15. Kebablasan

🍁🍁🍁

Tak ada jawaban ataupun penjelasan akan penolakan Lukas terhadap permintaan Salwa. Bahkan saat Salwa memintanya untuk menerima permintaannya sebagai balas Budi karna telah menolongnya dari kejaran Bams dan Ronal. Namun,Lukas tetap menolak.

"Tak ada yang memintamu untuk datang menyelamatkanku!" Ucap Lukas memakai jaketnya keluar dari kamar.

"Dasar brengsek!" Umpat Salwa mengkemasi barang-barangnya kedalam ransel. Ia kemudian meninggalkan penginapan setelah membereskan segala pembayaran. Tak lupa Salwa menanyakan pada pemilik apa dia melihat pria menginap bersamanya. Namun wanita paruh baya itu tak mengetahui kemana Lukas pergi. Salwa kembali bertanya pada orang-orang yang ia temui sepanjang gang penginapan.

"Sepertinya Aku akan pulang dengan tangan kosong." Ucap Salwa keluar dari gang menoleh pada mobil yang terparkir di pinggir jalan.

Klekk! Suara Salwa membuka pintu mobilnya bersamaan dengan Bams dan Ronal turun keluar dari mobil.

"Hei, wanita sialan!" Teriak Bams pada Salwa yang hendak menoleh namun di punggungi oleh Lukas yang datang menutupinya.

Brakk! Suara Lukas menutup kembali pintu mobil membuat Salwa terkejut.

"Kau----" Ucap Salwa terputus oleh Lukas yang menariknya pergi dari penglihatan Bams dan Ronal.

"---Jangan lihat kebelakang kalau tidak mau jadi buronan mereka sampai di Jakarta." Sambung Lukas menggenggam erat tangan Salwa sambil berlari di jalanan. Orang-orang yang berada disekitar jalan terjaga oleh keduanya.

"Woy!" Teriak Bams mengejar mereka dari belakang membuat orang-orang menoleh padanya. Melihat pandangan orang-orang Ronal berbalik kembali ke dalam mobil. Ia kemudian membawa mobilnya untuk menyusul Bams sambil memperhatikan wajah dua orang yang sedang dikejar. Namun Ronal tidak bisa melihat dengan jelas karna terhalang oleh kendaraan dan orang-orang lalu lalang.

"Cepat naik! Ucap Ronal dari dalam mobil yang melambatkan kecepatan menghampiri Bams yang berlari. Sambil berlari Bams membuka pintu dan melompat masuk kedalam.

Brakk! Suara Bams menutup pintu sementara Ronal menaikkan kecepatan menyusul Lukas yang sedikit menoleh dan mengintip dari sela topi jaketnya. Ia mendapati mobil dengan kecepatan tinggi mengejar lurus di jalan kearah mereka.

"Lewat sini!" Tarik Lukas pada Salwa menerobos mobil menyebabkan kemacetan beruntut. "Awas!" Menghindari Salwa dari mobil yang hampir menabraknya ditengah jalan. Keduanya pun tiba di jalur jalan yang berlawanan arah dengan Ronal dan Bams.

"Cepat putar haluan!" Perintah Bams yang melihat Lukas dan Salwa telah berada diseberang jalan lain.

"Iya bentar goblok!" Umpat Ronal yang mencari jalur menuju seberang jalan. Di waktu bersamaan Lukas dan Salwa berlari balik kearah mobil mereka berada. Namun saat akan menyebrang ke jalan tempat mobil itu parkir mobil yang di kendarai Ronal datang kearah mereka.

"Gawat mereka datang!" Ucap Lukas menarik Salwa berlari masuk ke gang yang berada dibelakang mereka. Ronal membelokkan mobilnya masuk ke gang menyusul Lukas yang terus berlari didepannya bersama Salwa. "Lewat sini!" Tarik Lukas kearah gang kecil tempat pemukiman warga. Dengan rumah berdempet satu sama sama lain.

Brakk! Mobil Ronal tersangkut di gapura yang dimiliki gang kecil membuat mereka jadi bahan tertawaan warga setempat. Pintu mobil tersendat oleh gapura yang menahan dari luar. Mau tak mau keduannya harus merangkak keluar dari jendela mobil yang membuat warga setempat kembali menertawakan mereka. Sekaligus mengulur waktu untuk Salwa dan Lukas mencari tempat bersembunyi.

"Disana gimana?" Tunjuk Salwa pada rumah terbengkalai yang tinggal kerangka tapi masih memiliki atap.

"Ayo!" Tarik Lukas pada Salwa kedalam kerangka rumah. Keduanya pun duduk beralaskan lantai yang telah retak dibalik meja tua.

"Darimana mereka tahu kalau kita ada disini?" Tanya Salwa memecah keheningan diantara keduanya.

"Plat mobilmu." Jawab Lukas menoleh pada Salwa yang duduk bersandar disampingnya.

"Bagaimana mungkin?" Tanya Salwa. "Bukankan mereka hanya sekelompok preman?" Melihat ke Lukas.

"Pria yang menyetir mobil itu seorang polisi." Jawab Lukas.

"Ah pantesan." Memeluk ranselnya. "Lukas!" Panggilnya.

"Hm." Melihat pada Salwa.

"Kau tak mau mempertimbangkan lagi mengenai---"

"---Enggak!" Potong Lukas.

"Bisakah kau memberitahu alasannya?"

"Aku seorang kriminal." Jawabnya. "Kau pasti tahu akibat dari menyembunyikan seorang kriminal,bukan?"

"Kau tak perlu memikirkan mengenai aku akan terkena masalah karna menyembunyikanmu!" Menangkup lengan Lukas. "Aku akan menanggungnya sendiri jika ketahuan. Kau hanya perlu menggantikan Luhan sampai ia kembali sadar." Sambungnya.

"Kenapa kau tak memberitahu yang sebenarnya?" Tanya Lukas.

"Perusahaan sedang kacau. Keadaan akan semakin bertambah kacau jika mereka tahu kondisi Luhan yang sebenarnya." Jawab Salwa.

"Bukankah pria itu menghianatimu?" Melihat Salwa. "Untuk apa kau berkorban sejauh ini setelah apa yang dia lakukan padamu?" Terangnya. "Benar-benar konyol!" Cibirnya.

"Ini bukan konyol." Sangkal Salwa. "Kalau saja aku bisa menahan amarahku saat mengetahui hubungannya dengan Salma. Aku tak akan mengejarnya dan menghimpit mobilnya dijalanan saat melaju. Kecelakaan pun tak akan pernah terjadi. Luhan tak akan berakhir koma seperti ini. Dan Aku tak perlu datang jauh-jauh kesini memohon padamu." Jelasnya membuat Lukas terdiam sesaat.

"Selama suamimu terbaring tak akan ada yang tahu mengenai itu." Ucap Lukas kemudian. "Setelah lolos dari mereka Aku akan menyerahkan diri ke polisi." Sambungnya. "Kau hanya perlu memberitahu keluarga suamimu yang sebenarnya." Tambahnya lagi. "Mereka harus bisa menghadapi kenyataan bahwa putranya koma dan Kau tak perlu menaruh semua beban di bahumu." Jelasnya yang kemudian samar-samar mendengar langkah kaki mengarah pada mereka.

"Tapi Lu---" Ucap Salwa terputus oleh tangan Lukas yang membungkam mulutnya.

"---Ssst!" Desis Lukas meminta Salwa untuk diam.

"Mereka pasti bersembunyi disekitar sinj." Suara Ronal.

"Kau yakin?" Tanya Bams menyeret besi panjang.

"Yaa!" Jawabnya. "Ayo periksa satu persatu rumah disini termasuk rumah yang hanya tinggal kerangka di pojok sana."

"Oke!" Sahut Bams menyeret besi ditanganya berjalan kearah mereka membuat Salwa naik kepangkuan Lukas.

"Apa yang kau lakukan?" Desis Lukas pada Salwa yang duduk menghadap padanya.

"Aku akan membuat mereka menjauh dari kita." Jawabnya melepas kaos ditubuhnya lalu menyimpannya dalam ransel. "Kita harus berpura-pura bermesraan,mengerti?" Menangkup wajah Lukas. "Ini sangat ampuh dalam penyamaran saat di kondisi kritisi." Bisiknya mendekatkan wajahnya ke Lukas seolah berciuman.

"Siapa yang mengatakan ini padamu?" Bisik Lukas menyeringai tipis.

"Seniorku." Bisiknya dengan wajah yang semakin mengikis jarak diantara mereka.

"Sepertinya seniormu berhasi mem---" Ucap Lukas terputus oleh suara besi panjang yang dilayangkan Bams ke tiang kerangka rumah mengejutkan keduanya.

"Mau lari kemana ka---" Ucap Bams terputus oleh bibir Lukas yang meraup bibir Salwa didepannya.

---Uhmm! Suara Lukas mengecap lembut bibir Salwa dengan kedua tangan yang menangkup wajah.

"Sial!" Umpat Bams.

"Kenapa?" Tanya Ronal menghampiri Bams yang membatu menyaksikan Lukas yang kini mendorong Salwa tidur dilantai dengan bibir yang masih saling memagut satu sama lain. "Eh buset!" Umpat Ronal terkejut. "Ayo cari ditempat lain!" Tarik Ronal pada Bams meninggalkan Lukas yang masih melanjutkan permainan bibirnya yang membuat Salwa kewalahan. Penyamaran membawa Lukas dan Salwa hanyut bersama dalam ciuman yang panjang.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Ina Yulfiana

Ina Yulfiana

next semngt

2022-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!