Dira dan adya berusaha terus mendayung kapal mengikuti arus sungai, wajah mereka sangat khawatir dan berharap semuanya akan baik baik saja.
Untungnya malam begitu cerah sehingga mereka dapat melihat sungai dengan baik.
Setiap keringat yang keluar dengan cepat mereka sekat. sorot mata mereka tidak pernah diam; selalu saja melihat sekitar.
“adya, ke mana kita akan pergi?” tanya Dira sambil membopong anaknya dengan erat, meskipun ia khawatir dengan semua yang terjadi dan ingin menyelamatkan diri dan anaknya, tetapi ia juga tidak mau pergi tanpa tujuan
“aku juga tidak tahu, yang pasti kita akan pergi sangat jauh.”jawab Adya sambil mendayung.
Mendengar itu dira tidak berbicara lagi karena dari nada bicara Adya ia mengetahui Adya pasti akan mencarikan tempat yang terbaik.
Di tepat lain, tidak jauh dari sungai beberapa raksasa berjalan dengan kesal karena tidak dapat menyelesaikan misi mereka bahkan ketua mereka harus merenggut nyawa dalam hal itu.
Salah satu raksasa menyadari adanya seseorang melintasi sungai dengan cepat ia berkata, “eh bukankah itu yang kita cari?” tanyanya sambil menunjuk ke sungai.
Kelompok Raksasa itu berada di bawah kerimbunan pepohonan yang rindang.
“Kau benar.” Jawab yang lainya.
“Semuanya berhenti!, Kita harus menyelesaikan misi ini.”
“ah.” Jawab raksasa lainya yang tidak percaya.
“lihat, itu adalah istrinya dan pasti sedang membawa anaknya.” Ujar raksasa tadi sambil menunjuk.
“Sekarang tidak ada suaminya pasti akan dengan mudah kita membunuhnya. Ayo!”
Mereka mengangguk lalu berlari menuju sungai.
“suara apa itu?” tanya Dira sambil memandang ke sumber suara.
“Itu.” Adya memicingkan matanya karena di pinggir hutan sangat gelap. “oh tidak.” ia terkejut melihat puluhan raksasa mendekat dengan cepat ia menepikan perahunya di seberang.
“ada apa Adya?”
“Cepat pergi dari sini!”
“apa yang —.”
“Nanti aku jelaskan.”potong Adya.
Dira melihat ekspresi wajah adya yang khawatir dengan cepat berlari, meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi itu pasti bukan sesuatu yang baik.
Dengan sekuat tenaga ia berlari ke tengah hutan.
Setelah melihat Dira menjauh Adya berbalik. “aku tidak akan membiarkan kalian mendekatinya!” tangan Adya bercahaya mengeluarkan pedang panjang.
“Hiyaaa.” Adya berlari menuju kerumunan raksasa itu sambil melayang.
Adya menyerang Raksasa dengan mengayunkan pedangnya yang sangat cepat, beberapa raksasa dengan mudah ia bunuh , tetapi jumlah Raksasa terlalu banyak membuatnya kelelahan, apalagi tubuh Raksasa begitu keras dan tidak mudah untuk di bunuh membuatnya kelelahan dan harus mundur beberapa meter.
“menyingkirlah Kau tidak akan bisa mengalahkan kami!” ujar Raksasa.
“Meskipun aku tidak bisa mengalahkan kalian, setidaknya aku bisa menahan kalian lebih lama.” Adya berlari.
“kau sungguh bodoh.” Raksasa itu dengan cepat mengayunkan balok kayunya.
Sebelum mencapai raksasa itu Adya mengambil sebuah pil dari saku celananya dan langsung memakannya.
“Oh tidak!” ujar Raksasa itu menyadari Adya melakukan bunuh diri, namun jarak mereka sudah dekat dan tidak mungkin untuk menghindarinya.
“boomm!”
...****...
Di dalam hutan, Dira berlari sekuat tenaga, menuju pedalaman, ia tidak lagi peduli dengan hewan buas yang mengancam, tersesat ataupun terluka baginya sekarang anaknyalah yang sangat berharga dan harus di selamatkan meski ia harus mengorbankan nyawanya.
“Sungguh malam nasib mu nak.” Gunanya dengan lirih sambil memandang anaknya yang tertidur pulas.
“Berhenti!” seorang yang tidak terlihat berteriak.
Dira mempercepat larinya, meskipun ia sangat kelelahan ia terus berusaha berlari sekuat tenaga, namun ia salah melangkah di depannya ada jurang yang begitu dalam.
Saat hendak berlari ke arah lain tiga orang menghampirinya mereka adalah bara, Nayaka dan rani.
“Serahkan bayi itu!” ujar Nayaka.
“Tidak!” ujar Dira sambil memegang erat anaknya dan terus mundur hingga mencapai pinggir tebing.
“kau sudah tidak bisa lari lagi.” Ucap Rani.
Dira memandang ke dalam jurang yang dalam. ia tidak rela anaknya di ambil, tetapi ia sekarang tidak bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat anaknya aman dan hanya ada satu cara terakhir yang dapat ia lakukan
Dengan air matanya menetes dan memegang erat anaknya, ia menjatuhkan dirinya sambil memeluk anaknya dan meletakkannya di atas.
Nayaka, bara dan rani terkejut melihatnya, mereka tidak menyangka ia nekat menjatuhkan diri.
“apa yang harus kita lakukan?” tanya Rani, mereka tidak berani terjun ke bawah jurang itu.
Jurang itu sangat berbahaya, katanya bila seseorang yang jatuh ke sana tidak akan pernah kembali hidup hidup, bukan hanya jurang itu dalam, tetapi ada monster di dalam sana, orang orang yang pernah melihatnya sangat ketakutan dan tidak akan berani lagi ke sana dan monster itu memiliki bentuk yang beragam.
Mereka juga mendengar ada seorang petarung tingkat tinggi yang masuk ke dalam, tetapi ia tidak pernah kembali.
“Huh.” Tarikan nafas Nayaka pasrah. “kita kembali saja.”
“bagaimana bisa.”ucap Bara, ia sangat mengkhawatirkan reputasi mereka yang tidak pernah gagal dalam menjalankan misi, apalagi misi seperti ini, itu akan membuat reputasi mereka turun drastis.
“Kita tidak bisa melakukan apa apa.” Ujar Nayaka.
“ayo kembali.”
Mereka semua menghilang dalam sekejap mata.
...****...
Dira terjatuh sambil memegang anaknya dengan erat. air matanya tidak pernah berhenti menetes, sungguh kesedihan yang mendalam yang ia rasakan sekarang dan merasa enggan untuk meninggalkan anaknya yang baru beberapa jam di lahirkan, ia sungguh berharap jika suaminya akan datang dan menyelamatkannya tepat waktu.
Beberapa kali ia merasakan kesakitan akibat menghantam tebing tebing batu yang menjulang, dia tetap memegang anaknya dengan menempatkannya di atas dan memeluknya dengan erat.
Setelahnya, tubuhnya tergores gores berbagi cabang yang sangat tajam ia tetap melindungi anaknya dan tetap tidak menjerit; ia tetap bertahan, dan melindungi anak dalam pelukannya.
Byurrr. Tubuhnya terjatuh menghantam danau air Tawar yang dingin.
Perlahan lahan ia melayang-layang jatuh, kedua kaki dan satu tangannya di gerakan untuk berusaha naik ke permukaan, tetapi ia terlalu lemah dan kelelahan untuk naik ke permukaan.
ia sangat bersedih, jika dirinya tidak bisa selamat maka anaknya akan tidak akan selamat juga.
ia melihat anaknya yang masih tertidur, tidak ada gerakan apa pun, membuatnya khawatir.
Siapa saja tolonglah! Teriaknya dalam air meskipun itu mungkin adalah hal yang sia sia, namun ia tetap melakukannya.
Dari bawah, air menggelembung gelembung membentuk tangan yang besar lalu bergerak ke atas.
Dira merasa takut akan anaknya yang baru lahir, ia memegang anaknya dengan erat.
Tubuhnya perlahan lahan terangkat. Dira sangat lega dan bahagia, tangannya menyentuh hidung anaknya memeriksa apakah ia masih hidup.
hatinya merasa bahagia merasakan nafas anaknya yang masih hidup, tetapi saat ia melihat ke bawah, ia sangat ketakutan.
“Jangan takut.” Suara wanita yang lembut dan bergema dari belakangnya.
Dira berbalik, wajahnya sangat terkejut, melihat wajah wanita air yang cantik dan besar memperlihatkan ekspresi lembut dan penuh dengan keindahan. tubuhnya hanya sebagian di atas air dan penuh dengan air
“S–siapa kau!?”
“Aku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo...ayo...
2022-08-02
0
NEZUKO
zmngt zmngt zmngt urraaaaa
2022-05-24
1
NEZUKO
zmngt zmngt
2022-05-24
0