"Dari mana saja kamu?"
"Dari belanja."
"Aku tahu kamu dari belanja. Tapi tadi kamu perginya sama siapa?" Ucapnya dengan nada kesal dan sedikit meninggikan suaranya.
Adeela dibuat terkesiap oleh bentakan suaminya.
"Ya, aku sendirilah. Emangnya aku mau pergi sama siapa."
Farhan menggertakkan giginya dan menatap dengan tajam istrinya. Karena amarahnya sudah tak bisa ia tahan, Farhan segera bangkit dari duduknya dan selanjutnya menyeret tangan istrinya kasar menuju lantai dua. Setelah sampai di kamar, Farhan seketika menghempaskan tubuh istrinya di kasur dan berjalan menuju pintu lalu menguncinya.
Selanjutnya Farhan naik ke atas ranjang dan menindih tubuh istrinya dengan kedua tangan Adeela ia angkat keatas. Farhan mencium dengan paksa istrinya. Adeela berusaha menolak dengan menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Namun apa yang ia lakukan itu hanya sia-sia, tenaga Farhan lebih kuat. Farhan memegang rahang istrinya agar tidak dapat melawan.
Adeela tidak lagi mampu melawan. Tubuhnya ditindih dan kedua tangannya diangkat keatas. Adeela hanya bisa pasrah. Farhan mulai melembutkan ciumannya karena sudah tidak ada lagi penolakan dari istrinya. Namun Adeela tidak membalas ciuman suaminya. Setetes cairan bening membasahi wajah putihnya. Ia sangat benci berada pada situasi ini. Ia sungguh membenci suaminya yang entah setan dari mana memperlakukannya seperti ini.
Farhan memberhentikan ciumannya karena merasakan rasa asin saat ia mencium istrinya. Ia sedikit menjauhkan wajahnya dan seketika tersentak saat melihat istrinya sedang menangis karena perlakuannya tadi.
Farhan menjauhkan badannya dan berbaring di samping istrinya. Ia menghapus air mata di wajah istrinya menggunakan ibu jarinya. Entah setan apa yang merasukinya sehingga ia melakukan hal tadi pada istrinya. Karena kelakuannya, semakin membuatnya merasa bersalah. Padahal ia sudah janji untuk tidak menyentuh istrinya, namun melihat foto istrinya bersama lelaki lain membuat darahnya mendidih. Entahlah, ia juga tidak tahu ada apa dengan dirinya.
Farhan bangun dan duduk di atas ranjang. Ia mengusap wajahnya kasar karena telah hampir melakukan kesalahan. Ia sudah berjanji untuk tidak lagi menyentuh istrinya namun entah ada apa dengan dirinya hari ini. Apakah ia cemburu? Tapi rasanya itu tidak mungkin karena ia tidak lagi mencintai istri pertamanya ini. Cintanya sekarang hanya pada Kyla, istri keduanya. Ia menggelengkan kepalanya dari fikiran-fikiran yang tidak mungkin itu.
Adeela meringkuk di atas ranjang dan menangis atas perlakuan kasar suaminya padanya. Ia sudah berusaha untuk menghindar dari perlakuan suaminya yang membuatnya jijik, namun ia tidak bisa menghindar. Tenaganya kalah telak dengan tenaga suaminya sehingga dengan mudahnya ia kembali di sentuh.
Farhan masih duduk di tempatnya sambil menutup wajahnya. Memikirkan kejadian tadi.
"Maafkan aku!" Ucapnya pada istrinya tanpa memandang wajahnya. Setelah itu ia turun dari ranjang dan keluar dari sana meninggalkan istrinya yang masih menangis.
"Aku benci sama kamu, mas!" Ucapnya lirih dengan tatapan kebencian di bola matanya.
Karena kelelahan menangis akhirnya Adeela tertidur sampai pagi tanpa menghiraukan perutnya yang sudah keroncongan minta untuk diisi. Ia tidak ingin bertemu dan bertatap muka dengan suaminya. Sedangkan Farhan, ia tidur di kamar tamu dengan terus memikirkan kejadian tadi. Sampai tengah malam ia melamun hingga pukul dua pagi barulah ia tertidur.
Keesokan harinya, Farhan sudah selesai berpakaian dan duduk manis di meja makan. Namun ia tidak mendapati kehadiran istrinya pagi itu.
"Mbok, panggilin istri saya di kamar. Ini sudah jam berapa dan dia belum sarapan."
"Siap, den!" Ucap Mbok Minah dan berjalan menaiki tangga berniat memanggil istri majikannya.
Tak lama kemudian Mbok Minah kembali dari kamar majikannya.
"Non Deela katanya belum lapar, den. Nanti saja dia makan."
Farhan yang mendengarnya seketika menghentikan aktifitas mengunyahnya dan menaruh sendok dan garpunya di atas piringnya.
"Yasudah, mbok bisa kembali lagi bekerja. Makasih ya, mbok."
"Sama-sama, den."
Setelah mbok Minah berlalu dari sana, Farhan segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tangga menuju kamar utama.
Ia memutar knop pintu kamarnya namun ternyata kamarnya itu terkunci dari dalam. Ia pun berusaha mengetuk pintu, namun tidak ada sahutan dari dalam. Ia tahu bahwa istrinya itu sudah bangun dan hanya berusaha menghindarinya karena kejadian kemarin. Kembali ia mengetuk pintu kamar berkali-kali namun tak jua ia dengar sahutan dari dalam sana. Dengan kesal ia berbicara setengah berteriak.
"Buka pintunya, Deela. Aku tahu kamu dengar. Kalau dalam hitungan ke tiga pintunya tidak di buka, jangan salahkan aku kalau pintunya ini kudobrak."
"Satu...Dua...Ti...." Belum selesai ia mengucapkan kata terakhirnya, pintu sudah dibuka oleh istrinya.
Adeela berada di depan pintu dengan penampilan yang sudah segar namun matanya terlihat sangat sembab. Rasa bersalah semakin menyelimuti hatinya.
"Kamu belum makan dari semalam. Sekarang kita turun dan sarapa agar perutmu tidak kosong." Ucapnya memegang tangan istrinya berniat membawanya turun namun Adeela menahan diri tetap pada posisinya.
Farhan menatap wajah istrinya penuh tanda tanya.
"Aku makan nanti saja. Aku belum lapar. Kalau aku lapar, aku bisa ambil sendiri. Mending sekarang mas berangkat karena sudah hampir jam delapan."
"Aku tidak akan pergi sebelum kamu makan makananmu. Kamu belum makan dari semalam, mana bisa kamu masih kenyang. Aku tidak mau tahu, kamu harus makan sekarang." Ucapnya tegas tak mau dibantah.
"Aku belum lapar, mas." Lagi-lagi Adeela menolak ajakan makan suaminya.
"Makan, aku bilang!" Ucapnya dengan tegas menatap tajam istrinya. Ia tidak ingin hanya gara-gara ini Adeela kembali sakit sehingga ia akan semakin lama berada di sisi Adeela. Ia ingin agar Adeela segera sembuh dan ia bisa kembali bersama Kyla dan anaknya.
Lagi-lagi Adeela menolak. Farhan memijit pelipisnya pusing dengan sikap keras kepala istrinya. Ia melihat jam yang melingkar di tangannya dan benar saja ia sudah terlambat ke kantor. Farhan menghembuskan nafas kasar, karena ulah istrinya. Ia tidak punya pilihan lain.
"Kalau begitu sekarang kamu ikut aku ke kantor."
"Untuk apa, mas. Aku tidak mau!"
"Ikut aku bilang!" Ucapnya tegas dan segera menarik tangan istrinya berjalan turun tangga.
Saat sudah sampai di bawah, ia segera memakai jasnya dan mengambil tas kerjanya. Setelah itu ia memegang tangan istrinya keluar dari sana menuju mobil.
Saat sudah sampai di dalam mobil ia segera melajukan kendaraannya menuju kantornya dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan diisi dengan keheningan. Tak ada pembicaraan diantara mereka. Farhan merasa perubahan sikap istrinya setelah terbangun dari komanya. Dulu Adeela adalah sosok yang sangat ceria dan selalu menghidupkan suasana namun berbeda dengan sekarang. Mungkin perubahan sikap istrinya itu karena ia belum bisa menyesuaikan diri setelah terbangun dari komanya. Tidak ada kecurigaan sama sekali dalam benaknya. Ia tidak tahu saja bahwa istrinya itu sedang merencanakan sebuah rencana yang akan membuatnya hancur sama seperti dirinya.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Happy reading kakak😘🤗
Jangan lupa vote nya, like dan komen juga yak😊
Salam story from By_me
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Anik New
dasar. fermipan
2023-01-15
0
Eka Rauf Ginting
ceritanya penuh dgn kemunafikan
2022-08-26
0
Shellia
Tahan Adeela,jangan lemah sebelum balas dendammu terlaksana
2021-07-09
0