Di dalam bianglala mereka duduk saling berhadapan. Adeela sangat fokus menatap pemandangan lampu kota yang kerlap-kerlip di bawah sana dengan takjub dan tidak memperhatikan suaminya yang dari tadi menatapnya tanpa berkedip.
Tanpa ia duga tiba-tiba Farhan sudah memajukan badannya dan memegang dagunya mengarah kepadanya.
Adeela dapat merasakan hembusan nafas hangat suaminya menerpa kulitnya. Adeela mengerjabkan matanya berkali-kali. wajah suaminya sudah semakin dekat.
Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia harus mencari akal untuk menggagalkan aksi suaminya.
Wajah Farhan tinggal 5 senti lagi di depannya dan....
"Hachiiimm...." Adeela seketika menutup mulutnya berpura-pura bersin. Di usapnya hidungnya yang tidak gatal.
Apa yang Farhan ingin lakukan tidak terjadi. Ia berdehem dan memundurkan kepalanya ke posisi semula. Karena Adeela yang bersin membuat Farhan jadi salah tingkah. Mukanya memerah menahan malu.
Adeela bernafas lega karena bisa menggagalkan aksi suaminya yang ingin meciumnya. Seandainya itu tidak dilakukannya, maka bibirnya itu akan tersentuh lagi oleh orang yang sangat ia benci. Jangan sampai hal itu terjadi.
"Liat deh, mas, cantiknya." Tunjuk Adeela pada gedung pencakar langit yang nampak kerlap-kerlip. Hal itu ia lakukan untuk berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi kikuk.
"Y-yang mana?" Jawabnya gelagapan masih merasa malu atas hal memalukan yang tadi terjadi.
"Yang itu." Tunjuknya lagi.
"Oh." Hanya itu yang bisa Farhan jawab. Setelah itu ia berdehem dan menatap ke lain arah.
Adeela mengeluarkan ponselnya dan memotret pemandangan malam kota Jakarta yang sangat indah dari atas.
Suasana hening diantara mereka. Akhirnya bianglala nya pun berhenti. Adeela menghembuskan nafas lega karena bisa terbebas dari sarang kecil itu. Ia sangat merasa tidak nyaman atas apa yang hampir saja suaminya itu lakukan.
Adeela heran dengan sikap suaminya yang seperti itu. Beberapa kali hampir mencuri cium darinya, namun untung saja di setiap kesempatan ada-ada saja hal yang menggagalkan aksi suaminya itu. Apakah memang aslinya suaminya ini seperti itu, menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Lalu bagaimana dengan perasaan suaminya yang sesungguhnya. Jika memang suaminya itu tidak mencintainya, mengapa suaminya melakukan hal itu padanya.
Kadang kita tidak tahu apa yang ada di dalam hati setiap manusia. Walaupun kita mencoba menerka-nerka, tetapi kadang apa yang kita baca dari karakter seseorang itu ternyata masih salah.
Adeela dan Farhan pun keluar dari area pasar malam. Adeela sudah tidak ingin lagi tinggal dan berlama-lama dengan suaminya.
Saat sampai di dalam mobil, Adeela pun memasang sabuk pengamannya. Tak lama kemudian kendaraan Farhan pun membelah jalanan kota Jakarta.
"Kamu mau makan di mana?" Tanyanya di tengah-tengah keheningan suasana di dalam mobil.
"Aku mau makan mie ayam. Di pinggir jalan kayaknya ada yang jual."
"Kamu yakin mau makan di pinggir jalan?" Tanyanya kembali. Dahinya mengernyit karena permintaan istrinya yang ingin makan di pinggir jalan. Jujur saja, ia tidak pernah makan di pinggir jalan. Ia tidak yakin dengan kebersihan dari makanan yang dijajakan di pinggir jalan.
"Iya, yakin banget. Aku tiba-tiba pengen makan mie ayam."
Farhan mengernyitkan keningnya mendengar penuturan istrinya. Istrinya ini seperti orang ngidam saja pikirnya.
Farhan membulatkan matanya akan fikirannya tadi. Ngidam! Jangan sampai istrinya itu memang ngidam, ujarnya dalam hati. Tapi segera Farhan menghilangkan fikiran itu dari kepalanya. Tidak mungkin istrinya itu hamil hanya dalam satu malam. Ujarnya dalam hati mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
"Itu di depan, mas gerobak mie ayamnya!"
Segera Farhan menepikan kendaraannya dan memarkirkannya di samping gerobak.
Mereka pun keluar dari dalam mobil. Terdapat dua pasangan yang makan di samping gerobak. Ada beberapa meja dan kursi plastik yang berjejer di pinggir trotoar.
"Mau pesan apa neng, mas?" Tanya penjual mie ayam saat Adeela dan Farhan sudah duduk di kursi plastik paling ujung dekat mobil mereka. Selain mie ayam, bapak tua itu juga menjual mie goreng dan soto banjar.
"Mie ayam dua pak." Ucap Adeela
"Siap. Tunggu ya, mas, mbak."
Adeela menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
Mereka pun menunggu pesanan mereka dengan sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.
Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang. Bapak tadi menyajikannya di depan Adeela dan Farhan. Aroma kuahnya yang harum dan tajam menusuk indra penciuman Adeela yang memang sudah kelaparan dari tadi.
Segera ia menuangkan sambal, kecap dan jeruk nipis untuk menambah cita rasanya. Sedangkan Fahan, ia diam mematung memperhatikan istrinya yang memakan mie ayam dengan sangat lahap. Mie ayam di depannya tidak ia sentuh sama sekali.
Adeela yang menyadari itu seketika menghentikan kunyahannya dan menatap suaminya dengan heran.
"Kenapa belum di makan?"
Farhan hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Mie ayamnya enak loh. Coba deh, kalau enggak enak biar nanti aku saja yang bayar."
"Kamu saja yang makan. Aku belum lapar."
"Coba dulu. Nanti mie nya aku habisin, baru nyesal." Adeela pun memberi kecap, sambel dan jeruk nipis pada mie ayam suaminya. Diaduknya mie ayam suaminya agar penyedap tadi menjadi rata.
"Coba."
Akhirnya dengan berat hati, Farhan pun mulai memasukkan sesendok kuah mie ayam pada mulutnya. Ia mencoba mencecap rasa kuah mie ayam tadi. Saat kuahnya sudah turun dari leher, Farhan membulatkan matanya dan kembali menyendok kuah ayam itu ke mulutnya. Ternyata rasanya tidak seperti penampilannya. Farhan pun mulai menyantap mie ayam itu dengan sangat lahap sampai-sampai keringat bercucur di dahinya karena kepedisan.
Farhan lebih dulu menghabiskan mie ayam tadi daripada istrinya. Adeela mengulas senyum di bibirnya. Kiranya suaminya itu jijik makan di pinggir jalan, nyatanya baru sekali coba suaminya itu sudah doyan.
"Pak, pesan satu lagi ya, bungkus."
"Siap."
Adeela menatap wajah suaminya yang kini mengelap keringatnya menggunakan tisyu.
"Doyan, ya."
"Biasa aja. Tapi untuk jaga-jaga siapa tahu aku lapar tengah malam dan kamu enggak masak.
Mending aku pesan aja untuk jaga-jaga."
Elaknya dan tidak mau mengakui bahwa ia doyan.
Setelah Adeela selesai makan, Farhan pun membayar semua makanan yang telah mereka makan beserta bungkusan itu.
Mereka kembali masuk ke dalam mobil dan kendaraan Farhan pun melaju menuju rumah.
Selang 10 menit kemudian, kendaraan Farhan pun memasuki pekarangan rumah. Diparkirnya mobilnya itu di garasi setelah itu mereka sama-sama berjalan masuk ke rumah.
Langkah Farhan dan Adeela terhenti saat mendapati Kyla yang duduk di kursi depan rumahnya.
Kyla pun bangkit dari duduknya dan mereka pun sekarang berdiri saling hadap-hadapan.
"Kyla!"
"Mbak, Kyla!" Ucap keduanya bersamaan. Kyla mengulas senyum di wajahnya menatap Farhan dan Adeela.
"Ngapain wanita ini datang bertamu malam-malam?" Gumamnya dalam hati menatap Kyla di depannya.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Salam story from By_me
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Yani
lama bertele tele
2022-07-05
0
Shellia
Kyla...kenapa kamu gak mamp*s aja 🤨
2021-07-09
0
Aisyah Prasutio
thorr,jgan jauh" ngulang nya,😅😅
2021-07-04
2