13. Teman Lama

🍁🍁🍁

Raden menyambut dan mempersilahkan Lukas dengan tubuh sedikit membungkuk memberi hormat padannya.

"Tidak perlu membungkuk seperti itu." Sahut Lukas duduk bersandar dengan kedua tangan dilipat di bawah dada. "Aku hanya seorang Asisten." Sambungnya melihat ke danau membuat Raden terkejut. Dengan muka memerah ia menegakkan badannya dan duduk kembali dengan kaki menyilang. "Apa Tuan Raden Prakas terkejut?" Tanya Lukas mengalihkan pandangan dari danau dan kembali melihat pada Raden yang berusaha menutupi rasa malunya.

"Tidak sama sekali." Jawab Raden.

"Maaf." Ucap Lukas. "Aku tidak bermaksud mempermainkan Tuan Raden." Sambungnya.

"Tidak apa-apa." Meraih gelasnya. "Saya juga tidak merasa dipermainkan." Mengangkatnya keatas bibir.

"Benarkah?" Tanya Lukas melepas kacamatanya. "Tapi yang aku dengar seorang Raden Prakas tidak pernah membungkukkan badan pada seorang bawahan sepertiku." Cibirnya membuat Raden menghentikan bibir gelasnya di depan bibirnya dengan kedua mata melirik tajam pada Lukas yang tersenyum lebar. "Silahkan di minum tehnya." Sambung Lukas mempersilahkan Raden untuk menyeruput tehnya.

"Kau terlihat bukan seperti seorang asisten." Ucap Raden meletakkan gelasnya kembali.

"Ya." Sahut Lukas santai menanggapi penilaian Raden pada dirinya. "Semua mengatakan hal yang sama." Sambungnya. "Maksudku adalah klien Bos kami yang lain." Jelasnya melihat raut bingung di wajah Raden. "Sepertinya Tuan tidak mendapatkan nomor kontak Bos kami dari salah satu klien yang ada." Tegurnya pada Raden yang saat ini belum diketahui jelas dari mana ia mendapatkan nomor kontak pribadinya.

"Benar." Sahut Raden menyeringai.

"Lalu darimana Anda mendapatkan nomor Bos kami?" Tanya Lukas.

"Seorang kenalan." Jawabnya santai.

"Siapa?"

"Hanya orang biasa yang tidak begitu penting." Jawab Raden.

"Namun orang biasa itu kini telah menjadi penting karna sudah sembarangan memberikan nomor Bos kami pada Anda,Tuan Raden Prakas." Cibirnya.

"Apakah ini alasan mengapa Bos kalian mengirimkan seorang asisten sepertimu, untuk menggantikan dirinya bertemu denganku hari ini?"

"Bukan." Jawab Lukas sambil menggelengkan kepala.

"Lalu?"

"Anda benar-benar tidak mengetahui permainannya." Cibir Lukas membuat Raden kesal. "Kenapa Bosku harus datang menemuimu?" Tanya Lukas.

"Aku kliennya." Jawab Raden.

"Klien baru tepatnya." Ucap Lukas. "Bos kami bahkan belum pernah bertemu dengan klien-klien yang telah lama bekerja sama dengannya." Sambungnya. "Aku harap kau mengerti apa yang aku katakan." Melepas lipatan tangannya. "Satu lagi!" Menujuk Raden dengan telunjuknya. "Bos takkan mau bekerja sama dengan orang yang memiliki niat tersembunyi dibelakangnya." Menarik jarinya dan memakai kembali kacamata. "Dengan sangat berat aku akan akan membatalkan kerja sama diantara Anda dan Bos kami." Beranjak dari sofa dengan berbalik badan membelakangi Raden yang mendengkus kesal.

"Kau yang seperti ini mengingatkanku pada seseorang." Ucap Raden menghentikan langkah Lukas.

"Oh iya!" Sahutnya menoleh pada Raden dengan senyum sinis.

"Ya." Balas Raden beranjak dari sofa.

Kau dan Dia benar-benar mirip membuatku ingin segera meng---.

"---Bos!" Teriak seorang pengawal memotong suara hati Raden yang sekaligus mengagetkannya.

"Apa kau tak melihat aku ada tamu penting?" Tanya Raden dengan raut kesal membuat Lukas menyeringai tipis. "Pengawal!" Teriaknya membuat pengawal lain keluar dari persembunyian. "Seret dia keluar!" Perintahnya pada pengawal yang kemudian menyeret tempat pelampiasan Raden akan kemarahannya pada Lukas. "Maaf atas ketidaknyamanan sebelumnya." Ucapnya pada Lukas. "Kami mendapatkan nomor Bos anda dari salah seorang kaki tangan yang pernah bekerja dengan salah satu klien Bos anda." Jelasnya membuat Lukas berbalik badan menghadap Raden.

"Oh ternyata begitu." Sahutnya. "Kenapa tidak mengatakannya dari awal?" Melihat dari atas kacamata. "Membuat seorang sampai harus kehilangan nyawa segala." Tegurnya pada pengawal yang sebelumnya diseret dari depannya.

"Hanya seorang pengawal." Balas Raden.

"Benar." Sahut Lukas menyeringai tipis.

"Apakah kerja sama kita masih bisa lanjut?" Tanya Raden dengan raut wajah penuh harap.

"Baiklah." Jawab Lukas menyanggupi membuat wajah Raden lega. "Tapi dengan satu syarat." Ucapnya membuat Raden kembali tegang.

"Apa syaratnya?"

"Pengawal yang baru diseret tadi tetap hidup." Jawab Lukas. "Jika dia sampai mati kerja sama diantara Anda dan Bos kami batal." Tegasnya membuat Raden meraih ponsel dan meminta pengawal untuk berhenti memberi pelajaran untuk pengawal sebelumnya.

"Apa ini syarat dari Bosmu atau kau sendiri yang sengaja melakukannya?" Tanya Raden pada saat mengantar Lukas ke mobil yang menunggu di depan lobby.

"Bosku sangat membenci orang-orang yang membunuh bawahannya." Jawab Lukas masuk kedalam mobil. "Dan Aku beritahu sedikit tentang Bosku padamu." Ucapnya dari jendela mobil.

"Apa?" Tanya Raden membungkukkan badan mendekat pada Lukas

"Dia sedang mengawasi kita berdua." Bisik Lukas ketelinganya. "Dia bahkan tahu kalau aku sedang membisikkan ini pada Anda." Sambungnya membuat Raden langsung menarik diri menjauh dari Lukas. "Menyeramkan bukan?" Menutup kaca jendelanya perlahan bersamaan dengan mobil yang bergerak meninggalkan Raden dengan kepanikannya.

Kepanikan itu masih terasa saat Lukas datang kembali menemuinya dengan koper mini berisi barang pesanan Raden. Keduanya membuat janji bertemu di sebuah Villa pribadinya.

"Kalian tunggu disini!" Pinta Lukas pada tiga pengawal pribadinya yang datang bersama dengannya.

"Apa Bos yakin?" Tanya mereka kompak pada Lukas yang membuka kembali koper untuk memeriksa bahwa tak ada yang tertinggal.

"Kalian hanya perlu berjaga disini dan jangan sampai ada yang tahu keberadaan kalian, mengerti?" Tegas Lukas menutup kembali kopernya dan beranjak keluar dari mobil.

Tap tap tap! Suara pengawal Raden berlari menyambut kedatangan Lukas di depan pintu.

"Silahkan ikut kami,Tuan." Ucap salah satu dari mereka yang diikuti oleh lainnya berjalan mengkawal Lukas dari belakang.

"Asisten Lukas?" Sapa Raden duduk bersandar disofa menyambut kedatangan Lukas.

"Ya." Sambut Lukas menghampirinya dengan kacamata hitam membingkai di kedua matanya.

"Silahkan duduk." Ucap Raden pada Lukas yang kemudian duduk bersamaan dengan meletakkan kopernya di meja.

Klek! Koper dibuka dan di putar ke arah Raden untuk diperlihatkan. Kemudian Raden meraih salah satu botol kemasan dan mencobanya.

"Aaaah!" Suara Raden dengan wajah menengadah keatas menikmati setiap reaksi yang diterima tubuhnya. Selang beberapa menit kemudian suara langkah kaki terdengar semakin dekat menghampiri keberadaan Raden yang masih mendongak keatas.

"Bos!" Panggil pemilik langkah kaki itu membuat Lukas terjaga dan mengalihkan pandangannya dari Raden.

Tato itu terlihat begitu familiar di kepala ini. Batin Lukas melihat tato dengan gambar Naga dan ular yang saling membelit di lengan.

"Suruh dia untuk menunggu di tempat biasa." Sahut Raden yang kini menegakkan wajahnya melihat botol kemasan yang tersisa 19 lagi. "Sekalian bawa beberapa ini untuknya." Perintahnya membuat pria bertato itu membungkukkan sedikit tubuhnya meraih botol yang ada di koper.

Bams!Batin Lukas melihat wajah Pria yang jelas terlihat saat mengambil dua-tiga botol dalam koper setelah 12 tahun berlalu. Lukas tak pernah menyangka bahwa Bams yang bekerja dengan Raden selama ini adalah dalang dari semua kekacauan hingga detik ini.

"Kenapa bengong?" Tanya Salwa pada Lukas yang duduk melamun di atas karpet dengan tubuh bersandar pada tepi ranjang. "Apa kau mengenal mereka?" Tanya Salwa membuka nasi bungkus yang baru ia bawa dari warung nasi di samping penginapan.

"Siapa?" Tanya Lukas balik.

"Dua Pria yang berkomplot menangkapmu." Jawab Salwa membuka bungkus nasi miliknya.

"Dua pria?"

"Ya." Jawab Salwa sambil menggigit paha ayamnya. "Tapi aku gak bisa lihat jelas wajah pria yang diperintahkan untuk memindahkanmu ke Jakarta." Jelasnya. "Kecuali pria dengan tato naga dan ular itu." Mengingat sebelumnya.

"Hanya seorang teman lama." Ucap Lukas meraih ayamnya.

"Dua-duanya?" Tanya Salwa yang dibalas gelengan kepala oleh Lukas. "Lalu?"

"Pria dengan tato yang kau lihat." Jawab Lukas.

"Apakah ada teman lama yang mengajak reuni dengan main tembak-tembakkan?" Cibir Salwa menggelengkan kepalanya.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Ina Yulfiana

Ina Yulfiana

makin seru...
next semngt sukses selalu

2022-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!