🍁🍁🍁
Tap tap tap! Suara langkah kaki Salwa keluar dari dalam lift rumah sakit Dharma diikuti oleh dua perawat dari belakang. Kedua perawat mengenaskan seragam perawat rumah sakit dharma lengkap name tag perawat yang sedang terkunci di ruang loker . Sebaliknya Salwa mengenakan jas putih beserta name tag dokter yang ada di kartu nama pemberian polisi sebelumnya.
Fyuhhh! Suara Salwa menghela nafas berjalan bersama dengan kedua perawat menuju ruangan Luhan dirawat. Ia melihat dua polisi berdiri didepan pintu.
"Pakai masker kalian!" Bisik Salwa memperbaiki maskernya menghadap dua polisi yang kini menoleh kearah mereka.
Klekk! Suara polisi membukakan pintu untuk Salwa dan dua rekannya. Tanpa perlu menunggu lama Salwa masuk diikuti oleh kedua perawat.
"Coba kalian periksa apa sebenarnya yang terjadi pada suamiku." Ucap Salwa pada kedua perawat. Selang menit kemudian kedua perawat saling melihat satu sama lain. "Apa yang terjadi?" Tanya Salwa.
"Suami ibu saat ini dalam keadaan vegetatif." Jawab perawat Pria. "Tak ada yang bisa menjamin kapan beliau akan sa---" Ucapnya terputus oleh suara dering ponsel Salwa.
"Kak Salma?" Tanya Salwa melihat layar ponselnya. "Halo!" Sambut Salwa dari ujung telpon membuatnya melihat ke Luhan. "Apa?" Dengan wajah shock.
"Makanya Aku nelpon kamu untuk memastikan kebenarannya." Ucap Salma. "Berita itu gak benarkan Wa?" Tanyanya Salma. "Luhan lagi sama kamu kan?" Melihat Rose dan David dibawa keruang rawat. "Salwa jawab dong! Kamu kok malah diam." Lanjutnya menyusul dokter dan perawat yang membawa Rose dan David.
"Ya." Jawab Salwa melihat Luhan. "Aku lagi sama Luhan kok." Yang kemudian mengalihkan pandangannya dengan berbalik menoleh pada polisi yang mengawas di balik pintu.
"Kau harus bawa Luhan balik sekarang. Keadaan disini benar-benar kacau. Tante Rosa dan Om David belum sadarkan diri sejak mendengar kabar Luhan menghilang." Jelas Salma menilik keruang tempat Rosa dan David.
"Baik kak." Jawab Salwa mengakhiri panggilan dan melihat ke Luhan. "Kalian yakin suamiku benaran dalam keadaan vegetatif?" Tanya Salwa.
"Benar Bu!" Sambung perawat wanita menyetujui perkataan rekannya. "Saat ini yang diperlukan adalah perawatan yang lebih intensif dan pengawasan terhadap perkembangan pasien tiap jam!" Jelasnya melihat Salwa yang terduduk lemas dilantai.
Setengah jam berlalu,Salwa menundukkan wajahnya diatas roda kemudi membuat kedua perawat saling melihat satu sama lain. Setelah kembali dari ruangan Luhan dirawat ia melihat berita menghilangnya CEO Emperal grup.
"Apa yang harus lakukan?" Tanya Salwa. "Jika mereka sampai tahu Luhan koma dan dalam pengawasan polisi akan membuat keadaan semakin buruk." Menegakkan kepalanya melihat keluar mobil.
"Maaf Bu kalau boleh saya kasih saran." Ucap Zack, 28 tahun. "Bagaimana kalau Ibu minta bantuan pada Pria sebelumnya?" Tanyanya.
"Benar banget,Bu!" Sahut Indri, 22 tahun. "Pria itu bisa menggantikan posisi Suami Bu untuk sementara waktu." Tambahnya membuat Salwa menoleh kepada keduannya.
"Tapi---"
"---Kita akan bantu ibu!" Potong keduanya kompak.
"Makasih ya!" Ucap Salwa. "Kalian bisa aku percayakan?" Tanya Salwa melihat Zack dan Indri bergantian.
"Bisa Bu!" Jawab keduanya kompak.
"Kalau begitu aku mau kalian mengawasi Luhan selama aku pergi membawa pria itu ke perusahaan." Ucap Salwa yang dibalas anggukan oleh keduanya. "Aku ada sedikit uang kes." Membuka dasboard membuat Zack dan Indri kaget melihat uang kes. "Ini untuk pegangan kalian selama mengawasi Luhan." Memberi dua ikat per orang.
"Bu ini terlalu banyak buat kami." Tolak Zack.
"Kalian harus tinggal di hotel dekat sini!" Mengembalikan kembali uang ketangan Zack. "Dan di dalam ini sudah ada kontak nomorku." Memberikan pada Zack dan Indri. "Kabari aku kalau ada sesuatu yang terjadi pada Luhan."
"Baik Bu!" Sahut keduanya kompak yang kemudian diantar Salwa ke depan hotel yang cukup dekat dengan rumah sakit.
Brakk! Suara keduanya menutup mobil. Salwa menurunkan kaca mobilnya melihat keduanya.
"Pastikan kalian gak ketahuan saat menyamar." Ucap Salwa yang kemudian pergi menuju bandara sambil mengecek paspor di tasnya.
Brooom! Suara mobil Salwa tiba bandara setelah menempuh dua jam perjalanan. Ia kemudian mengeluarkan peluru dari pistolnya dan membuatnya dalam keadaan terpisah.
Tap tap tap! Suara langkah Salwa.
"Satu tiket kelas bisnis." Ucap Salwa.
"Tujuan?"
"Thailand." Jawab Salwa.
"Jadwal keberangkatannya dua jam lagi ya kak, Terimakasih!" Ucap petugas setelah memberikan tiket pada Salwa.
Usai melakukan check-in Salwa menunggu sambil mengeluarkan catatan identitas Lukas yang ia dapat dari kantor polisi dan rumah sakit tempat Luhan dirawat.
"Kaki tangan Bos?" Melihat data yang ada ada dipangkuannya. "Kenapa Aku merasa dia tak terlihat seperti kaki tangan?" Menyibak halaman lain. "Cara dia memerintah terlihat seperti dialah Bosnya!" Menegakkan wajahnya menatap orang-orang disekitarnya mulai beranjak menuju pesawat. "Tapi kenapa dicatatkan mereka menyebutnya seorang kaki tangan ya?" Menyimpan catatan mengenai Lukas ke tasnya sambil beranjak melangkah mengikuti yang lain.
Sementara di tempat lain Lukas sibuk memasukkan keseluruhan produk miliknya kedalam koper mini.
"Periksa keseluruhan tempat!" Perintah Bams membuat suara kaki berlari diatas begitu terasa oleh Lukas yang membalikan penutup lantai yang tak diberi perekat. Benda keras berupa plat beton itu terbuka dan memperlihatkan tanah gambur.
Cak cak cak! Suara Lukas mengali tanah itu menjadi sebuah kubah dengan kedalaman 1 meter. Lukas kemudian menyusun semua koper mini yang telah terisi obat kedalam kubahan. Setelah koper masuk kedalam Lukas memadatkannya dengan tanah hasil galian.
Prangg! Suara kawat besi yang di jatuhkan Lukas sebagai batas keberadaan koper dengan plat beton.
"Apa kau mendengarnya?" Tanya Ronal pada Bams yang sejak tadi meneriaki anak buahnya.
Gawat! Batin Lukas menaburkan tanah galian yang tersisa diatas kawat besi hingga tak terlihat dipermukaan.
"Aku tak mendengar apapun." Jawab Bams.
"Sesuati terjatuh." Ucap Ronal menepuk-nepuk telapak kakinya di lantai tempat dia berdiri.
Kenapa pendengarannya setajam itu. Batin Lukas menempatkan plat beton diatas tanah dan mengembalikan posisi ke semula.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Bams tak Mengerti.
"Sepertinya ada seseorang bersembunyi di bawah ini." Jawab Ronal yang kemudian mencari pintu ke ke ruang bawah di sekujur lantai. "Mengapa bengong?" Tanya Ronal pada Bams. "Bantu aku mencarinya." Perintah Ronal.
"Pistol,peluru dan---" Ucap Lukas terputus menarik laci kecil. "Kamu!" Mengambil kalung dengan bandul inisial L dari dalam laci.
"Ketemu!!!" Teriak Ronal menyibak karpet. "Cepat buka!" Perintahnya pada anak buah Bams yang menghamburkan diri menghancurkan plat besi.
Prang! Prang! Prangg! Suara benda padat dan berat itu menghantam besi bidang dan padat itu membuat Lukas panik membuka pintu keluar yang tembus ke gorong yang ada di luar pagar gedung.
Klekk! Suara pintu terbuka oleh Lukas. Dengan wajah panik ia kembali menarik pintu dan menguncinya untuk mengulur waktu Bams dan Ronal yang akan menyusul mengejarnya.
Tap tap tap! Suara kaki Lukas berlari mencapai halaman depan. Diwaktu bersamaanBams dan Ronal telah berhasil mencebol pintu.
Brukkk! Suara Bams melompat dari atas disusul oleh Ronal turun lewat tangga.
"Wah!" Ucap Ronal melihat diatas meja keramik terdapat tabung reaksi yang berjejer diraknya, tabung erlenmeyer,labu destilasi berisi cairan didalamnya,labu ukur,gelas beaker, gelas ukur, pipet tetes,pipet volume serta sarung tangan yang dijepit tergantung diatas meja. "Apa pria yang kita lihat mati sebelumnya hidup kembali?" Tanya Ronal menarik sebuah laci dan mendapati botol kemasan yang masih baru.
"Mana mungkin!" Sangkal Bams mencari pintu keluar. "Kau bahkan melihat aku menembakkan lagi dan lagi pada jasad itu." Jelasnya.
Tunggu! Sela Ronal dalam hatinya melihat ruang bawah dengan seksama.
Sepertinya Bos kartel yang sebenarnya adalah pemilik ruang bawah ini bukan pria berjas sebelumnya. Lanjut Ronal dalam hatinya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ina Yulfiana
next semngt sukses selalu...
karyanya bagus bikin candu
2022-04-11
1