Matahari sudah meninggi. Pasukan raksasa semakin mendekati hutan dengan percaya diri dan menyadari adanya jebakan-jebakan dan dinding tidak terlihat di perbatasan hutan yang sudah di siapkan oleh para peri.
Para raksasa itu terus mendekat dan mendekat beberapa sudah menginjak jebakan, tetapi sepertinya tidak berpengaruh dengan mereka membuat para peri menjadi takut.
“Lia apa yang harus kita lakukan sekarang.” Ujar salah satu peri.
“kita sekarang hanya bisa membuat dinding sebanyak banyaknya.”
Semua peri mengangguk dan memperbanyak dinding dinding tak terlihat.
Semua peri sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Lia sebagai komandan mereka meskipun Lia masih muda, tetapi sorot mata dan sikapnya yang tegas serta hati hati membuat mereka mempercayainya.
Apalagi Lia memang sudah berpengalaman dalam hal seperti itu.
Semua peri mengarahkan kedua tangannya. Dari tangannya samar samar muncul berbagai energi berwarna bening layaknya aura api lalu perlahan - lahan membentuk dinding dinding tidak terlihat yang sejajar dan memanjang.
Sedangkan para raksasa tersenyum dan merasa terhibur dengan jebakan jebakan yang telah di siapkan, bagi mereka itu hanya terasa geli dan menyenangkan.
“mereka sangat antusias menyambut kita.” Gumam dari salah satunya.
“Mereka bodoh.” Lainya.
kemudian tawa mereka meledak seperti melihat sesuatu yang sangat lucu.
Tidak beberapa lama kawanan raksasa berhenti karena menyadari adanya dinding.
Raksasa yang paling gagah dan merupakan ketua mereka maju kemudian mengepalkan tangan lalu menariknya ke belakang.
“hiyaaahh, kreak, piangg.” Hanya sekali pukulan saja sudah menghancurkan dua dinding dan tersisa 8 dinding penghalang lagi.
Para peri menjadi lebih khawatir dengan cepat mereka mengalirkan energi memperkuat dinding sambil berharap bantuan akan datang.
...****...
Di istana sang ratu sedang merapalkan mantra sambil mengangkat tongkatnya dengan tinggi. Di bagian atas tongkat itu ada lambang matahari sabit dan bulan sabit yang saling menyatu.
Sejenak kemudian bola cahaya ungu terbentuk di sela sela lambang Matahari dan bulan di iringi dengan angin yang keras membuat rambut dan gaun sang ratu menari nari.
Bola cahaya itu kemudian melancarkan cahaya ungu ke langit dari lubang atap, dalam sekejap langit di penuhi awan awan hitam yang berputar membentuk spiral dengan cahaya ungu menjadi pusatnya.
Matahari dari timur kemudian bercahaya terang dengan langit birunya dan bulan dari barat bercahaya dengan langit malamnya seolah olah di pisahkan oleh lingkaran spiral itu.
Dengan cepat sang ratu membuka matanya dan mengeratkan pegangannya.
“dengan kekuatan matahari dan bulan, terbentuklah!”
Cahaya ungu itu meledak membentuk kubah pelindung secara perlahan lahan.
Aku harap mereka bisa bertahan.
...****...
Sudah 5 lapisan hancur oleh hantaman beberapa raksasa dan mereka tidak kelelahan sama sekali.
Saat ingin menghancurkan lagi mereka di kejutkan oleh fenomena alam yang terjadi secara mendadak membuat mereka penasaran
“itu....” salah satu raksasa memicingkan matanya. “ itu kubah pelindung!”
“emm, kalian semua hancurkan semuanya dengan cepat!!” ujar raksasa yang paling tangguh yang memimpin pasukan itu.
Semua raksasa mengangguk dengan cepat berlari dan mendobrak dobrak dinding demi dinding hingga hancur.
Ketua raksasa tersenyum melihatnya Inilah akibatnya ingin melawan kami
5 menit berlalu semua dinding di hancurkan membuat semua peri pasrah dan begitu pun Lia yang memimpin mereka karena Semua kekuatan dan strategi untuk melawan sudah di kerahkan.
“Lia!” ujar dari salah satu peri berharap akan ada cara untuk menghentikannya, tetapi Lia hanya menggeleng kecil dan pasrah, apalagi kubah pelindung belum menutupi semua hutan dan sangat mustahil untuk menutupi seluruh hutan sebelum para raksasa masuk.
Semua raksasa berteriak mengarah hutan, semua senjata dan perlengkapan tempur sudah di siapkan membuat para peri menjadi lebih pasrah.
Lia tidak berdaya dengan semua itu. Ia hanya menunduk tidak berdaya, jika melawan itu akan sia sia karena semua kekuatan peri telah habis bahkan ratu mereka pun tidak berdaya setelah menggunakan kekuatannya untuk membuat kubah pelindung.
setelah beberapa saat Lia mengangkat wajahnya.“ kita hanya bisa berjuang mati Matian!” ujarnya.
Semua peri menjadi terkejut dan memandang Lia sejenak kemudian mengangguk dan tersenyum.
“Ya.”
“Kita harus melawan Mereka!”
Ujar semua peri yang menjadi semangat lagi dengan cepat para peri mencari semua senjata untuk melawan.
Setalah itu kemudian mereka keluar dengan bersorak semangat dengan senjata seadanya, meskipun kalah jumlah dan ukuran, mereka tetap ingin melawan dan berjuang membelah hutan mereka.
“Chih, mereka sungguh bodoh.”
“Para semut itu sudah gila!”
“Mari kita injak injak mereka.”
Ujar beberapa raksasa yang meremehkan para peri yang hanya seukuran biji bunga matahari itu
Kedua pihak terus maju hingga beberapa meter tiba tiba
“Wusss, dengg” sebuah pedang panjang tertanjab tepat di depan mereka berdua membuat mereka berhenti.
Dalam sekejam mata seorang kakek tua dengan rambut dan kumis hitam panjang dan seorang anak kecil dengan rambut kuning Pirang kebiruan muncul yang tidak lain adalah aoba dan simo.
Aoba mengangkat pedangnya dan mengarahkannya.
“para raksasa memang biadab!”
Mendengar itu membuat para raksasa menjadi marah dengan cepat mereka berlari mengarah aoba dan cucunya.
“cucuku apa kau sudah siap?”
“tentu saja, akan aku penggal semua kepala mereka.” di saat bersamaan Simo menarik pedangnya.
“Hahaha, ayo kita tunjukan kepada mereka!”
Simo mengangguk. Mereka secara bersamaan lalu berlari menuju kerumunan raksasa itu.
“cucuku kau lawan para raksasa itu dan kakek akan melawan pimpinannya!”
Simo mengangguk
“Kalian lawan bocah itu!” Ujar pemimpin raksasa yang menyadari bahwa Aoba bukanlah seseorang yang mudah untuk di lawan.
Simo dan aoba langsung menyerang para kerumunan raksasa dengan semangatnya apalagi aoba yang tidak pernah bertarung setelah pensiun membuat semangatnya berapi api.
Sementara itu para peri merasa lega karena telah di selamatkan. Mereka lalu pergi ke dalam hutan sebelum kubah pelindung menutupi seluruh hutan.
Dengan lelah mereka terbang menuju hutan.
Tiba di hutan mereka menemukan Rina yang tertidur bersandar di dahan salah satu pohon.
Tubuhnya basah oleh keringat dan sepertinya ia sangat kelahan.
Lia menghampirinya dan memberikan isyarat kepada yang lainya untuk duluan.
Para peri mengangguk dan terbang menjauh.
Lia memperhatikan Rina tidur dengan pose yang imut membuatnya tersenyum, Lia memang dari kecil bersama dengan Rina, tetapi ia tidak pernah melihat Rina tertidur seperti ini apalagi dengan pose seperti itu.
Setahu Lia, Rina adalah peri yang tegas dan tidak memperlihatkan belas kasihan kepada siapa pun kecuali kepada simo yang telah ia temukan di danau yang mengembang dan entah mengapa Rina sangat menyukainya.
Lia mendekati Rina. Samar samar dapat ia dengar nafasnya yang lembut dan harum.
“ternyata kau bisa berpose seperti ini.” Bisiknya sambil tertawa.
...****...
Kembali kepada simo dan Aoba sedang bertarung sengit, simo melawan puluhan raksasa sedangkan Aoba melawan ketuanya.
Meskipun simo masih kecil, ia dapat menandingi Beberapa raksasa dan Walaupun ia hanya sendirian tidak ada ekspresi takut ataupun ingin berlari.
Sekarang simo sedang berhadapan dengan 49 raksasa lengkap dengan amor dan senjata mereka yang berupa pedang.
Semua raksasa berkerumunan. Tidak ada dari mereka yang menyerang karena mereka mengetahui bahwa simo bukanlah anak biasa.
Semua raksasa mengangguk seperti menerima perintah dan membuat simo curiga sertakan menduga duga apa yang ingin di rencanakan.
10 raksasa berlari mengitari simo membentuk lingkaran kemudian 20 lagi di luarnya dan terakhir 19 belas raksasa menjadi lingkaran terakhir.
Simo menjadi waspada dan melihat sekitar.
Semua raksasa mengangguk, salah satu dari mereka berlari, berteriak dan menyerang simo.
“Hiyaaa, trangkkk” pedang akhirnya di tahan oleh simo.
Bagi simo serangan tadi tidak membuatnya mengeluarkan tenaga sedikit pun.
Simo tersenyum. “paman, apa kau belum makan?”
“tentu saja aku belum makan dan kau akan menjadi sarapan ku.” Raksasa itu tersenyum penuh kemenangan membuat simo menjadi heran dan apalagi semua raksasa hanya membuat formasi membuatnya lebih heran lagi.
Dua raksasa mengangguk kemudian melesat mengarahkan pedangnya.
Simo dengan cepat mendorong raksasa itu kemudian ia menahan serangan dua raksasa itu.
Raksasa yang terdorong tadi tersenyum dengan cepat melesat mengarahkan pedangnya.
“nak ,kau harus menjadi sarapan ku sekarang!”
Dengan cepat simo melompat dan menendang wajah raksasa itu dengan kuat membuatnya terpental beberapa meter dan menabrak teman temanya.
Semua raksasa terkejut melihatnya, soalnya simo menyerang sambil menahan dua serangan raksasa.
“Kalian membuatku marah!” ujar simo lalu mendorong kedua raksasa itu kemudian ia melompat meraih taring salah satu raksasa dengan cepat membantingnya lalu melemparnya dengan keras membuat dua raksasa di luar menjadi korbannya.
Tidak sampai di situ saja dengan cepat ia melesat dan memotong kepala raksasa yang satunya lagi lalu melempar tubuhnya sebagai senjata.
Semua raksasa menjadi marah dan di perlakukan seperti itu dan bagaimana jadinya jika raja mereka mengetahuinya maka mereka tidak akan punya muka untuk itu.
“semuanya serang dia dan penggal kepalanya!” ujar salah satu raksasa.
Semua raksasa meraung dan menyerbu simo.
Awalnya mereka ingin membuat formasi, tetapi Semuanya berantakan.
Simo menjadi senang. Inilah yang ia inginkan dari tadi.
“Akhirnya kalian terpancing juga." dengan cepat ia bergerak dan mulai menghujani berbagai serangan kepada para raksasa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Dayat
formasi awal mirip Cakra viyuha formasi perang cakram lingkaran dlm lingkaran sayang karena emosi berantakan dah formasi perang nya
2022-05-23
0
anggita
smoga sukses 👌novelnya.
2022-05-18
1