek jelaskan setelah urusan temanmu selesai dulu.” Aoba menengadah.
“teman? Maksud kakek?” Simo bingung dengan apa yang di katakan kakeknya dengan cepat ia ikut menengadah dan ia terkejut melihat Rina yang terjatuh dan jaraknya sudah sangat dekat.
“uwaaaaaah.” Teriak Rina dengan keras jatuh di atas mata simo.
“aduh!” dengan cepat simo memindahkan Rina dan mengusap-ngusap matanya yang sakit.
“Maaf, maaf aku tidak sengaja!” Ujar Rina dengan melakukan beberapa gerakan tangan karena panik.
“Ada apa Rina?” tanya Aoba.
“kelompok raksasa sudah ingin menyerang hutan.” Rina langsung ke tujuannya.
“sudah aku duga. Simo ayo kita pergi.” Sahut aoba yang sudah menduganya, hutan peri adalah hutan yang paling dekat dengan tempat ia berada sekarang jadi dapat di simpulkan bahwa burung itu mengamati seluruh hutan dan menduga gua itulah yang akan menjadi tempat mengungsi selanjutnya, tetapi mungkin mereka tidak menyadari gua itu tembus di tempat lain?
“baiklah.” Ucap simo dengan pelan sambil menggosok matanya yang masih sedikit sakit.
Simo melentangkan jari-jarinya dan mendekati Rina untuk ia naik. “ Rina naiklah.”
Rina mengangguk lalu naik kemudian simo memindahkan di bahunya dan beranjak berdiri Begitu pun aoba.
“ayo.” Ujar aoba dan di balas anggukan oleh simo.
Menyadari simo akan berlari dengan cepat Rina memegang baju simo dengan erat. Mereka lalu melompat dengan tinggi membuat Rina harus mempererat pegangannya.
“uwaaaa.” Ujar Rina dengan tubuh terangkat.
Sekejap mata mereka akhirnya mendarat di dahan pohon dengan baik dan melompat lompat dari satu pohon ke pohon lainya dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
NEZUKO
mc bocil ff
2022-05-24
1
Dayat
masih blm ngeh kemana arah ceritanya mcnya masih bocah
2022-05-23
1