“Itu seharusnya pas untuk menutupinya.” gumam aoba yang sudah berada di bawah batu bulat yang besar. batu itu menjulur ke tebing, tapi anehnya batu itu tidak jatuh seperti enggan untuk jatuh atau sepertinya ada sesuatu yang menahannya.
Aoba melompat ke atas.
“wusss, boomm.” Aoba mengangkat batu itu dan melemparnya begitu saja dan saat hendak kembali, ia melihat sebuah beda merah bercahaya di bawah batu tadi.
“apa ini.” Aoba mengambilnya.
“sebuah kristal.” Ternyata itu adalah sebuah kristal merah.
Aoba mengamatinya dengan saksama, kristal itu berwarna merah, bercahaya, dan ada logo burung hantu di dalamnya.
“oh tidak!” Aoba mengingat kristal itu adalah kristal pelindung yang ia pasang sebagai alat pengaman, kristal itu akan memiliki gambar jika ada penyusup yang datang dan kembali dengan selamat. di dalam kristal tersebut ada gambar burung hantu pengintaian yang menjadi alat para ras raksasa.
Aoba memasangnya sejak ia baru pensiun dari pekerjaannya dan saat itu raksasa belum ada yang kesan jadi perlahan lahan ia melupakannya.
Pasti burung itu membawa informasi penting!
Aoba dengan cepat pergi ke gua pengungsian.
...****...
“Tuan Anda kembali lagi.” Sapa dari salah satu penduduk.
Aoba mengangguk pelan, ia sesungguhnya merasa iba dengan semua penduduk yang mengungsi ia juga mengetahui selain gua ini hanya ada satu lagi gua pengungsian, tetapi letaknya begitu jauh dan memakan 1 hari perjalanan.
“ maaf, tapi kalian harus pergi dari sini sekarang.” Ucap aoba dengan sedih.
Semua penduduk terkejut dan heran setelah mendengarnya.
“kenapa tuan?” tanya kepala desa meskipun ia tahu dari wajah aoba bahwa itu bukan sesuatu yang baik, tetapi ia ingin sekali mengetahui alasan di balik semuanya.
“para Raksasa sudah mengetahui keberadaan kalian.”
Semuanya terlihat sedih.
“maaf....” sambung aoba yang melihat para penduduk sedih.
“Tidak tuan kami lah yang harus meminta maaf karena telah menjadi beban tuan.” ucap kepala desa.
“ya, ke mana kami harus mengungsi tuan?” tanya semua penduduk dengan antusias.
Semua penduduk mendadak tersenyum membuat hati aoba lega.
“Baiklah kalian bersiap siap dulu.”
“Baik!” ujar mereka secara bersamaan.
...****...
Simo tengah duduk di teras rumah sambil mengayunkan kakinya. Ia sedikit kesal dengan kakeknya yang tidak mengambil ataupun memeriksa semua kepala raksasa yang ia bawa.
Ia menyebarkan pandangannya dan samar- samar melihat kakeknya datang.
“Cucuku, bersiaplah, kita akan pergi.”
Simo terkejut, rasa kesalnya mendadak hilang setelah mendengarnya “apa yang terjadi?” wajah Simo bingung dan heran.
“Kita akan mengawal para penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman.” Secara bersamaan aoba duduk di samping simo.
“bukankah kita sudah mengungsikan mereka?”
“Tempat itu sudah di ketahui dan sepertinya para raksasa akan kembali lagi.”
“biarkan saja kek, kita beri mereka pelajaran lagi.”
Aoba menggelengkan kepalanya. “tidak, itu tidak bagus, mungkin saja mereka akan membawa pasukan yang lebih besar dan kuat.
Wajah simo menjadi cerita. “ bukankah itu akan lebih baik? semakin banyak yang datang maka semakin aku cepat berkembang.”
Aoba menggelengkan kepalanya. “tidak cucuku, mungkin saja kau bisa melawannya, tetapi para penduduk tidak. jika pada saat kau sedang bertarung dan musuh menyerang para penduduk yang tidak bisa membela diri serta kau tidak bisa melawannya, bukankah itu adalah sesuatu yang buruk?”
Mendengar itu sumo menjadi sedih dan memarahi dirinya yang begitu bodoh serta tidak memikirkan orang lain.
Mungkin saja ia bisa melawan mereka, tetapi jika musuh mencari jalan lain untuk menyerang para penduduk maka sudah selesai semuanya.
Melihat itu aoba menjadi sedih dengan cepat ia berkata. “kau bisa melawan mereka setelah kita sampai di tempat pengungsian.”
Mendengar itu wajah simo menjadi cerita lagi. “Baiklah, tapi kakek harus memberikan ku lawan yang kuat.”
“tentu saja.”
“Kalau begitu ayo kita pergi.” Simo beranjak dan berjalan.
Aoba terdiam memandang cucunya itu. Ada rasa bangga dan bahagia melihat cucunya itu menjadi seorang pemberani dan mungkin akan menjadi seseorang yang mempunyai pengaruh yang kuat di kemudian hari, tetapi ia harus mendidiknya lebih baik lagi supaya ia bisa menjadi ahli dalam mengatur strategi.
Aoba tersenyum.
“kakek ayo.” Ujar simo yang sudah berada di perahu
Aoba berjalan mendekatinya.
...****...
Dataran barat adalah daerah tempat para ras raksasa Tinggal, dataran barat tidak seperti dataran tengah atau timur yang memiliki kehidupan yang beragam. dataran barat hanya ada ras raksasa saja.
Tanah di daerah itu selalu mengeluarkan aura merah yang menyengat dan beracun oleh karena itu lah tidak ada kehidupan di sana selain raksasa.
Kerajaan raksasa adalah kerajaan satu satunya yang ada di sana dan rajanya selalu ingin memperluas daerah kekuasaan. Sudah bertahun tahun sang raja melakukan invasi ke daerah timur, tetapi tetap selalu saja daerah yang baru ia kuasai di rebut kembali oleh para ras manusia, khusus para ahli bela diri yang membunuh para raksasa secara sembunyi- sembunyi dan selalu membuat amarahnya meledak tidak terkendali, penasihat raja yang melihatnya tidak diam saja, ia memberitahukan sang raja bahwa lebih baik mereka membunuh para ahli bela diri setiap daerah yang memiliki petarung yang jumlahnya sedikit dengan begitu mereka bisa perlahan lahan menaklukkan para ras manusia.
Penasihat raja menyarankan untuk menggunakan burung pengintai untuk mengetahui berapa jumlah ahli bela diri dan juga menyarankan untuk mengerahkan pasukan yang kuat untuk menyerangnya dengan begitu akan lebih mudah untuk menaklukkan daerah timur khususnya daerah yang letaknya jauh dari daerah kekaisaran.
Sang raja pun menerimanya dan mengirim burung tersebut, tetapi ia tidak menyadari Bagaimanakah jadinya jika para manusia menyadarinya.
Sekarang raja raksasa tengah duduk di singgasana dengan angkuh, sebelumnya ia mengetahui bahwa ada seorang ahli bela diri yang memiliki ilmu tinggi sedang bersembunyi di daerah terpencil yang tidak lain adalah aoba.
Sebenarnya pasukan yang ia kirim sebelumnya hanya sebagai umpan untuk mengetahui seberapa banyak ahli bela diri yang ada di sana dan setelah sekian lama menunggu tidak ada kabar membuatnya lebih yakin ada ahli bela diri tingkat tinggi di sana dan saat hendak mengirim pasukan burung hantu itu kembali dan memberikan segala informasi yang di dapatkan, ternyata benar apa yang di duganya.
“kalian pergi serang dia dan hancurkan setiap tulang tulang dan dagingnya hingga tidak berwujud lagi.”
“baik.” Ujar semua para raksasa yang ada di depannya.
Para raksasa itu berjumlah 50 dengan semuanya lengkap dengan peralatan tempurnya selain itu para raksasa itu sudah mendapatkan latihan.
...****...
Di sore hari semua penduduk sudah menyiapkan barang barang mereka semuanya tampak senang dan sepertinya mereka senang mendapatkan tempat pengungsian yang baru.
“tuan kami sudah siap.” Ucap kepala desa kepada aoba.
Aoba mengangguk. “cucuku kau bawa itu.” Aoba menunjuk batu besar yang ada di samping gua, batu yang hendak ia gunakan untuk pintu gua.
Simo mengangguk
tidak ada ekspresi terkejut ataupun takut serta mencari alasan membuat kepala desa heran soalnya batu itu sangat besar dan pastinya sangat berat. sebelumnya ia melihat beberapa penduduk harus meminta bantuan kepada semuanya untuk mengangkat batu yang ukurannya lebih kecil dari itu dan itu sangat susah payah. setelah melihat simo menerima perintah kakeknya tanpa ada rasa takut membuat kepala yakin pasti ia bukan anak sembarangan.
Sedangkan aoba terlihat bisa –biasa saja dan seperti ia sudah biasa memberikan perintah seperti itu.
Setelah mendengar perintah aoba semua pandangan tertuju pada simo yang sedang berjalan mendekati batu.
Simo sudah berada di depan batu besar. ia menengadah melihat batu besar itu yang tingginya 10 meter yang tingginya beberapa kali lipat tumbuhnya, jika anak lain pasti akan sudah menyerah setelah melihatnya, tetapi beda dengan simo, ia sangat bersemangat untuk melakukannya, meskipun ia tidak tahu untuk apa batu itu di bawa.
Sumo bingung bagaimana cara mengangkatnya sedangkan batu itu tidak muat untuk tangannya yang masih kecil.
Simo berbalik.“kakek, tangan ku tidak bisa memegangnya?”
“kau bisa membelah menjadi dua.”
Semua penduduk lebih heran lagi.
Simo menarik nafas kemudian ia memejamkan matanya mengingat jurus yang di ajari kakeknya.
Sejenak ia memejamkan matanya lalu secara mendadak membukanya bersamaan mengangkat tangannya dengan ke atas.”
“ Telapak tangan pembelah!!” dengan cepat ia mengayunkannya.
Wussss.” Gelombang angin kejut di sekitar simo menyebar.
“Kreakk, buggg.” Batu itu terbelah menjadi dua. Semua penduduk memperlihatkan ekspresi kagum dan tidak menyangka bahwa seorang anak kecil bisa melakukannya.
Simo lalu mengangkatnya.
“Baiklah.” Kata aoba membuyarkan rasa kagum semua penduduk. “kita berangkat sekarang.” Aoba lalu berjalan dan tersenyum melihat perkembangan cucunya yang luar biasa itu.
Semua penduduk mengikutinya dan simo yang paling belakang. Tidak ada kesulitan yang terlihat di wajah simo, tetapi ia tidak menyangka tahap fisik tingkat 9 sekuat ini lalu membayangkan bagaimana kuatnya jika mencapai tahap bumi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Adidan Ari
itu tinggi batunya 10m dan 2 kali ukuran tubuh simo?, yg bener aja bro simo tingginya 5m?
2022-06-08
1
NEZUKO
zmngt zmngt zmngt
2022-05-24
0
Dayat
makin seru nih
2022-05-23
0