4. I'm Lukas!

🍁🍁🍁

Tap! Kedua tangan Salwa menangkap pergelangan Lukas. Dengan mata terpejam dan wajah ditekuk Salwa memohon pada Lukas untuk berakting sebagai Luhan. Namun Lukas menolak dan menepis tangan wanita itu. Ia berbalik badan berjalan menuju kamar mandi diikuti oleh Salwa yang kemudian menarik pria itu masuk kedalam bersama.

Klekk! Suara Salwa mengunci pintu lalu melihat ke Lukas.

"Bantu Aku ,Please!" Ucap Salwa memohon pada Lukas.

"Luhann!" Panggil Rose membuka pintu kamar membuat Salwa memohon pada Lukas untuk membantunya. "Kamarnya kok kosong." Ucap Rosa melihat tidak ada siapapun dikamar. "Salwaaa!" Panggilnya sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Klekk!

"Iya mah!" Sahut Salwa dengan kepala menyelinap dari balik pintu.

"Kamu baru mandi jam segini?" Menyentuh pintu.

"Iya mah." Sahut Salwa.

"Luhan dimana?" Tanya Rose membuat Salwa terdiam lama. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada Rose. "Salwa mama tanya kamu loh." Sambung Rose yang hendak mendorong pintu.

"Luhan itu mah." Jawabnya gugup sambil menahan pintu. "lagi ini eh---"

"---Mamah ngapain dorong pintunya." Potong Lukas nongol diatas kepala Salwa membuat Rose menarik tangannya dari pintu.

"Kamu disitu." Tegur Rose. "Mama pikir ka---"

"---Emang mau dimana lagi kalau gak disini." Potong Lukas yang kemudian menarik Salwa masuk lalu menutup pintu dengan keras membuat Rosa terkejut.

"Sayang!!" Panggil Rose. "Kamu marah ya sama mama." Ucapnya dari balik pintu menunggu balasan putranya. "Yaudah deh mama tinggal." Pamit Rose. "Sayang jangan lupa untuk mengangkat panggilan papa, Mengerti?" Sambungnya lagi sekaligus keluar kamar dengan senyum merekah diwajahnya.

Fyuhhh! Suara Salwa menghela nafas berdiri dibalik pintu. Selang beberapa menit kemudian ia melihat Lukas yang duduk di closet sambil menatapnya.

"Makasih ya." Ucap Salwa.

"Tak perlu." Tolak Lukas. "Aku melakukannya tidak gratis." Mendekatkan wajahnya pada Salwa yang duduk dilantai.

"Kau mau apa?"

"Ponsel,Pistol dan uang kes 1 M."

"Kau gila!" Umpat Salwa. "Aku mana punya uang kes sebanyak itu!" Sambungnya.

"Kau bisa mengambilnya saat membawaku keluar dari sini." Beranjak keluar dari kamar mandi. "Oh iya!" Berbalik badan. "Jangan coba-coba menghubungi polisi atau rekan intelmu yang lain." Ancamnya pada Salwa.

*

*

*

Brukkk! Suara Salwa melempar ponsel pada Lukas yang telah duduk didalam mobil.

"Jangan memprovokasiku!" Tegur Lukas yang kemudian meraih tangan Salwa lalu menariknya masuk kedalam.

"Aaaaw!" Ringis Salwa sesaat keningnya terbentur didada bidang Lukas. "Kauu---"

"---Apa sakit?" Potong Lukas. "Mana pistolnya?" Menengadah telapak tangannya keatas.

"Bawa aku ke tempat Luhan." Jawab Salwa menarik dirinya duduk. "Setelah itu Aku akan memberikan pistol sekaligus uangnya." Melipat kedua tangannya dan meletakkannya dibawah dada. "Bagaimana?" Tawar Salwa menoleh pada Lukas yang sudah mengarahkan bibir pistol pada kepalanya.

"Apa kau benaran seorang intel?" Cibir Lukas. "Nyalakan mobilnya." Perintah Lukas. "Sebelum peluru ini menembus kepalamu." Menekan bibir pistol pada kepala Salwa.

"Dasar brengsek!" Umpat Salwa memutar kunci mobil.

"Berhenti mengumpatku." Tegur Lukas. "Kau hanya butuh waktu dua jam untuk sampai di pelabuhan." Ucapnya. "Aku tak ingin ketinggalan kapal, mengerti?" Menekan bibir pistol pada Salwa.

Dua jam kemudian tepat pukul 22.00 WIB mobil Salwa tiba di pelabuhan. Lukas menilik dari kaca sebuah kapal penyeludupan berjejer di dermaga.

"Apa aku boleh tahu namamu?" Tanya Salwa pada Lukas yang memasukkan uang kes dibalik jaketnya.

"Lukas." Jawab Lukas membuat Salwa tertawa. "Apa lucu?"

"Lukas kepalamu!" Balas Salwa.

"Kenapa?" Tanya Lukas. "Apa seorang kriminal tidak layak memiliki nama dari Alkitab?"

"Entahlah!" Menyeringai sambil memandangi wajah Lukas.

"Berhenti menatap wajahku seperti itu." Ucap Lukas melemparkan setengah uang kes ke pangkuan wanita itu.

"Kenapa?" Tanya Salwa melihat uang dipangkuannya.

"Kau membutuhkannya juga untuk mengeluarkan suamimu." Jawab Lukas menyembunyikan pistol di balik jaket dan celananya.

"Apa kau yakin aku bisa mengeluarkan suamiku tanpamu?" Tanya Salwa menunduk.

"Sidik jari!" Menangkup dagu Salwa. "Kau bisa mengeluarkannya dengan menggunakan sidik jari." Sambung Lukas. "Apa kau benaran seorang intel?" Cibirnya pada Salwa.

"Apa kau meremehkanku?" Tepis Salwa pada tangan Lukas dari dagunya.

"Bukan." Jawab Lukas mengalihkan matanya pada kapal di dermaga. "Aku memujimu." Cibirnya membuka pintu namun ditahan oleh Salwa. "Kau tak ingin meminta ciuman kening dariku bukan?" Cibir Lukas menoleh pada Salwa yang menahannya.

"Kau akan pergi kemana?" Tanya Salwa.

"Bukan urusanmu." Menepis tangan Salwa yang menghalangi. "Thank you!" Sambungnya yang kemudian menutup pintu mobil.

Lukas memakai topi jaketnya sambil melangkah pelan ke balik truk tronton. Lalu ia mengintai kapal kecil pengangkut barang menuju Thailand dari balik truk. Sesekali ia melirik kearah petugas pelabuhan yang berpatroli. Selang beberapa detik kemudian ia menyelip ke setiap balik truk trailer mencapai kepala kapal.

Brukkk! Suara Lukas melompat keatas kapal membuat seorang yang akan melepas keberangkatan terjaga. Lukas pun menyelipkan badannya bersembunyi di balik box-box besar.

Fyuhh! Suara Lukas menghela nafas melihat kepergian pria dengan pakaian lusuh menarik tali lalu menggulungnya. Sementara Lukas bergegas ke arah pintu menuju ruang mekanik.

Dam! Suara Lukas turun dari atas dan tiba diruang mekanik.

"CK!" Decak Lukas duduk di lantai dengan kepala menengadah keatas. Setelah 20 tahun berlalu Ia kembali lagi ketempat dimana semuanya bermula.

20 Tahun lalu dalam keadaan tak sadarkan diri Lukas 10 tahun diseludupkan ke sebuah kapal yang akan berlayar menuju Thailand. Tak ada satupun penghuni kapal yang mengetahui keberadaanya. Ia terkapar di lantai ruang mekanik dengan balutan pakaian branded. Darah yang mengalir dari kepalanya mengering saat Pria dengan keseluruhan tubuhnya di penuhi tato menemukannya di pagi hari.

"Ada apa?" Seru Pria dengan tato naga dan ular yang membelit disalah satu lengannya. Ia turun dari atas menyusul Pria yang terpaku melihat Lukas dilantai.

"Coba periksa!" Pinta Alex, 25 tahun. Kepala kelompok Gangster.

"Masih hidup." Sahut Bams,25 tahun. Kaki tangan Alex.

"Kayaknya anak orang kaya,Bams!" Ucap Alex menangkup dagu Lukas. Ia memeriksa asal darah yang mengering di pelipis Lukas. "Coba kamu angkat keluar!" Perintah Alex pada Bams.

Lukas kemudian diletakkan dilantai kapal membuat sekelompok Gangster melingkar mengerumuninya. Alex menundukkan badannya dan meraih sebuah kalung dileher Lukas. Kalung dengan bandul berinisial L mengkilap di terpa oleh sinar matahari pagi.

"Ambilkan Air!" Perintah Alex pada anak buah yang masih berkerumun melihat Lukas dengan wajah tampan putih bersih dan balutan barang branded. Jauh berbeda dengan mereka yang dekil dan tangan penuh tato.

Byurrr! Suara Alex menyiramkan air pada Lukas yang tak memberikan respon apapun. Alex pun meraih kalung dari leher Lukas sambil membangunkannya.

"Hei!" Menarik kalung. "Bangun!" Perintahnya.

Tak! Kalung dileher terlepas bersamaan dengan kedua mata Lukas terbuka lebar. Semua orang disana melihat pada Lukas,termasuk Alex yang sesekali memperhatikan bahan kalung yang sekarang ada ditangannya.

"Kalian siapa?" Tanya Lukas beranjak duduk melihat semua yang berkerumun menatap padanya.

"Hei bocah!" Sapa Bams. "Harusnya kami yang bertanya begitu padamu?" Menurunkan badannya menangkup wajah Lukas.

"Aku?" Balas Lukas yang tidak mengingat apapun. "Aku siapa?" Tanyanya melihat Alex dan Bams bergantian. "Kenapa Aku ada---" Ucapnya terputus. Ia berdiri dan keluar dari kerumunan orang. "---Wah!" Sambungnya melihat lautan dan selang beberapa detik ia berbalik kearah lain. "Paman!" Menoleh pada Alex dan Bams. "Apa kapal ini akan berhenti disana?" Tunjuknya pada salah satu pelabuhan Thailand.

"Siapa kau?" Tanya Alex bangkit menghampiri Lukas diikuti oleh Bams dari belakang.

"Aku?" Balas Lukas.

"Ya." Jawab Bams.

"Bukankah aku bagian dari kalian?" Tanyanya yang dibalas oleh semua orang dengan gelengan kepala.

"Hei bocah ingusan!" Panggil Bams. "Jangan coba-coba membohongi Gangster." Mengangkat lengannya menunjukkan tato Naga dan ular yang membelit dilengannya.

"Aku gak berbohong,Paman." Sahut Lukas.

"Siapa namamu?" Tanya Alex mengantongi kalung Lukas.

"Namaku?" Sahutnya. "Siapa namaku?" Tanyanya pada semua orang membuat Bams merasa seperti dipermainkan oleh Lukas.

"Kalau kau masih berpura-pura tidak tahu." Ucap Bams. "Aku akan melemparmu keluar jadi santapan ikan!" Ancam Bams.

"Paman, Aku gak bohong." Sahutnya melihat pada Alex. "Aku juga gak tahu kenapa aku ada disini." Jelasnya.

"Kau tak takut pada kami?" Tanya Alex. "Padanya?" Menunjuk Bams dan anggota lainnya yang memiliki beragam desain tato ditubuhnya.

"Apa kalian akan membunuhku?" Tanya Lukas. "Lalu memakanku." Sambungnya.

"Kami akan memberikanmu pada ikan hiu disana!" Jawab Bams memutar wajah Lukas melihat Ikan hiu berenang kearah mereka lalu berbalik memutar haluan.

"Paman, kau membuatnya takut." Ucap Lukas membuat yang lain tertawa.

"Kau mau bergabung dengan kami?" Tawar Bams melihat ke Alex.

"Paman,bukankah sejak tadi aku sudah jadi bagian kalian?" Tanya Lukas membuat yang lain menghamburkan diri memeluk dan mengacak-acak rambut Lukas.

"Bagaimana dengan Lukas?" Tanya Alex membuat semua melihat pada Lukas.

"Paman apakah kau seorang pendeta?" Balas Lukas yang membuat semua orang tertawa termasuk Bams yang tertawa keras mendengar pertanyaan Lukas pada Alex yang tubuhnya penuh dengan tato.

"Hei bocah sialan!" Umpat Alex. "Apa kau pernah melihat pendeta sepertiku?" Menyentil kening Lukas.

"Mereka selalu memakai jubah." Sahut Lukas. "Bagaimana mungkin aku bisa mengetahuinya." Sambungnya dengan gelengan kepala.

"Baiklah kita akan ganti yang lain jika kau tak mau nama itu." Ucap Alex meminta yang lain untuk memberikan nama pada Lukas.

"Paman aku menyukainya." Ucap Lukas menghamburkan diri memeluk Alex. "Tak perlu menggantinya." Tersenyum lebar.

"Oke. Mulai sekarang semua akan memanggilmu Lukas!" Mengusap kepala Lukas dengan senyum yang melebar menatap pada dermaga yang menyambut kedatangan mereka.

🍁🍁🍁

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!