Dalam ruangan gelap tampak gadis itu sedang menangis dengan suaranya yang ter tahan. Ia menangis tersedu -sedu sambil sekali kali tangan nya yang halus menghapus air mata nya yang keluar.
Ia merenungi nasib nya saat ini, baru saja ia sedikit melupakan kejadian mengerikan yang lalu. Ia harus mengalami hal yang bahkan lebih buruk lagi.
Ia tidak bisa menebak apa yang akan di lakukan laki laki bejad itu kepada nya. Mungkin dia akan membunuhnya dengan menyiksa nya terlebih dulu, mungkin juga ia akan menjadikannya budak *** seperti yang sempat di lihat nya tadi.
Ia merasa jijik dengan kelakuan laki laki yang ia lewati tadi di lantai satu, ada yang sedang asyik minum dengan wanita di pangkuan nya. Ada yang sedang berjoget ria sambil memeluk meluk wanita, ada juga yang duduk sambil mencumbu i wanita dengan buas nya.
Yang paling parah ia sempat melihat beberapa pasangan yang melakukan adegan terlarang itu di sudut sudut tempat itu juga, sungguh tak punya harga diri dan akhlak. Sudah tidak ada lagi tata krama dan moral.
Gadis itu pasalnya tak pernah melihat hal yang seperti itu sebelumnya, dia tinggal di desa yang terpencil. Jauh dari tempat dunia malam dan hiburan, jadi wajar dia tak pernah tau hal yang seperti itu.
Ia juga menjaga dengan baik tubuhnya walaupun banyak laki laki celilitan yang sering menggoda nya. Tak di pungkiri jika banyak laki laki yang menyukai nya karena dia selain pintar baik juga menawan (karena punya postur tubuh yang sangat menarik).
Ia hanya pernah menjalin hubungan dengan satu siswa teman sekolahnya. Itupun mereka pacaran sehat, hanya bertemu ketika di sekolah. Tidak ada kencan, malam mingguan atau yang lainnya.
Ketika baru memijakkan kaki ke pintu masuk bar itu, ia sudah terlihat shock dengan pemandangan yang ia saksikan. Ia takut jika ia akan dijadikan menjadi salah satu wanita penghibur di tempat itu.
Ia merasa sangat sedih saat ini, ia menyesal datang ke negara ini. Niat hati untuk membahagiakan orang tua dan adik nya, nyatanya ini lah yang di dapatkan saat ini. Ia bahkan lebih terpuruk dan menderita.
Di saat ia masih termenung, terdengar suara langkah kaki mendekati nya. Langkah itu terhenti dan...
KLAKKK,,,
Lampu ruangan itu kini sudah menyala sehingga ruangan itu tidak gelap lagi. Ia melihat laki laki yang membawanya ke ruangan ini tadi sedang bersama seorang wanita berseragam putih.
"Baik dok,, bisa langsung di periksa sekarang", ucap lelaki itu kepada wanita berbaju putih itu.
"Oke, ", sahut wanita itu mendekati gadis itu.
Gadis itu sejenak gemetar hebat, ia mengira wanita itu adalah orang yang akan mengambil organ nya seperti yang terjadi satu bulan lalu.
Sedari tadi ia sudah berdoa dalam hati semoga hal mengerikan itu tak terulang lagi, dan ketika dokter itu muncul ia sudah ketakutan setengah mati.
"Maaf tuan Beni mohon keluar dulu", pinta dokter itu kepada Beni. Beni tampak keluar dan menutup pintu. Mereka menunggu di luar pintu dengan beberapa pengawal yang sudah menunggu mereka di luar sejak tadi.
"Berikan jari telunjuk mu nona", ucap dokter itu memecah keheningan antara dia dan gadis itu.
"Aku mohon,, jangan lakukan itu, jangan bunuh aku,, ", Gadis itu memohon seraya sudah menangis histeris.
Hiksss...
Hiksss...
Hiksss...
Tampak gadis itu bersujud dan memohon mohon kepada dokter itu, ia kini sudah tak bisa menahan tangisan nya. Dokter itu pun tersenyum lucu dengan tingkah gadis itu, ia tidak mengerti dengan yang ia ucapkan.
"Aku hanya ingin memeriksa mu nona ,, aku tidak ada niat untuk membunuh mu,, oke??", jelas wanita itu meyakinkan
"Maaf... maaf", balas gadis itu tersipu malu, ia malu dengan kejadian yang baru ia lakukan, ia sampai bersujud ke lantai sambil memohon mohon. Tapi syukurlah mereka tidak ingin membunuh dan mengambil organ dalamku pikirnya.
"Tapi dok untuk apa itu? ", tanya gadis itu penasaran.
"Itu sudah menjadi tugasku sebagai dokter pribadi tuan Rey. Aku akan memeriksa setiap wanita yang bersamanya. Ia sangat menjaga kesehatan nya, ia tak mau terjangkit penyakit apalagi yang di sebabkan oleh ****.", jelas dokter itu panjang lebar.
TAPPPP...
Jantung gadis itu berdetak sangat kuat, dari ucapan sangat dokter itu. Ia sudah tau jika ia akan di jadikan budak **** nya.
"Sini ibu jari mu,", pinta dokter itu lembut.
Gadis itu memberikan ibu jarinya, seketika sangat dokter itu mengambil beberapa CC sampel darah gadis itu dan meneteskan beberapa tetes ke beberapa alat test nya.
"Maaf nona boleh di buka pakaian dalam nya?", ucap dokter itu dengan sungkan,
Ia sudah biasa di perintah kan bos nya untuk memeriksa wanita yang akan ia tiduri, termasuk memeriksa kesucian wanita itu. Jika bagian pemeriksaan yang lain ia tak akan merasa sungkan, namun jika bagian sensitif itu ia sering merasa enggan dan sungkan karena ia juga seorang wanita.
Ia tau bagaimana perasaan wanita itu. Namun ia akan paksakan karena itu sudah menjadi tugas nya.
" Maaf dok untuk apa itu? ", tanya gadis itu dengan ekspresi heran dan bertanya-tanya.
"Maaf nona... itu sudah menjadi tugas saya, saya diperintah untuk memeriksa detail kesehatan wanita yang akan bersama tuan, termasuk memeriksa kesucian anda nona", jelas dokter itu dengan ramah dan sopan.
"Huftttt....apa - apaan laki laki gila itu", gerutu gadis itu dengan ekspresi tidak suka.
"Ssssstttt... jangan menghujat tuan nona, jika ia mendengar nona berkata seperti itu tuan bisa menghukum nona", terang dokter itu membujuk, ia tidak mau gadis itu berakhir seperti beberapa wanita yang ia lihat sebelum nya.
"Ya sudah dok..aku buka pakaian dalam ku,
periksa lah secepat nya. ", balas gadis itu
dia tak mau masalah kecil itu nantinya membesar.
"Baik nona" imbuh dokter itu.
Dokter wanita itu tampak memeriksa keadaan gadis itu dengan detail, tak satupun yang tertinggal. Setelah dirasa selesai ia menyimpan kembali alat-alat medis yang ia bawa. Ia juga terlihat mencatat beberapa point di kertas yang sudah ia siapkan.
Gadis itu memperhatikan setiap gerak gerik dokter wanita itu, namun ia tidak tau apa yang sedang di catat dan di tandai dokter itu.
"Aku permisi nona, ", kata dokter itu seraya berjalan membawa peralatan nya yang sudah ia tata.
Setelah berada di ambang pintu keluar, tampak dokter itu berbincang dengan Beni. Tak lama kemudian ia langsung bergegas pulang bersama dua laki laki berseragam hitam yang ada di luar tadi.
Tampak Beni berjalan mendekati gadis itu, ia berjalan dengan suara hentakan sepatu nya yang keras dan ekspresi mimik dingin tanpa tersenyum sedikit pun.
.
.
.
.
.
.
bersambunggggg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments