🍁🍁🍁
Suara tembakan mengagetkan sepasang perawat yang berada di lantai bawah Villa. Keduanya keluar bersamaan dari kamar dengan wajah shock.
"Apa kau mendengarnya juga?" Tanya Perawat laki-laki yang di pekerjakan Salwa untuk membersihkan tubuh Lukas selama koma.
"Iya." Jawab perawat wanita yang diperkerjakan untuk menangani peralatan medis yang digunakan pada tubuh Lukas. "Apa kita perlu keatas melihatnya?" Melihat keatas
"Go!" Sahut perawat laki-laki menaiki anak tangga menuju kamar disusul oleh perawat wanita dari belakang.
Brakk! Perawat mendobrak pintu dan mendapati Salwa menodongkan pistol kearah pasien yang mereka bawa sebelumnya dalam keadaan koma.
"Nyonya apa ada yang bisa kami bantu?" Tawar Perawat laki-laki.
"Maaf istriku telah mengejutkan kalian." Sahut Lukas menurunkan pistol dari tangan Salwa.
"Gak pa-pa Tuan." Jawab Perawat kompak. "Kalau begitu kita tinggal keluar." Sambung perawat wanita menarik perawat laki-laki meninggalkan kamar.
"Katakan padaku siapa kau?" Tanya Salwa kembali mengarahkan pistol pada Lukas. "Dan dimana suamiku yang sebenarnya berada?" Menempelkan bibir pistol tepat diperut Lukas.
"Pertama! Aku hanya seorang sampah yang tak berguna." Jawab Lukas dengan mendekatkan wajahnya pada Salwa. "Dan Kedua! Suamimu berada dalam tahanan polisi." Berbalik meraih pistol dari tangan Salwa.
"Apa kau seorang buronan?" Tanya Salwa membuat Lukas berhenti saat akan mengecek peluru yang ada didalam pistol.
"Ya." Jawabnya. "Dan Aku cukup berterimakasih pada suamimu yang telah menggantikan diriku dalam sel." Jelasnya.
"Bedebah kau!" Umpat Salwa yang kemudian meraih tangan Lukas. "Ayo ke kantor polisi sekarang!" Menarik Lukas yang selang berapa detik kemudian menepis tangannya.
"Kenapa aku harus ke kantor polisi?"
"Karna kau bukan suamiku." Jawab Salwa.
"Hah!" Sahut Lukas. "Aku memang bukan suamimu." Lanjutnya. "Lantas kenapa aku harus ke kantor polisi denganmu?" Menyeringai tipis.
"Dengan Aku mengembalikanmu ke polisi Aku bisa membawa suamiku kembali padaku." Jawab Salwa polos. "Apakah kau mengerti?!" Tanya Salwa.
"Aku mengerti." Menarik pelatuk pistol. "Sangat sangat mengerti." Lanjutnya. "Tapi mohon maaf sekali nona cantik!" Mengarahkan bibir pistol ke bawah dagu Salwa. "Aku tak bisa membantumu untuk itu." Menekan bibir pistol mencekam Salwa yang tak terlihat takut sama sekali. "Lagian bukankah dia menghianatimu?" Menarik pistol. "Harusnya kau berterimakasih padaku." Menembakkannya ke arah vase bunga.
Dorr!
Prangg!
"Tapi jika kau ingin tetap membantu suami yang tak setia itu." Menarik kembali pelatuknya. "Kau bisa pergi menyakinkan polisi bahwa yang ada pada mereka adalah suamimu." Mengarahkan kembali pistol pada Salwa. "Tanpa melibatkanku." Membidik mata Salwa yang masih bereaksi sama membuat Lukas menjahilinya.
"Bang!" Suara Lukas mengagetkan Salwa membuat Pria itu menyeringai padanya lalu mengarahkan pistolnya pada Vase yang ada di belakang Salwa.
Prangg! Suara pecahan vase diikuti oleh kepergian Lukas meninggalkan Salwa jatuh terduduk lemas ke lantai.
"Brengsek!" Umpat Salwa.
*
*
*
Selang setengah jam kemudian Salwa berdiri dari atas balkon mengamati Lukas yang berada di pekarangan Villa.
"Kardinata?" Tanya Lukas membaca ukiran nama akan kepemilikan Villa. Samar-samar ia merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya disuatu tempat.
Kardinata. Batin Lukas yang kemudian beralih memperhatikan kamera cctv di setiap akses masuk ke area Villa. Sesekali Lukas melirik kecil pada Salwa yang sejak tadi terus mengawasinya.
Fyuhh! Suaranya menghela nafas. Lalu berbalik badan dan mengedipkan matanya pada Salwa. Ia mendapati camera cctv dibawah balkon tempat Salwa berada.
"Ehem!" Suara Salwa berdehem pada Lukas yang berdiri ditepi kolam renang. Lagi-lagi wanita itu mengintainya dari balkon atas kamar.
"Aku mau lihat apa kau masih ingin mengintaiku." Cibir Lukas melepas satu persatu pakaian ditubuhnya membuat Salwa spontan berbalik badan memunggungi Lukas yang kemudian menyeburkan diri dengan boxer ditubuhnya.
Byurrr! Suara Lukas berenang dengan lima kali putaran bersamaan dengan Salwa yang perlahan kembali berbalik badan. Ia terperangah melihat ada lima bekas luka memanjang di punggung Lukas saat pria itu keluar dari kolam.
"Darimana dia mendapat semua luka itu?" Tanya Salwa berbalik badan masuk kedalam kamar dan merenung sesaat. "Apa dia seorang Gangster?" Tanyanya yang kemudian berbalik dan mendapati Lukas telah berdiri didepannya. Kedua mata Salwa terperanjat pada perut sixpack dan sesuatu dibawahnya yang membuat Salwa menghindar.
"Ambilkan handuk untukku." Pinta Lukas yang tak menyadari dirinya telah membuat Salwa spot jantung.
"Ambil sendiri!" Tolak Salwa menaikkan pandangannya keatas. "Aku bukan pesuruhmu." Menangkap wajah maskulin dengan kedua matanya.
"Baiklah." Sahut Lukas. "Tutup matamu." Menurunkan boxernya yang basah membuat Salwa berteriak masuk kedalam dengan kocar-kacir. Selang beberapa detik kemudian Salwa kembali dengan mata tertutup melempar handuk pada Lukas yang tak mengenakan apapun ditubuhnya.
"Apa kau sengaja melakukannya?" Tanya Salwa pada Lukas yang menyeringai sambil melilit handuk dipinggangnya.
"Apa yang kau katakan?" Balas Lukas masuk ke dalam diikuti oleh Salwa dari belakang. "Aku sama sekali tak mengerti." Melihat alat penyadap menempel dibawah lampu duduk dan lemari pakaian yang ia buka didepannya.
Kenapa begitu banyak benda seperti itu di Villa terpencil ini. Batin Lukas yang sebelumnya juga menemukan benda-benda kecil itu di setiap ruangan yang ada lantai dasar.
"Telanjang!" Tegur Salwa menegurnya.
Apa dia seorang polisi. Tanya Lukas dalam hati sambil berbalik badan menatap Salwa.
"Kau melihatnya?" Goda Lukas yang membuat Salwa mengerutkan alisnya sambil mengarahkan pistolnya pada Lukas.
"Jangan main-main denganku." Kecam Salwa menarik pelatuknya.
"Apa kau seorang Intel?" Tanya Lukas.
"Eh?" Sahut Salwa yang kehilangan fokusnya membuat Lukas mengambil kesempatan meraih pistol ditangan Salwa. Lalu berbalik mengarahkan tepat di dahi Salwa.
"Wah! Kau benaran seorang intel ternyata." Ucap Lukas mendorong Salwa dengan pistol ditangannya. "Kenapa kau tidak sekalian menyuntikkan penyadap di tubuhku?" Cibirnya.
"Kau takut?" Balas Salwa.
"Apa yang harus ku takutkan?" Memindahkan bibir pistol ke bawah dagu Salwa. "Hanya dengan menggerakkan jari telunjukku." Menekan pistolnya. "Kau bisa lenyap ditanganku dengan sekali tembakan." Menarik pistol dari dagu Salwa.
"Kauu---"
"---Kenapa denganku?" Potong Lukas mengeluarkan semua peluru dari pistol Salwa.
"Kau bajingan!" Umpat Salwa.
"Berhenti memprovokasiku." Cibir Lukas yang kemudian melepar pistol kedalam tong sampah. "Jika kau masih ingin bertemu dengan sua---!"
"---Luhannn!" Teriak seorang wanita memotong ucapan Lukas yang membuat keduanya kompak melihat kearah datangnya suara.
"Sial!" Umpat Lukas membuat Salwa menoleh padanya. "Apa kau memanggil timmu untuk meringkusku?" Melihat pada Salwa yang sejak tadi menatap padanya. "Aku bukan suamimu!" Tegurnya. "Jangan melihatku dengan tatapan seperti ini." Mendorong kening Salwa dengan telunjuknya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments