Di rumah Toru yang sekarang menjadi area pertarungan terlihat beberapa lubang terbentuk, beberapa pohon tumbang akibat pertarungan yang dahsyat.
“Aku tidak menyangka kau bisa bertahan selama ini.” Ucap pria tua, nafasnya terengah-engah dan ada beberapa luka sayatan di tubuhnya.
“ah,ah,ha.” Suara nafas Toru tidak jauh darinya dengan kondisinya sangat memprihatinkan, tangan kananya terputus dan ada beberapa luka di tubuhnya. ia tidak menyangka harus melawan orang licik dan juga menggunakan racun dalam pedangnya. sekarang ia tidak memiliki kekuatan lagi dalam tubuhnya jika berlari akan sia sia saja dan hanya satu yang bisa ia lakukan, berjuang sekuat tenaga sampai titik penghabisan.
“Hiyaaa.” Ujarnya sambil memegang pedangnya dengan kuat.
“sungguh nekat.”
Denggg.” Sura pedang besar jatuh tepat menimpa Toru, namun dia masih bisa menahannya.
“tidak akan aku biarkan....! Hiyaaaa!” Dia berusaha mendorong pedang itu.
“ ahaha, Kau harus mati hari ini!”
Deggg.”. pedang lainya jatuh tepat di atas pedang sebelumnya.
Perlahan lahan pedang itu bergerak ke bawah.
“ selamat tinggal!” ujar pria itu dengan senyuman kemenangan.
Di dalam hati Toru, ia sangat ingin melihat anaknya memanggilnya ayah, melihatnya tumbuh, berkembang dan besar serta Sangat berharap bisa melihat anaknya tubuh dengan hebat, tetapi ia sekarang harus mati dan meninggalkan anaknya yang baru lahir.
Perlahan lahan Toru menutup matanya.
“boomm.” Pedang itu meledak membuat hempasan angin yang begitu keras menyebar.
Setelah itu Nayaka, Bara dan rani muncul.
“Di mana bayi nya?” wajah pria itu mengerut melihat tidak ada apa pun yang mereka bawa.
“Maaf tuan, kami gagal.” Ucap Nayaka dengan lemah dan sedih.
“ chih, sia sia aku menyewa kalian.” Pria itu kesal dan pergi.
Nayaka, Bara dan Rani hanya bisa menunduk.
...***...
Di danau Dira dan wanita air itu saling memandang.
“aku adalah penguasa di danau ini.” jawab wanita air itu dengan suara bergetar dan lembut, nafasnya bagikan wangi mawar yang harum.
“Namaku watariana, panggil saja wara.”
“Terima kasih wara dan namaku Dira.”
“sama sama, tetapi aku menolongmu tidak secara percuma Cuma.”
“apa maksudmu?” wajah Dira mengerut.
“aku ingin kau tinggal di sini selama 10 tahun.”
“Tetapi, aku harus membesarkan anakku.” Ujar Dira sambil melirik anaknya.
“Anakmu akan aku kirim dan setelah kau selesai aku akan membiarkan mu menemuinya.”
Wajah Dira menjadi redup seketika, ia ingin sekali menjaga anaknya, melihatnya tumbuh, berkembang dan memanggilnya ibu, tetapi ia juga tidak bisa menolak permintaan watariana yang sudah menyelamatkan anak dan dirinya.
ia lalu mengambil kalung yang ada di lehernya lalu memakaikan di leher anaknya dan berharap akan melihatnya saat anaknya 10 tahun ke depan.
Dira kembali menatap watariana. “Berikan aku waktu.”
Watariana mengangguk lalu menepikan mereka.
Perlahan lahan watariana menenggelamkan tubuhnya dan menghilang.
Satu jam pun berlalu dan waktunya Dira berpisah dengan anaknya ,sebelum ia berpisah, ia mencium kening anaknya dengan lembut lalu menaruhnya di atas sarang kayu yang telah ia buat.
“Selamat tinggal Anakku” wajah Dira sedih, air matanya mengalir tidak kuasa menahan kesedihannya.
Watariana meniupkan sarang itu dengan lembut.
Dira yang melihatnya hanya bisa melambaikan tangan dan sesekali mengusap air matanya.
Sarang itu mengarungi Danau beberapa hari, hingga ia di temukan oleh segerombolan peri kupu kupu yang sedang mengumpulkan serbuk bunga di pinggiran danau.
“Hey lihat ada bayi!” seru salah satunya.
“Peri itu mendekat. “ oh dia sungguh imut.”
Semua peri menghampirinya karena mendengar ucapan peri itu.
“oh lihat dia sangat putih.”
“iya dan dia sangat mengemaskan!”
Ucap beberapa peri yang mendekat.
Wajah bayi itu terlihat senang melihat beberapa peri menghampirinya, kedua kaki dan tangannya ia gerakan seperti menyambut para peri itu kemudian mendadak ia menjadi sedih dan menangis.
“eh, jangan takut.” Bayi itu tetap menangis dan meledak lebih besar.
“Mungkin dia lapar?”
“Apa yang harus kita lakukan?”
Bagaimana kalau kita bawa saja dan menaruhnya di pondok itu.” Ucap salah satu peri sambil menunjuk pondok yang ada di tengah danau.
Semua peri mengangguk, mereka lalu menerbangkannya.
Di dalam rumah ada seorang kakek tua yang sedang membaca buku kemudian ia beranjak Keluar setelah mendengar suara tangisan bayi.
“bayi siapa ini?” ucapnya setelah melihat bayi di depan rumahnya, ia lalu memandang sekitar yang tidak ada siapa siapa, ia heran bagaimana bisa bayi itu ada di depan rumahnya dan sepertinya tidak begitu lama dan juga pastinya akan ada perahu dari jauh.
Bayi itu menangis lebih keras membuat kakek itu memandangnya.
“cup cup cup, bayi yang mengemaskan.” Kakek itu mengangkatnya dan membuat wajah lucu.
Sejenak bayi itu tertawa lalu menangis lagi.
“kau lapar ya.” Kakek itu kemudian masuk membawanya.
Tidak jauh dari sana para peri melihat kakek itu dengan tatapan iri.
“aku ingin sekali menyentuh pipinya itu.” Ucap salah satu peri yang ada di bawah jembatan tidak jauh dari pondok itu.
“iya, aku juga ingin menciumnya.” Ucap yang lainya dengan wajah sedih.
“Nanti kita bisa mengunjunginya lagi, ayo kita pergi.”
Semua peri mengangguk lalu pergi dari sana.
...****...
6 tahun pun berlalu dan bayi itu tumbuh menjadi anak yang tampan, ceria dan Jenius. selama 6 tahun itu ia belajar bela diri bersama kakek itu, Kakek itu ternyata adalah seorang pertapa sakti dari salah satu akademi di negeri ini, Tetapi sudah pensiun. karena ia mendapatkan seorang cucu angkat maka ia pun mulai mengajar lagi, ia begitu kagum dengan anak itu, baru menginjak umur enam tahun sudah mencapai tingkat fisik tahap ke 9 bintang 9 dan akan menembus tahap 10, ngomong ngomong untuk tahap seperti itu biasanya hanya umur 14 tahun ke atas saja biasanya bisa mencapainya, Bahkan umur 14 pun jarang. selama kakek itu mengajar, paling muda umur 16 tahun yang pernah ia lihat saat itu ia sangat mengaguminya, tetapi saat mengajar cucu angkatnya, ia lebih terkejut lagi yang ternyata ada yang lebih jenis lagi.
Kakek itu bernama Oba dan cucu yang ia angkat bernama simo, seorang anak yang memiliki rambut kuning Pirang dengan sedikit warna biru di rambutnya.
Sekarang mereka ada di pinggir danau untuk latihan dan latihan kali ini bukan seperti biasanya yang Oba berikan, ia memberikan cucunya sebuah misi untuk mengusir para raksasa yang sedang membuat ulah di desa terdekat.
“Kakek aku akan melakukannya.” Tidak ada rasa takut ataupun ragu ragu di wajah cucunya.
“Apa kau tidak takut?” tanya aoba meyakini, ini adalah pertama kalinya cucunya melakukan misi seperti itu, sepanjang aoba mengajar,ia tidak pernah melihat muridnya seberani ini.
“tentu saja tidak dan jika perlu aku akan memutilasi mereka dan membawa kepala mereka beberapa kesini.” Wajah cucunya berubah menjadi dingin dan kejam.
Aoba terkejut dengan perubahan sikap cucunya yang bagaikan iblis kemudian ia tertawa keras. “pergilah.”
Cucunya mengangguk lalu berlari.
Aoba menarik nafas, ia sedikit takut dengan wajah cucunya yang dingin seperti itu, hanya Petapa bela diri tingkat atas saja yang bisa membuatnya takut seperti ini dan sungguh mengejutkan bahwa ia merasa takut oleh anak kecil yang baru berumur 6 tahun itu.
“Ahaha, aku akan memiliki murid yang akan menggetarkan dunia.” Wajah aoba menjadi bahagia dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi setiap guru yang melihat perkembangan muridnya.
Aoba lalu pergi, ia ingin melihat bagaimana kemampuan cucunya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Hajar Mo....
2022-08-02
0
Dimas Adryan
umur 6thn, sdh latihan selama 6 thn..ap pas d temukan langsung d latih yah😷
2022-07-26
0
NEZUKO
haisss thor umur 6th masa iya disuruh lawan raksasa min umur 15th lah thorr
2022-05-24
3