🍁🍁🍁
Dalam tidur tanpa sadar Salwa mendekap pada tubuh Lukas yang juga membalasnya dengan pelukan. Keduanya melewati malam yang tenang untuk pertama kali setelah melewati dua hari yang melelahkan.
Slurpp! Suara David menyeruput kopinya di pagi hari ditemani oleh alunan musik klasik yang di putar Rose. Wanita itu kemudian berbalik duduk disamping David dengan menyandarkan kepalanya.
"Sayang biarkan Luhan istirahat hari ini ya?" Pinta Rose pada David yang meletakkan gelasnya.
"Iya Sayang." Sahut David. "Tapi sebagai gantinya Mama temanin Papa meeting pagi ini gimana?"
"Meeting apa pah?" Menari diri dari pundak David.
"Meeting bersama para direksi terkait kekacauan tiga hari belakangan ini,sekaligus menyampaikan bahwa tidak ada yang terjadi dengan Putra kita." Jelasnya.
"Yaudah Mama ikut temanin Papa sekalian kita harus cari siapa yang menyebarkan berita Hoax itu." Ucap Rose mengingatkan David.
"Benar juga!Papa hampir aja melupakan masalah itu." Sahutnya. "Makasih Mah udah ingatin Papa." Ucapnya yang dibalas senyuman dari Rose. "Tapi mereka belum bangunkah?" Tanya David melihat jam ditangan menunjukkan pukul 09.00 pagi.
"Uhmmm!" Suara Salwa mengusap pipinya pada dada telanjang Lukas membuat pria itu terjaga dan berbalik memiringkan tubuhnya menghadap Salwa. Ia kemudian mendekap Salwa dalam pelukan.
Tok tok tok! Suara ketukan pintu dari luar mengusik Salwa dari dalam pelukan Lukas. Ia perlahan membuka kelopak matanya dan mendapati wajahnya menempel pada dada Lukas.
"Aaaaaaah!" Teriak Salwa mengagetkan Madam Vero yang berdiri di depan pintu, membuat semua pelayan di dalam rumah menoleh ke kamar mereka, membuat pengawal yang berjaga diluar menoleh ke rumah.
"Ada apa Mah?" Tanya David yang menunggu istrinya masuk ke mobil.
"Kayak ada suara orang menjerit." Jawab Rose duduk di samping David sambil menutup pintu mobil.
"Mama salah dengar kali." Sahut David merangkul Istrinya. "Jalan Pak!" Perintahnya pada supir.
Tok tok tok! Suara Madam Vero mengetuk kembali pintu.
"Tuan Muda!" Panggilnya pada Lukas yang sedang membungkam mulut Salwa dengan tangannya dibawah tubuhnya. "Non Salwa apa ada yang terjadi?" Tanyanya dari balik pintu membuat Salwa meminta Lukas menarik tangan dari mulutnya.
"Hah-hah!" Suara nafas Salwa terengah-engah setelah Lukas menarik tangannya. "Ada apa denganmu?" Tanya Salwa bangkit bersandar pada kepala ranjang. "Kau hampir saja akan membunuhku." Sambungnya masih dengan nafas terengah-engah.
"Kau berteriak tiba-tiba membuat orang kaget." Sahutnya.
"Kau yakin hanya karna itu saja?" Tanya Salwa. "Jika Aku tidak salah sorot matamu sebelumnya seperti akan membunuhku." Mendekatkan wajahnya melihat Lukas. "Apa kau begitu memiliki banyak musuh?" Tanyanya yang kemudian menarik wajah dari Lukas. "Sampai-sampai kau mengira diriku adalah salah satu dari mereka." Menjulurkan kedua kakinya ke lantai.
Klekk! Pintu terbuka.
"Ada apa Madam?" Tanya Salwa.
"Sarapannya udah selesai Non." Jawab Madam dengan mata melirik kecil ke dalam kamar.
"Oh gitu." Sahutnya.
"Sarapannya mau di antar kesini atau---"
"---Siapkan di meja makan aja Madam. Entar kami yang kesana." Potong Salwa yang kemudian menutup pintu dengan cepat. "Sepertinya mertuaku udah pergi ke perusahaan." Ucap Salwa menghampiri Lukas yang kini tengah merebahkan diri di kursi panjang depan kolam renang.
"Kalau gitu kita gak perlu kesana bukan?" Menoleh pada Salwa yang duduk di kursi lain.
"Ya." Jawab Salwa. "Tapi hari ini kau harus mempelajari Emperal grup dan mengenali orang-orang yang ada disana." Ucap Salwa yang melipat kedua tangannya.
Usai sarapan keduanya duduk di tepi kolam renang yang hanya memiliki akses melalui kamar mereka. Salwa sengaja memilih tempat itu menghindari para pelayan termasuk Madam Vero.
Brukk! Suara Salwa meletakkan tumpukan dokumen di depan Lukas. Dokumen-dokumen itu memuat tentang bisnis apa saja yang di kelolah Emperal grup. Selain bisnis Salwa juga memberikan dokumen-dokumen yang memuat profil para Dewan direksi hingga orang-orang penting yang bekerja untuk Emperal grup.
"Madam bisa buatkan dua jus." Pinta Salwa yang keluar dari kamar setelah tiga jam berlalu ia dan Lukas belajar di tepi kolam.
"Baik Non." Sahut Madam berbalik badan meminta pelayan di dapur melakukannya.
"Sekalian camilannya juga ya Madam!" Seru Salwa dari ruang tengah. Selang beberapa menit kemudian suara ketukan pintu terdengar dari luar.
"Mau di letakkan dimana Non." Ucap Pelayan berdiri dengan nampan tempat jus dan camilan.
"Biar Saya aja." Meraih nampan dan meminta pelayan kembali.
Brakk! Suara Salwa menutup pintu dengan kakinya lalu pergi membawa nampan ke depan Lukas yang begitu fokus dengan laptop di depannya. Ia mencari informasi lengkap tentang Raden Prakas sejak tadi. Namun tak ada data lain yang keluar selain menyatakan Pria itu adalah pemilik Hotel secret.
"Minum dulu?" Tawar Salwa pada Lukas yang kemudian menutup halaman pencariannya dengan cepat sebelum Salwa melihatnya. "Kamu udah search mengenai tugas dan tanggung jawab CEO kan?" Tanya Salwa pada Lukas yang meminum jusnya.
"Apa suami seorang CEO?" Tanya Lukas balik sambil meletakkan gelasnya.
"Dia baru memegang posisi itu dalam dua tahun terakhir ini." Jawab Salwa. "Kau harus banyak belajar." Melirik Lukas yang kembali menatap laptotnya. "Jangan sampai kau merusak kerja keras Luhan dalam dua tahun terakhir." Sambungnya memberikan buku panduan menjadi seorang CEO pada Lukas.
"Sebelumnya apa Luhan punya seorang Asisten atau sejenisnya?" Tanya Lukas menerima buku.
"Asisten?" Sahut Salwa mencoba mengingat-ingat seorang yang sering berada disamping Luhan.
"Ya." Jawab Lukas membalik-balikan halaman panduan CEO lalu selang beberapa detik kemudian ia meletakkannya dan balik meraih map file memuat profil para karyawan. "Pertemukan aku dengannya jika ada." Sambung Lukas membolak-balikkan halaman.
"Kau ingin Aku membawamu pada Bobi?" Tanya Salwa dengan mengerutkan dahi.
"Bobi Kusuma." Menarik salah satu kertas dari file map. "Benar?" Menaikan salah satu alisnya melirik ke Salwa yang menatapnya dengan mulut sedikit terbuka.
"Coba Aku lihat fotonya." Pinta Salwa yang spontan terpesona oleh Lukas. Aura Pria itu seketika berubah seperti CEO dingin yang kejam saat menanyakan perihal Asisten padanya. "Ya." Sahut Salwa menganggukkan kepala setelah melihat foto yang ada di profil data pribadi Bobi Kusuma. "Dia Asisten yang tidak tahu apapun." Mengembalikan data Bobi ke tangan Lukas.
"Kalau begitu aku mau dia yang mengurus semua yang berkaitan pekerjaanku di perusahaan." Sahut Lukas.
"Aku menolak!" Ucap Salwa mengangkat tangan. "Kalian hanya akan menghancurkan apa yang telah dibangun Luhan selama ini." Jelasnya yang sama sekali tidak memberikam Lukas berbicara.
"Telpon dia sekarang!" Melempar ponsel pada Salwa. "Minta untuk datang menghadapku besok." Melihat jam di tanganya. "08.30 Teng!" Melirik kecil pada Salwa yang menahan senyum dengan melipat bibirnya. "Apa kau dengar?" Tegur Lukas.
"Bos tak bisakah kita mencari yang lain?" Sahut Salwa yang balik bertanya seolah dirinya adalah sekertaris Lukas. "Dia benar-benar tak kompeten dalam bekerja,Hm!" Pintanya.
"Salwa!" Mencondongkan tubuhnya mendekat pada Salwa.
"Ya?"
"Aku bukan lagi bercanda denganmu." Tegurnya dengan nada dingin membuat Salwa membeku mendengarnya. "Ingat! Disini Aku pimpinannya. Jadi, kau harus mengikuti apa yang aku perintahkan." Sambungnya dengan tatapan tajam. "Mengerti?" Menepuk-nepuk lembut pipi Salwa yang membatu.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ina Yulfiana
makin seru aja nich...
semngt sukses selalu
2022-04-16
1