🍁🍁🍁
Setelah mendengar keputusan Lukas untuk ikut kembali ke Indonesia, Salwa membawa Lukas berbelanja di mall. Ia menarik Pria itu untuk mencoba berbagai setelan pakaian yang akan dipakai menemui keluarga Kardinata.
"Coba yang ini." Pinta Salwa memberikan jas pada Lukas untuk dicoba.
"Gimana kalau yang ini?" Tawarnya lagi setelah Lukas keluar dengan pakaian yang lain.
"Kayaknya ini keren deh!" Mengambil yang lain. "Ini juga!" Menyalip tangannya pada pakaian yang akan diambil oleh pelanggan lain. "Sorry!" Ucapnya berbalik badan menuju ruang ganti. "Wah! Ini juga bagus." Menyabet semua yang bergantung dan membawanya keruang ganti dimana Lukas berada.
Brukkk! Suara Lukas menjatuhkan semua pakaian yang diberikan Salwa padanya di ruang ganti.
"Kenapa?" Tanya Salwa. "Kamu gak suka ya?" Memungut pakaian yang dijatuhkan Lukas ke lantai.
"Kau buat aku capek!" Jawab Lukas kesal.
"Sorry..., Aku terlalu bersemangat." Ucap Salwa.
"Lagian kau kenapa sih? Pakai nyuruh aku nyobain semua ini." Sahut Lukas. "Gara-gara pakaian ini luka ku hampir kebuka, puas!" Sambungnya membuat Salwa membungkukkan badan di depan Lukas. Ia menarik kaos Lukas keatas. "Kau mau apa?" Tanya Lukas menepis tangan Salwa.
"Aku mau periksa lukanya." Jawab Salwa meraih kembali kaos dan mendapati perban yang melilit diperut Lukas berdarah. "Lukanya berdarah." Melihat ke Lukas.
"Tuh kan! Apa aku bilang." Tegurnya yang disambut Salwa dengan melepas pakaian yang dikenakan Lukas. "Kau mau nga---"
"---Ganti perbannya." Potong Salwa yang berhasil melucuti pakaian atas Lukas hingga yang tertinggal hanya perban yang membalut perutnya. "Kenapa gak mau dibawa ke rumah sakit sih?" Tanya Salwa yang sejak awal mendapat penolakan dari Lukas untuk tidak membawanya ke rumah sakit. "Aku takut lukanya kenapa-napa karna tidak mendapatkan penanganan langsung dari dokter." Jelasnya membuka perban lalu menggantinya dengan yang baru.
Selang setengah jam kemudian keduanya turun menggunakan eskalator dengan dua tas belanjaan.
"Gimana?" Tanya Lukas sesaat setelah keduanya keluar dari mall. "Apa aku udah mirip dengan Luhan?" Memutar badannya didepan Salwa menunjukkan blazer yang dipadu dengan celana jeans.
"Wajahnya sih iya." Jawab Salwa. "Tapi cara berpakaian kalian benar-benar berbeda." Sambungnya.
"Benarkah?"
"Hm." Sahut Salwa. "Luhan lebih formal sementara kau jauh lebih santai." Jelasnya. "Tapi gak pa-pa." Merapikan blazer yang dikenakan Lukas. "Dengan begini aku tahu membedakan kalian kelak." Melihat pada Lukas.
"Sekarang kita kemana?" Tanya Lukas.
"Bandara." Jawab Salwa mencari taksi disekitar depan mall.
"Bukan pelabuhan." Sahut Lukas. "Aku mana mungkin bi---" Ucap Lukas terputus oleh paspor atas nama Luhan yang dikeluarkan Salwa dari dalam ranselnya. "---Wah! Kau benar-benar telah mempersiapkan semuanya dari awal." Sambung Lukas meraih paspor ditangan Salwa.
Selama perjalanan menuju bandara Salwa memperkenalkan satu persatu anggota keluarga Luhan pada Lukas. Perkenalan di mulai dari David Kardinata, Ayah Luhan.
"David Kardinata." Ucap Lukas. "Aku seperti pernah mendengarnya." Sambungnya.
"Apa Mertuaku juga pernah membeli produk yang kau buat?" Tanya Salwa melihat ke Lukas yang juga melihat padanya. "Benar pernah." Sambung Salwa yang kemudian menarik ipad menatap foto David. "Orang kaya memang tahu caranya membuang-buang u---"
"---Dia bukan salah satu klien yang aku punya." Potong Lukas mengambil kembali ipad ditangan Salwa. "Mengenai pernah atau tidaknya aku juga gak tahu." Sambungnya.
"Berarti kau pernah mendengar namanya pasti dari sini,bukan?" Menggeser foto David dan menampilkan gambar perusahaan Emperal Grup.
"Emperal." Ucap Lukas melihat Salwa yang kemudian menjelaskan semua mengenai David dan memberitahu pelan-pelan mengenai Emperal grup padanya. Setelah menjelaskan panjang kali lebar Salwa beralih pada anggota keluarga yang lain.
"Rose?"
"Yup! Rose Camelia. Wanita yang kau temui di Villa waktu itu."
"Oh."
"Dia seorang pianis dan istri dari David Kardinata." Sambung Salwa menunjukkan potret Rose dan David.
"Apa wanita ini blasteran?"
"Benar ibunya orang Indonesia dan Ayahnya seorang pianis asal Prancis." Jawab Salwa. "Aku dengar Rose mewarisi sebuah kilang anggur di sana. Dan kabarnya usaha itu diurus oleh putra mereka yang lain." Jelas Salwa menunjukkan gambar-gambar Rose saat bermain piano.
"Luhan punya saudara?" Tanya Lukas.
"Ya." Jawab Salwa mengangkat wajahnya. "Saudara kembar." Melihat Lukas.
"Kembar?"
"Ya." Jawab Salwa.
"Lalu kenapa kau gak menghubunginya?" Tanya Lukas. "Dan meminta ia untuk membantu kekacauan di Emperal grup." Jelas Lukas.
"Maksudmu meminta bantuan pada Yohan?"
"Yohan?" Tanya Lukas yang samar-samar pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Yohan Kardinata saudara kembar Luhan." Jawab Salwa menunjukkan fotonya. "Alasan kenapa aku tidak menghubunginya untuk minta bantuan adalah---" ucapnya terputus melihat ke Lukas.
"---Apa dia tidak memiliki wajah yang mirip dengan Luhanmu?" Sambung Lukas bertanya.
"Bukan!" Jawab Salwa. "Mereka sangat mirip." menggeser potret Yohan dan Luhan saat berumur 10 tahun pada Lukas.
"Lalu?"
"Aku belum pernah bertemu dengannya." Jawab Salwa.
"Apa dia tidak datang saat kalian menikah?" Tanya Lukas yang dibalas gelengan kepala oleh Salwa. "Kok bisa?"
"Yohan tidak pernah ke Indonesia sejak dirinya dibawa ke Prancis." Jawab Salwa.
"Prancis?"
"Ya." Sahut Salwa. "Aku dengar Rose anak tunggal. Ayahnya sangat berharap putrinya akan menjadi pianis terkenal didunia. Namun pertemuan Rose dengan David menghancurkan impian sang Ayah. Ayah Rose tak menyetujui pernikahannya dengan David. Dan konflik pun terjadi diantara dua keluarga besar. Hingga suatu hari si kembar lahir dan Ayah Rose memutuskan untuk membawa salah satu si kembar ke Prancis. Dengan berat hati David memberikan Yohan ikut ke Prancis bersama keluarga Ayah Rose. Yohan pun tumbuh dan menjadi seorang pianis disana. Ia tidak pernah pulang ke Indonesia barang sekalipun. Sebaliknya Rose dan David yang datang mengunjunginya ke Prancis jika mereka merindukannya." Cerita Salwa pada Lukas hingga keduanya berada dikursi pesawat.
"Benar-benar keluarga kaya yang aneh." Sahut Lukas.
"Aku juga berpikir yang sama denganmu saat pertama kali mendengar cerita itu." Sahut Salwa memperlihat foto David dan Rose bersama anak kembarnya memetik anggur.
"Jadi,apa yang Yohan laukan disana?" Tanya Lukas.
"Terakhir aku dengar Pria itu mengurus kilang dan kebun anggur milik kakeknya." Jawabnya. "Andai aku meminta bantuan, Aku rasa dia juga tak bisa membantu." Sambung Salwa menoleh pada Lukas.
"Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?" Tanya Lukas yang bersandar disamping Salwa.
"Hm." Jawab Salwa. "Ada wajah suamiku di wajahmu." Sambungnya yang membuat Lukas berdecak lalu mengalihkan wajahnya dari Salwa melihat ke jendela pesawat. "Luhan!" Panggil Salwa kemudian selang beberapa detik berlalu.
"Apa kau merindukan suamimu?" Tanya Lukas menoleh pada Salwa.
"Enggak!" Jawab Salwa.
"Lalu kenapa tiba-tiba memanggilnya?"
"Aku sedang Latihan memanggilmu dengan nama itu." Jawabnya sambil memperhatikan wajah Lukas. "Awalnya Aku sempat berpikir kalau kau Itu adalah Yohan saat pertama kali bertemu." Sambungnya memperhatikan detail wajah Lukas. "Eh?" Tanpa sadar Salwa menemukan warna bola mata Lukas yang berbeda dengan milik Luhan.
"Kenapa?" Tanya Lukas melihat reaksi Salwa pada wajahnya.
"Apa kau pakai soft lens?" Tanya Salwa balik dengan tubuh yang semakin condong kearah Lukas.
"Bukan." Jawab Lukas. "Kenapa?"
"Kau memiliki warna bola mata yang berbeda dengan Luhan." Jawab Salwa. "Aku menemukan sesuatu yang bisa membedakan kalian berdua dimasa depan." Jelasnya.
"Apa kau akan masih menemuiku jika suamimu siuman?" Tanya Lukas.
"Ya." Jawabnya. "Luhan harus berterimakasih padamu karna telah membantu menggantikannya selama koma." Jelasnya. "Dan saat hari itu tiba kau harus berhenti menjadi kriminal." Tegas Salwa. "Kalau tidak aku yang akan menyeretmu ke balik sel." Bisiknya membuat Lukas berdecak sambil mengalihkan wajahnya dari Salwa. "Luhan,Apa kau mendengarnya?" Panggil Salwa pada Lukas yang kini menutup kupingnya. "Luhan!" Panggil Salwa lagi dan lagi.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ina Yulfiana
next semngt sukses selalu
2022-04-16
1