Dirga heran saat melihat kedekatan Arga dan papanya yang terlihat akur saat bermain puzzle. Bahkan papanya tak menanyakan lagi anak siapa yang qdibawa. Mungkinkah papanya telah merindukan sosok cucu? Jika memang seperti itu ini adalah kesempatan emas bagi Dirga untuk mengatakan bahwa Arga adalah anaknya. Tidak akan mungkin jika papanya akan menolak.
"Pah," panggil Dirga.
"Hmm," sahut papanya yang tetap fokus pada mainan Arga.
"Aku mau mengatakan sesuatu, tapi papa jangan marah ya?"
"Langsung aja pada intinya, Ga. Gak usah berbelit-belit."
Dirga mengambil nafas dalam-dalam sebelum menghembuskan perlahan. Semoga saja papanya tidak shock dan jantungan saat mendengar berita yang akan disampaikan.
"Sebenarnya-" Dirga menjeda ucapannya.
"Sebenarnya apa, Ga?"
"Tapi papa jangan pecat Dirga sebagai anak papa ya," pinta Dirga.
"Kamu mau ngomong apa sih? Mau bilang sebenarnya Arga anak kamu?"
Hah?
Dirga melebarkan bola matanya. Bukan papanya yang shock dan jantungan, tetapi dirinya lah yang shock saat ini. Bagaimana bisa papa sudah tau jika Arga adalah anaknya sementara dia saja baru mengetahuinya. Apakah Vie yang mengatakan kepada papanya?
"Papa kok dah tau?"
"Kamu bener-bener ya, nanam kecebong di rahim orang gak tanggung jawab malah pergi gitu aja. Untung papa segera tau, kalau tidak, mungkin kamu gak bakalan ketemu dan tau kalau punya anak."
Jadi selama ini papa sudah tau dan diam aja gak kasih tau aku. Bener-bener kelewatan papa.
*
*
*
Dirga menggendong tubuh Arga yang sudah tertidur. Malam ini mereka pulang terlalu malam karena mama Anggi ingin Arga menginap, tetapi Vie tak memberi ijin. Besok pagi Arga harus sekolah dan baju seragamnya tidak bawa.
Dirga meletakkan Arga dengan pelan agar tak terusik saat berpindah tempat. Vie hanya mengamati saat ayah dari anaknya mengamati wajah yang sudah terlelap hingga lama.
"Ga, udah malam. Pulang sana!"
Dirga menoleh lalu menautkan alisnya.
"Kamu ngusir aku, Vie? Gak ah, aku gak mau pulang. Aku mau tidur disini sama anakku," sahut Dirga lagi.
"Gak boleh. Apa kata tetangga, Ga? Pulang sana!" usir Vie.
"Aku bilang enggak, ya enggak Vie. Bodo amat apa kata tetangga, toh aku ayahnya Arga, pengen tidur dengannya. Emang salah ya? Yang salah itu kalau tidur sama kamu," celoteh Dirga.
Sakit kepala jika harus berdebat dengan Dirga. "Suka mu lah, Ga. Yang penting jangan ada gosip lain lagi, gosip di kantor aja belum kamu selesaikan," cibir Vie.
Seranjang tiga nyawa, begitulah kira-kiranya saat menggambarkan ketiga insan yang sedang terlelap dengan posisi Arga berada di tengah-tengah mereka.
Tengah malam karena cuaca sangat dingin Dirga menarik selimut yang mereka kenakan bertiga hingga tubuh Vie tak tertutup kain selimut.
Merasakan hawa dingin, Vie menarik lagi selimutnya hingga kedua orang ini saling tarik-menarik selimut.
"Ga, siniin. Ini selimutku," rengek Vie.
"Enak aja. Aku kedinginan tau," balas Dirga.
"Sini gak?"
"Gak."
"Oke kalau kamu gak mau ngalah, biarlah aku yang mengalah," ujar Dirga.
Vie tersenyum penuh kemenangan saat melihat Dirga menuruni tempat tidur
Akhirnya Vie bisa mengusir Dirga. Siapa suruh tidur di ranjang yang sama?
Namun, tiba tiba Vie terbelalak saat tubuhnya digeser oleh Dirga. "Geser sikit!" perintah Dirga.
"Kamu mau apa Ga?" Degup jantung Vie bertalu-talu tak menentu saat sentuhan tangan Dirga menggeser paksa tubuh Vie
"Mau tidurlah. Jadi mau apa? Mau buat adeknya Arga sih, kalau kamu mau."
Vie menelan kasar ludahnya. Saat Dirga benar-benar tidur di sampingnya dan meraih selimut yang mereka perebutkan tadi. "Nah, gini kan enak, anget," ucap Dirga.
🌹Dah segini dulu. Jaringan bermasalah 🌹
☕☕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Ananda Muthaharoh
modus mu pak dirga yg terhormat, bilang aja pengen peluk hahaha
2025-03-08
0
Ds Phone
selimut pun jadi rebut saja nak rebut dapat tidur peluk
2025-01-16
0
Santi Liana
😂😂😂😂Dirga pintar bgt cr kesempatan😁😁
2023-01-04
0