🍁🍁🍁
Suara kaki berlari dari atas ruang mekanik membuat Lukas yang terjaga. Ia beranjak dari lantai dan membuka penutup atas ruangan menilik keadaan di luar.
"Ada penggeledahan!" Ucapnya menarik badan keluar dari ruang mekanik. Ia kembali menutup pintu dengan hati-hati sambil melihat sekitar.
"Periksa ruang mekanik!" Suara dari belakang Lukas.
"Siap komandan!" Sahut suara yang lain membuat Lukas bergerak pergi dari pintu masuk mekanik.
"Hei!" Seru seorang pada Lukas yang berjalan di pinggir kapal. "Kamu yang disana!" Sambungnya kembali menyusul Lukas yang menoleh pada mereka.
"Hai Man!" Sapa Lukas dengan senyum lebar. "Apa kabar?" Tanyanya merangkul salah satu dari mereka yang memiliki tampang polos. "Wah!" Puji Lukas merapikan kerah baju seorang Intel yang sering ia temukan menyamar di kapal-kapal kecil yang berangkat dari Indonesia ke Thailand. "Wajah semakin cakap aja, bro!" Menepuk wajah pria yang tak ia kenal itu dengan pelan.
"Apa kau mengenalnya?" Tanya salah satu dari mereka pada pria yang sedang dipeluk Lukas.
"Buk---"
"---Kau tahu?" Potong Lukas menarik dirinya dari pelukan. "Kemarin aku baru bertemu dengan bunga sekolah kita." Sambung Lukas. "Dia menitipkan salam padamu,bro!" Ucapnya sambil menarik tangan pria itu untuk bersalaman
"Benarkah?" Balas pria itu dengan wajah sumringah masuk dalam omong kosong Lukas.
"Yaa!" Ucap Lukas dengan senyum lebar melirik ke rekan pria yang lain. "Kami banyak bercerita tentangmu dengannya,bro!." Sambungnya. "Tapi, kau sepertinya lagi sibuk." Menoleh pada yang lainnya.
"Iya." Sahut pria itu. "Aku hampir lupa!" Melihat ke rekannya.
"Oke! Gak masalah." Melepas jabatan tangan. "Kamu lanjut aja. Lain kali kalau kamu ada waktu. Kita bisa ketemu untuk cerita tentangnya!" Jelas Lukas yang kembali berhasil menipu Intel yang selalu ia temui sejak dulu saat Alex masih hidup sebagai Ayah untuknya.
Hidup dengan sekelompok Gangster yang melakukan penyeludupan barang-barang ilegal menuntut Lukas menjadi pengedar. Salah satu barang ilegal yang sering mereka dapatkan adalah obat-obat terlarang. Alex sebagai kepala gangster memimpin anak buahnya termasuk Lukas melakukan pengedaran.
Lukas melakukan pekerjaan sambil bersekolah. Alex ingin Lukas yang memiliki otak yang cerdas tidak berakhir seperti dirinya dan Bams. Menjadikan Lukas seorang pelajar juga mendapatkan keuntungan bagi Alex dan kelompoknya. Sangat mudah menyembunyikan obat-obat itu dalam ransel seorang pelajar saat melewati polisi di jalan. Namun keberuntungan itu tidak berjalan lama bagi Alex dan kelompoknya yang selama ini menggunakan Lukas sebagai akses mengirimkan barang tanpa kejaran polisi dan Intel lainnya.
"Lex!" Panggil Lukas,17 tahun. "Kali ini aku tidak bisa bantu banyak." Ucap Lukas pada Alex dan semuanya. "Hari ini sekolah kami kedatangan BNN." Mengeluarkan kartu keanggotaan memberantas narkoba dan meletakkannya di meja.
"Sial!" Umpat Bams diteruskan dengan memberikannya pada Alex.
"Kalau begitu kita kembali seperti diawal sebelumnya." Ucap Alex. "Ingat jika kalian tertangkap tak akan ada yang bertanggung jawab." Jelas Alex mengingatkan semuanya untuk waspada.
"Baik bos!" Sahut semuanya kompak.
Hingga suatu ketika ada Bams di ikuti oleh dua orang yang mencurigakan. Lukas dan Alex tak sengaja berada diarea yang sama dengan Bams.
"Aaah Sial!" Umpat Alex menarik Lukas untuk sembunyi sebelum Intel yang mengikuti Bams menyadari keberadaan mereka.
"Mereka siapa?" Tanya Lukas.
"Mereka Intel yang menyamar untuk menangkap orang-orang seperti kita." Jawab Alex.
"Kalau gitu kita harus bantu Bams." Ucap Lukas yang keluar dari persembunyian namun Alex menahannya.
"Tak perlu!" Tolak Alex menarik kembali Lukas dalam persembunyian. "Kita akan tertangkap kalau ketahuan oleh mereka." Jelas Alex.
"Lalu?" Menoleh pada Alex. "Kita akan membiarkan Bams ditangkap oleh mereka?" Mengeluarkan bungkusan obat pada Alex.
"Apa yang kau lakukan?" Memukul kepala Lukas. "Apa kau ingin kita juga tertangkap?" Menyembunyikan barang kebalik jaketnya.
"Kita semua akan habis jika Bams sampai ketangkap!" Melempar ranselnya pada Alex dan pergi menyusul Bams yang diikuti oleh dua orang Intel didepannya.
"Aku harus kabur sebelum mere---" Ucap Alex terputus melihat Lukas merangkul salah satu Intel dari belakang.
"Hai man!" Sapa Lukas pada dua Intel sementara ia meletakkan jarinya dibelakang memberi kode pada Bams untuk segera bersembunyi. "What"s up bro!" Melakukan five pada salah satu dari anggota Intel.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya salah satu dari mereka pada Lukas.
"Aduh maaf maaf!" Ucap Lukas sambil menundukkan kepalanya. "Aku salah orang pikir temanku." Menggaruk kepalanya dengan berbagai omong kosong mengelabui Intel.
"Kau sedang janjian digang sepi ini dengan temanmu?" Tanya Intel itu pada Lukas.
"Yaa." Sahut Lukas mengangguk.
"Apa temanmu menawarkan barang bagus untukkmu disini?" Tanya Intel mencoba menguliknya dengan sesuatu yang familiar ia dengar menggantikan istilah untuk barang yang mereka kirim untuk kliennya.
"Kalian tahu!" Sahut Lukas membuat Alex dan Bams mendengus dari tempat persembunyian yang berbeda. "Wah!" Sambung Lukas dengan menengadah wajah tampannya keatas. "Apa temanku yang mengirimkan kalian untuk membawanya?" Tanya Lukas yang dibalas anggukan kecil oleh salah satu dari Intel. "Mana?" Pinta Lukas. "Kirimkan padaku." Mengeluarkan ponselnya.
"Kirim?" Tanya Intel itu saling melihat satu sama lain.
"Yaa!" Sahut Lukas membuat Alex dan Bams juga bingung. "Kau tak punya videonya?" Tanya Lukas.
"Video?"
"Yaa!" Sahut Lukas menahan senyum. "Tak ada!" Melihat Intel memeriksa sakunya mencari ponsel dan selang detik kemudian mereka menyadari Bams telah menghilang.
"Sial!" Umpat salah satu dari mereka melihat kearah sebelumnya Bams berjalan.
"Mana?" Seru Lukas yang malah ditinggal oleh mereka begitu saja. "Apa tak ada?!" Teriak Lukas menatap kepergian dua Intel yang berlari mengejar Bams. Sementara itu Bams keluar dari persembunyian sambil menggelengkan kepala.
"Dasar!" Umpat Alex yang keluar dari persembunyian menyusul keduanya lalu pergi bersama mengantar kirim yang tersendat oleh dua Intel yang sudah kehilangan jejak mereka.
Hari-hari penuh dengan penyamaran dilakukan oleh Lukas untuk mengelabui polisi dan sebagiannya. Wajahnya yang tampan berhasil mengelabui dan mengulurkan waktu orang-orang yang menghambat kelancaran pengiriman.
"Lukas!" Panggil Alex yang datang membawakan mie kuah dalam panci besar dari dapur darurat yang mereka punya.
"Ya." Sahut Lukas meraih sendok untuk menyantap mie didepannya.
"Kau tak ada rencana mencari keluargamu?" Tanya Alex mengingat Lukas sebentar lagi akan lulus sekolah.
"Enggak!" Jawab Lukas menyantap mienya.
"Kenapa?" Tanya Alex yang beberapa hari terakhir ini menemukan kerabat Lukas melalui kalung inisial L.
"Mereka tak punya apapun!" Jawab Lukas. "Itu mengapa mereka membuangku." Sambungnya. "Aku hanya akan menambahkan beban buat mereka jika aku mencari dan menemuinya." Jelas Lukas. "Seperti anak yang lain." Melihat ke anak buah Alex yang kian bertambah dari anak-anak yang ditinggalkan keluarganya dijalanan.
"Kenapa kau berpikir kalau keluargamu orang susah dan sengaja membuangmu?" Tanya Alex sambil menyantap mienya.
"Mereka tidak mencariku!" Jawab Lukas. "Jika mereka orang kaya." Melihat ke Alex. "Aku tak akan berakhir disini bersama kalian dan Apapun akan mereka lakukan untuk menemukanku dari awal." Jelasnya.
"Apa kau membenci keluargamu?"
"Enggak sama sekali." Jawab Lukas. "Aku tak punya alasan yang jelas untuk membenci mereka." Jelasnya.
"Bukankah membuangmu dan tak mencari keberadaanmu adalah alasan yang cukup jelas." Ucap Bams yang datang ke meja keduanya.
"Itu hanya perkiraan Aku sendiri." Melihat anak buah Alex yang seumurannya memiliki cerita bahwa dirinya sengaja dibuang dan ditinggalkan orang tua mereka.
"Aku menemukan seorang yang mengenalmu." Ucap Alex mengagetkan Lukas dan Bams.
"Kau serius?" Tanya Bams.
"Yaa!" Jawab Alex pada Bams.
"Wah! Itu berarti kau akan segera bertemu keluargamu." Ucap Bams mengacak-acak rambut Lukas.
"Alex!" Panggil Lukas. " Kenapa kau melakukannya?"
"Kau sangat cerdas!" Jawab Bams mendahului Alex mengatakannya. "Jika kau bisa kembali ke keluargamu yang kaya itu. Kau akan mendapatkan pendidikan yang bagus dan tidak akan berakhir seperti kami." Jelas Bams.
"Keluarga kaya?" Tanya Lukas. "Darimana kalian tahu kalau aku berasal dari keluarga kaya."
"Wajah,Pakaian,dan Auramu." Jawab Alex dan Lukas.
"Jangan bercanda." Sangkal Lukas.
"Siapa yang bercanda bocah ingusan!" Sahut Bams menepuk bahu Lukas. "Lihat mereka!" Menunjuk anak yang seumuran dengan Lukas.
"Kenapa dengan mereka?" Tanya Lukas.
"Kau memiliki aura yang berbeda dengan mereka." Jawab Bams membuat Alex setuju dengan menganggukkan kepala.
"Kau harus kembali,Lukas!" Ucap Alex dengan senyum dikedua sudut bibirnya.
*
*
*
"Yaa!" Sahut Lukas menatap bintang di langit malam dari atas kapal. "Aku harus kembali untuk membalaskan semuanya." Menoleh pada Intel yang telah meringkus orang yang bersembunyi di kapal bersama barang ilegalnya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments