🍁🍁🍁
Sinar matahari pagi menepis kelopak mata Lukas yang duduk bersandar di balik tumpukan box kayu. Suara orang ramai beranjak dari kursi membuat Lukas terjaga. Kedua matanya terbuka melihat kepala kapal hampir mendekati dermaga.
Brukk! Suara Lukas melompat ke dermaga menghindar dari pemeriksaan. Ia memakai topi dan maskernya untuk menyembunyikan wajah sambil berjalan menuju truk tronton yang terbuka.
"Hai bro!" Sapanya naik keatas duduk disamping supir yang siap berangkat keluar dari dermaga. "Aku butuh mobil." Membuka resleting jaket lalu melempar tiga ikat uang pada supir yang menyeringai lebar manangkup pemberian Lukas.
"Apa ada masalah?" Tanya supir meraih ponselnya dan menekan salah satu nomor didalam.
"Aku di copet." Jawabnya bersandar. "Semua hilang." Melihat pada supir yang menghubungi seorang.
"Halo." Ucap Supir dari ujung telpon. "Siapkan sebuah mobil untukku." Sambungnya. "Oke." Melihat ke Lukas. "Kita ketemu di tempat biasa." Menutup telpon lalu kembali memutar roda kemudi didepannya.
Sementara di tempat lain Salwa baru saja tiba di depan kantor polisi bersama dua perawat yang tinggal bersamanya.
"Kalian tunggu disini sebentar okey!" Pinta Salwa pada kedua perawat yang membalasnya dengan anggukan kepala.
"Salwa?" Tegur seorang polisi yang pernah bertemu dengannya di satu kasus.
"Hai!" Sahut Salwa yang sedikit lega mendapati seorang kenalan di kota yang belum pernah ia datangi.
"Kamu ngapain di kota ini?" Tanya Polisi itu yang biasanya melihat wanita itu nangkring didalam mobil mengintai penjahat. "Apa ada kriminal yang sedang kalian intai di kota ini?" Melihat ke belakang Salwa. "Tumben kau sendiri?"
"Yaa." Jawab Salwa dengan senyum terpaksa.
"Yang lain kemana?"
"Kita bagi tugas." Jawabnya berbohong. "Oh iya, satu Minggu yang lalu katanya ada kecelakaan." Menarik lengan polisi itu masuk kedalam. "Aku boleh lihat catatannya gak?" Tanya Salwa.
"Oh boleh." Jawabnya. "Tapi untuk apa?" Tanyanya duduk di meja kerjanya melihat catatan kecelakaan Minggu lalu.
"Aku dengar korbannya seorang kriminal." Jawab Salwa.
"Oh iya!" Melihat data kecelakaan sesuai tanggal, waktu yang diberitahu Salwa padanya. "Korbannya ada dua orang pemuda!" Membuka lampiran lain. "Yang satu pihak keluarga melarang mengekspos identitasnya dan yang satu lagi Seorang kaki tangan bos kartel narkoba." Jelasnya membuat Salwa menarik catatan dari tangan polisi.
"Apa Kau tahu dia ada dimana sekarang?" Tanya Salwa memeriksa catatan mengenai Lukas.
"Di rumah sakit dharma." Jawab Polisi. "Ini kartu nama dokter yang bertanggung jawab pada tersangka." Memberikan kartu nama dokter pada Salwa. "Aku rasa kau membutuhkannya untuk penyelidikan." Meminta catatan ditangan Salwa.
"Thanks." Meraih kartu nama dan mengembalikan catatan pada polisi yang mengangguk dengan senyum.
Klekkk! Suara Lukas dan Salwa bersamaan membuka pintu mobil di tempat berbeda. Keduanya menginjak pedal gas dan memutar roda kemudi dengan wajah serius.
Ditengah perjalanan Lukas menghubungi nomor Fero asistennya yang ia dapat dari supir truk tronton sebelumnya. Namun nomor yang ia hubungi sama sekali tidak memberi jawaban.
"Nomor yang ada hubungi hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan! Coba hubungin beberapa sa---!"
"---Dia kemana sih!" Potong Lukas mematikan panggilannya. "Fero, apa sebenarnya yang kau rencanakan dibelakangku!" Geram Lukas menaikkan kecepatan mobilnya melaju di jalan. "Lihat aja! Kalau sampai aku menemukan kamu dibalik kekacauan semua ini." Menggertakkan giginya.
Broom! Suara Lukas berbelok kearah jalan menuju kawasan hutan belantara tempat markas miliknya yang berada di Thailand. Lukas menghentikan mobilnya di pinggir hutan yang berjarak 5 meter dari danau yang terhubung dengan gedung miliknya. Ia menerobos hutan menggapai dermaga kecil tempat jetski miliknya.
Srakk! Suara Lukas menyibak tanaman rambat yang menutupi jetski yang akan ia naiki menuju markasnya.
Vroomm! Jetski Lukas membelah danau menuju dermaga di belakang gedung kontruksi terlantar yang ditinggalkan pemiliknya. Di ubah oleh Lukas menjadi tepat pengolahan obat yang dipasarkan terbatas ke semua negara di Asia tenggara.
Bug! Lukas melompat dari Jetsky.
"Pergi kemana semua pengawal disini?" Tanya Lukas mendapati tak ada satupun pengawal berdiri diluar gedung.
Duarr! Suara ledakan menghancurkan gedung dan isinya didepan Lukas yang ikut terkena serpihan ledakan. Ia jatuh berlutut di hadapan runtuhan gedung dan asap yang menggumpal keluar. Ladang uang yang ia bangun selama 20 tahun hancur begitu saja tanpa tersisa.
Dor! Suara tembakan datang dari belakang membuat Lukas beranjak lari ke dalam gedung dan bersembunyi dibalik runtuhan. Ia mengintip ke arah datangnya suara tembakan dan melihat satu orang duduk diatas jetsky dengan senapan panjang membidik pada gedung. Kemudian dari belakang muncul lima jetsky lengkap dengan senapan.
"Bams!" Ucap Lukas melihat Pria dengan tato naga dan ular membelit ditangan yang mengangkat senapan dan membidik ke arah gedung. "Apa dia masih mengira Aku yang membunuh Alex?" Tanya Lukas yang masih belum menemukan pelaku pembunuhan Alex yang terjadi 12 tahun lalu.
Disuatu Senja di Langit sore Lukas mendapat telpon dari Alex. Pria itu meminta Lukas untuk datang menemuinya di bawah gedung bekas kontruksi yang ada di depan pelabuhan.
"Lex apa kau terjebak diantara Intel itu lagi?" Tanya Lukas dari ujung telpon mendengar nafas Alex yang terengah-engah.
"Bukan." Jawab Alex. "Cepatlah kesini!" Pinta Alex yang kemudian menutup telponnya.
Brukk! Suara terjatuh mengagetkan Lukas yang baru saja tiba di tempat yang Alex katakan di telpon sebelumnya.
"Lex!" Panggil Lukas mencari keberadaan Alex. "Apa aku telpon aja ya?" Tanya Lukas meraih ponsel dari sakunya. "Eh?" Gumam Lukas mendengar suara dering ponsel tidak jauh dari posisinya berdiri. "Alex apa itu kau?" Tegur Lukas berbalik kearah datangnya suara dan menemukan tubuh seorang yang ia kenal tergeletak bersimbah darah mengalir dari perut dan bawah kepalanya. "Paman!!!" Teriak Lukas menghampiri Alex yang tergeletak dengan pisau tertancap ditubuhnya. "Paman,apa yang terjadi?" Tanya Lukas menjamah pergelangan tangga memeriksa denyut nadi yang tak berdetak lagi. "Paman siapa yang melakukan ini padamu?!!" Teriak Lukas yang terus membangunkan Alex dengan menggoncang tubuh tak bernyawa itu. Lalu selang berapa detik kemudian.
"Lukas,apa yang kau lakukan?!!" Teriak Bams muncul dari belakangnya.
"Bukan Aku!" Sangkal Lukas yang tangannya bersimbah darah Alex. "Aku menemukan Alex sudah tak bernyawa lagi." Jelasnya yang beranjak berdiri menjelaskan pada Bams dan semua anak buah Alex yang keluar dari setiap balik kolom gedung.
"Bohong!" Teriak Bams. "Kau membunuhnya untuk kalung itu bukan?" Menunjuk kalung yang ada ditangan Alex.
"Bukan Bams!" Sangkal Lukas menggelengkan kepalanya melihat kalung yang sejak tadi ada digenggaman Alex.
"Kami semua tahu Alex sedang berusaha mencari keluargamu melalui kalung itu!" Seru yang lain. "Tapi kamu malah membunuhnya." Tuduhnya diikuti oleh yang lain ikut menyudutkan Lukas yang sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai kalung ditangan Alex.
"Lukas apa begini caramu berterima kasih pada orang yang telah mengasuhmu!" Teriak Bams pada Lukas yang semakin tersudutkan. "Jika kau menginginkan kalung itu kau bisa meminta dengan baik-baik!" Sambungnya. "Kenapa kau malah membunuhnya!" Melempar pukulan pada Lukas membuatnya jatuh tersungkur di samping Alex.
"Kalian salah paham!" Sangkal Lukas. "Lagian untuk apa aku merebut kalung miliknya." Jelas Lukas.
"Berhenti menyangkal Lukas!" Seru yang lain.
"Benar!" Sahut mereka kompak.
"Kami semua tahu kalung itu milikmu." Lanjut yang lain.
"Apa?" Tanya Lukas terkejut. Ia sama sekali tidak tahu mengenai kalung yang masih berada ditangan Alex.
"Alex mengambilnya saat menemukanmu di ruang mekanik." Tambah yang lain. "Semua orang disini mengetahui itu."
"Benar!" Sahut semuanya kompak.
"Dan sekarang kau malah membunuh orang yang begitu peduli denganmu!" Ucap yang lain sambil melemparkan pukulan pada Lukas diikuti oleh yang lain menyusul memberi pelajaran pada Lukas. Mereka menginjak dan menendang Lukas secara bergantian yang tersungkur dilantai. Dengan tubuh telungkup tak berdaya Lukas menggapai tangan Alex yang menggengam kalung miliknya. Air matanya jatuh bercampur darah menatap Alex yang diam membatu di sisinya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments