Mungkin aku berdosa karena sudah merencanakan hal yang nantinya akan membuat suamiku menderita. Namun semua itu kulakukan karena aku ingin membalaskan dendamku kepada mereka yang sudah membuat sebagian jiwaku pergi.
Sebagai orang yang ilmu agamanya dangkal seperti ku, aku tidak akan berfikir dua kali untuk melakukan perbuatan seperti ini. Karena menurutku apa yang telah kita tanam, itu pulalah yang nantinya akan kita tuai. Begitu pulalah dengan apa yang sudah dilakukan suamiku, aku pun akan memberikan apa yang dulu ia torehkan kepadaku. Agar ia dan wanita selingkuhannya itu bisa merasakan penderitaan yang juga aku rasakan.
"Tunggu, mas!" Teriakku pada suamiku yang sudah berada di depan pintu bersama Kyla. Ya, tadi setelah selesai sarapan, Kyla juga pamit kepadaku dan akan diantar pulang oleh mas Farhan.
"Ada apa?" Tanyanya saat ia memberhentikan langkahnya dan menghadap kearah Adeela.
Adeela mengangkat sebuah paperbag yang di dalamnya berisi bekal makan siang kearah suaminya.
"Ini, aku lupa kasih kamu tadi. Aku buatin kamu bekal untuk makan siang nanti. Dihabiskan ya, mas!"
Farhan mengambil paperbag itu di tangan Adeela dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari ucapan istrinya tadi.
"Aku jalan ya, sudah hampir jam 8." Ujarnya melihat jam di pergelangan tangannya.
Adeela menganggukkan kepalanya dan mengambil tangan suaminya untuk ia cium. Biasanya suaminya itu akan mencium keningnya saat akan berangkat kerja namun entah mengapa kali ini Farhan tak melakukan itu.
Adeela pun ingin memanas-manasi Kyla yang dari tadi memandang tidak suka interaksi antara dirinya dan Farhan.
Segera ia memajukan kepalanya lebih dekat dengan suaminya dan menutup matanya, kode agar suaminya itu mencium keningnya. Tak lama kemudian Farhan pun melakukan apa yang Adeela inginkan dengan mencium keningnya di depan Kyla.
Adeela bersorak puas dalam hati karena kini Kyla sudah memasang wajah masamnya dan memalingkan pandangannya kearah lain. Adeela tertawa jahat di dalam hati melihatnya.
"Ini belum seberapa Kyla. Lihat saja, nanti aku akan memberikan yang lebih dari ini." Gumamnya dalam hati menatap Kyla.
"Yasudah, aku berangkat." Farhan melambaikan tangannya dan berjalan semakin jauh ke depan bersama Kyla.
"Dasar, wanita m*****k. Ke laut saja sana." Cibirnya melayangkan tinjunya ke udara saat Kyla sudah tak lagi terlihat.
Adeela pun kembali berjalan masuk ke dalam. Ia naik ke lantai atas dan segera masuk ke dalam kamarnya. Adeela duduk di ujung ranjangnya dan membuka ponselnya yang kini sudah berada di tangannya.
Saat kuncinya sudah terbuka, masuk dua notifikasi pesan dari Sahabatnya dan satu lagi nomor baru yang tak ia kenal. Adeela pun mengabaikan pesan dari orang yang tak ia kenal dan membuka pesan dari sabatnya, Anisa.
From Anisa:"Deela, kapan lo mau jalan. Hari ini gue free, kok!"
Adeela menimang-nimang sebentar ajakan dari sahabatnya. Saat ia sudah menemukan jawabannya, segera ia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi. Memulai ritual mandinya dan segera bersiap-siap untuk pergi jalan bersama sahabatnya.
Setelan baju dress selutut berwarna peach dipadukan dengan blaser berwarna putih tulang dengan sepatu kets berwarna putih. Rambutnya ia urai dan mengikat sedikit anak rambutnya ke belakang. Make up tipis dan lipstik berwarna nude ia poles di wajah cantiknya.
"Cantik." Ujarnya memperhatikan pantulan dirinya di cermin.
Diambilnya tas kecilnya di lemari yang berwarna senada dengan bajunya dan segera ia berjalan menuruni tangga. Ia dan Anisa sudah janjian akan bertemu di mall XX.
Suara klakson di depan rumahnya membuatnya segera berjalan keluar menuju taksi yang sudah ia pesan tadi.
20 menit kemudian ia pun sampai di depan mall XX. Di jalan masuk mal sudah berdiri sahabatnya menggandeng tangan anak laki-laki kira-kira usianya sekitar 4 tahunan.
"Nisa!" Ujar Adeela dengan riang dan segera memeluk sahabatnya. Saat pelukannya sudah terlepas, kini matanya beralih pada anak laki-laki di samping sahabatnya itu.
"Anak kamu, Nis?" Tanyanya mengalihkan pandangannya kearah sahabatnya. Anisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Kini Adeela berjongkok menyamai tingginya dengan anak dari sahabatnya. Dipegangnya kedua tangan anak laki-laki itu. Adeela menatap dengan senyum merekah anak dari sahabatnya. Sudah lama sekali ia tidak berinteraksi dengan anak kecil.
"Nama kamu siapa anak ganteng?" Tanyanya yang kini tangan kanannya sudah memegang pipi anak laki-laki itu.
"Nama aku Dava, tante." Ucapnya dengan nada cadelnya. Adeela dibuat gemas oleh anak dari sahabatnya itu.
"Tante pasti namanya Deela, kan?"
Adeela menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang. "Kok anak ganteng ini tahu? Pasti Mamanya yang beritahu, ya!"
"Iya, tante." Ucapnya tersenyum menampakkan gigi kecilnya yang tersusun rapi.
"Mulai sekarang, Dava jadi pacarnya tante aja ya!"
"Enggak mau tante. Tante kan sudah tua."
Anisa dibuat tertawa oleh jawaban anaknya. Namun bukannya marah, Adeela malah tersenyum mencubit pipi gembul anak itu.
"Kamu ngegemesin banget sih, sayang. Yaudah, kalau kamu enggak mau jadi pacarnya tante, jadi anaknya tante aja, ya!"
Dava langsung menganggukkan kepalanya setuju dengan penawaran dari sahabat mamanya itu.
"Yasudah, mulai sekarang Dava panggil tante dengan sebutan mama, ya."
"Iya, mama!"
Adeela mencium dengan gemas kedua pipi gembul anak dari sahabatnya. Kini ia mengangkat Dava dan membawanya dalam gendongan.
"Yuk!" Ajaknya pada sahabatnya dan kini mereka sudah berjalan memasuki area mall.
"Kita kemana dulu, nih?" Tanya Adeela karena ia juga bingung mau ngapain.
"Kita shoping-shoping ria dulu, Deel."
"Ayo!" Jawab Adeela sama antusisanya dengan sahabatnya. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan ini. Dulu saat masih SMA, saat mereka pergi jalan berdua pasti ia selalu di traktir oleh sahabatnya. Karena sahabatnya itu tahu bagaimana kondisi keuangannya. Walaupun Adeela selalu menolak, Anisa akan memaksanya dan tak ada bantahan.
Mereka berjalan ke area pakaian wanita. Adeela dan Anisa menyusuri setiap lorong dan memilah-milih baju sesuai dengan minat mereka. Adeela memilih baju dress berwarna moka, hitam dan merah navy. Sedangkan Anisa, ia memilih beberapa baju gamis.
Setelah membayarnya di kasir, kini mereka kembali mengutari area mall. Mereka berjalan dan masuk ke toko baju kaos. Adeela dan Anisa membeli baju kaos couple lengan panjang berwarna hijau tosca. Agak kekanak-kanakan memang, tapi mereka enjoy-enjoy aja.
Temat ketiga yang akan mereka datangi adalah toko baju anak-anak. Adeela dan Anisa memilih beberapa baju anak laki-laki. Saat akan membayar di kasir, Adeela segera mengeluarkan kartu ATM pemberian suaminya untuk membayar belanjaan mereka. Lama mereka berdebat siapa yang akan membayar, dan yang menang adalah Adeela. Adela sengaja membeli beberapa baju untuk Dava, anak dari sahabatnya. Walaupun baru pertama kali bertemu dengan anak dari sahabatnya itu, namun ia sudah jatuh cinta pada anak laki-laki itu.
Kini mereka sudah memasuki area restoran ingin makan siang setelah tadi capek berbelanja kesana kemari.
Setelah selesai memesan makanan, Adeela dan Anisa kembali berbincang-bincang.
"Kamu nikah sama pacar kamu sewaktu SMA dulu, Deel?"
"Heem. Aku nikah sama dia."
"Wah, kamu beruntung baget, Deel bisa nikah sama dia. Sudah ganteng, tajir, baik lagi." Ujarnya antusias mengingat saat masa-masa dulu Adeela dan Farhan.
"Kamu salah, Nis. Kadang apa yang kita lihat tidak seperti kenyataannya." Kata-kata itu ia ucapkan hanya di dalam hati.
"Ceritain dong bagaimana sampai kamu bisa nikah sama si cowok tampan itu?" Tanyanya yang kini sudah menopangkan dagunya dengan tangan kanannya.
Namun Anisa harus menunggu terlebih dahulu karena anaknya yang meminta sesuatu. "Tante aku mau makan es cleam." Pinta Dava yamg berada di pangkuannya."
"Tunggu ya, sayang." Ujarnya mengelus kepala Dava dan segera memesan es cream pada pelayan restoran.
"Lanjut nih?"
"Iyalah. Orang kamu belum cerita sama sekali."
"Ok. Jadi..." Ucapan Adeela terhenti ketika mendengar pelayan menyela pembicaraannya.
"Makanan sudah datang." Ujar pelayan restoran dan meletakkan pesanan mereka di meja.
Anisa pun harus kembali dibuat penasaran oleh sahabatnya. Adeela berjanji setelah makan ia akan menceritakannya kepada sahabatnya.
Setelah selesai menyantap hidangan makan siang, Anisa menagih janji sahabatnya untuk menceritakan bagaimana kehidupan sahabatnya selama mereka tidak bersama.
Adeela pun mulai menceritakan awal mula ia di lamar oleh Farhan sampai ia menghadapi peristiwa yang membuatnya menjadi pribadi yang pendendam sekarang. Air matanya menetes tiada henti saat menceritakannya. Anisa ikutan menitikan air mata mendengar curahan hati sahabatnya. Jikalau ia di posisi Adeela sekarang, pasti ia tidak akan sanggup menghadapinya. Berkali-kali ia berusaha menguatkan sahabatnya dengan memberikan wejangan-wejangan.
Anisa tidak menyangka bahwa lelaki yang dulu sempat ia idolakan karena terlihat sangat sopan dan begitu memuja sahabatnya, kini berubah 180 derajat sehingga membuatnya ikut geram mendengarnya. Ternyata isi hati manusia itu hanya tuhan yang tahu. Berbeda covernya dengan isi dalamnya. Benar kata pepatah "Dont judge the book by its a cover!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Lina Suwanti
maaf author jd agak bingung nih,, selisih umur Deela sm Farhan kan 4 thn trus yg mantan pacar putih abu² Farhan bukannya Kyla yaa🙏
2023-01-14
0
Endang Oke
farhan tdk kuat iman.keyle wanita murahan.
hrsnya farhan ingat dgn cinta pertamanya.
2021-03-29
0
Tua Jemima
kurang seru blas dedamx thor bertele tele
2021-03-14
3