membawa fidelia ke Royal Bar

Tampak gadis itu sedang duduk di mobil silver bersama laki laki barisan yang paling depan tadi, ia tidak melakukan apapun juga, ia hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi dengan nya nanti. Ia hanya emandang ke depan melalui kaca mobil itu.

Ia masih mengingat kejadian yang barusan ia hadapi, ia berjuang sekuat tenaga supaya wanita yang sudah merawatnya dan laki laki yang sudah berbaik hati kepadanya tidak di bunuh oleh mereka. Ia masih mengingat detail kejadian tadi.

*** Flashback on

"Jika kalian ingin membunuhku bunuh saja aku sekarang, jangan jerat yang lain", ucap gadis itu dengan lantang.

"Ohhh... umpan kami ternyata hebat, bisa memancing mu keluar dengan cepat", balas lelaki itu dengan senyuman mengejek gadis itu.

"Mari buat kesepakatan, ", pinta nya dengan suara lantang nya. Terlihat wanita paruh baya itu mendekat ke gadis itu. Ia memohon mohon supaya gadis itu menarik kata katanya.

"TIDAKKKKK..... JANGAN NAK, aku mohon nak,,, jangan lakukan itu, biarkan ibu yang mereka bunuh, aku tak mau melihat mereka mencelakai mu", pinta wanita itu dengan tangisan isak nya seraya memeluk kuat gadisnya itu.

"Pok... pok... pok.. ", terdengar suara tepuk tangan lelaki itu.

"Wow.... amazing, wanita tua ini bersedia mati untukmu", imbuh lelaki itu lagi dengan tertawa penuh ejekan.

"Mari buat kesepakatan, ", pinta gadis itu lagi dengan sorot mata yang tajam dan penuh kebencian.

"Well... tunggu" ,ucap laki laki itu. Ia terlihat merogoh saku celana nya dan mengeluarkan handphone milik nya.

"Bos gadis ini meminta kesepakatan", jelas laki laki itu dengan singkat.

".... "

Gadis itu tak bisa mendengar apa jawaban laki laki yang di seberang telpon itu, tapi ia tetap berharap semoga ibunya itu bisa terselamatkan. Ia tetap diam berdiri memandang laki laki itu tanpa kedipan mata. Ia tak ingin terlihat rendah dan dikasihani oleh mereka.

Ia juga percaya takdir, jika memang ia di takdir kan Tuhan untuk mati di tangan mereka. Ia sudah siap asalkan tidak menyeret orang lain seperti bu Sherly dan pak ronald.

Mereka orang yang baik yang sudah menolong nya selama ini. Cukup lah hanya dia yang merasakan imbas dari kesalahan kecil yang dia perbuat.

Terlihat pak Ronald sedari tadi duduk tersungkur di samping penjaga yang lainnya. Ia hanya duduk lemas dan pasrah. Gadis itu sungguh merasa kasihan melihat mimik wajah pak Ronald.

Ia tau dia adalah tulang punggung keluarganya,

ia pernah cerita jika ia punya 3 anak yang masih sekolah, istrinya juga tidak bekerja dan hanya fokus mengurus rumah tangga. Gadis itu tak bisa berpikir bagaimana nantinya nasib anak dan istri pak Ronald jika ia harus mati.

"Kesepakatan apa yang kau inginkan? ", pungkas laki laki itu mendekati nya,

tadi ia sempat agak menjauh ketika menghubungi bos nya di seberang sana.

"Bebaskan bu Sherly dan pak Ronald, aku bersedia menanggung resiko apa pun juga", terang wanita itu dengan lantang dan berani.

"Baik, Glen lepaskan lelaki itu dan bawa ke mobil gadis ini", pinta lelaki itu dengan santai dan senyum devil. Ia tampak menyimpan kembali pisau yang sedari tadi ia pegang.

Glen langsung melakukan apa yang di minta bos nya Beni, ia terlihat melepaskan borgol yang ada di tangan lelaki paruh baya itu. Ia juga beralih menarik tangan wanita itu dan membawa nya untuk masuk ke dalam mobil.

Terlihat bu Sherly sudah menjerit jerit memohon supaya mereka tidak membawa gadisnya, ia menangis histeris melihat kepergian mereka menaiki mobil mewah itu.

***Flashback off

Ia tak mau berbicara dan mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya mendengar beberapa percakapan Beni dengan seseorang dia seberang telepon. Supir dan yang lainnya juga hanya diam membeku fokus dengan pemikiran masing- masing.

Sekitar perjalanan 30 menit mobil yang ku tumpangi tampak berhenti.

"Turun,, ingat jangan melakukan kesalahan apa pun juga, jangan kabur seperti yang kamu lakukan tadi siang", sarkas laki-laki itu penuh penekanan seolah sedang mengingatkan gadis itu untuk turut dengan yang ia ucapkan.

Gadis itu tidak menghiraukan apa yang diucapkan lelaki itu seraya turun dari mobil yang membawa nya. Ketika ia turun ia melihat di depannya adalah sebuah bangunan besar penuh kerlap kerlip.

Terlihat jelas bahwa bangunan itu adalah sebuah Bar, karena tertulis di bagian depan bangunan itu "royal bar".

Di sana terlihat banyak lampu penerangan berwarna warni, suasana nya sangat ramai, ia berpikir bahwa ia akan dijadikan wanita pemuas nafsu di sana.

Glen kembali menyeret nya karena ia dari tadi terlihat hanya diam merenung seraya memandang ke depan.

"Lepaskan... aku bisa jalan sendiri", ucap gadis itu seraya berjalan mengikuti segerombolan laki laki itu.

Gadis itu merasa asing dengan suasana yang di lewati, di luar ruangan terlihat begitu banyak penerangan, namun beda dengan di dalam ruangan itu.

Di sana hanya terlihat beberapa lampu kerlap-kerlip yang berputar putar. Penerangan sangat minum sehingga suasananya gelap remang remang namun ia masih bisa melihat apa yang dilakukan orang -orang yang ada di ruangan ini.

Terlihat banyak laki laki dan wanita sedang menari bebas menikmati musik yang terdengar di ruangan itu. Musik yang ia dengar membuat nya risih dan bising, suaranya sangat keras sehingga semua tidak bisa mendengar suara siapa pun juga.

Ia hanya mengikuti langkah kaki lelaki itu dengan kode kode tangan yang ia buat, karena memang di ruangan ini tidak akan terdengar ketika berbicara karena di penuhi suara musik DJ dimana - mana.

Gadis itu terlihat heran dengan kelakuan beberapa wanita di sini. Mereka menari dengan percaya diri di hadapan laki laki dengan keadaan baju yang sangat terbuka.

Ia berusaha menahan batin nya untuk kuat karena ia tau ia juga akan menjadi salah satu seperti mereka. Lebih baik mengikuti apa pun yang mereka mau asal aku bu Sherly dan pak Ronald tidak di bunuh.

Beni mengarahkan gadis itu berjalan menuju lantai tiga, tidak semua bisa masuk ke lantai 3 itu. Hanya bos Rey dan Beni yang punya hak dan yang bisa masuk ke sana.

Ketika sampai di lantai itu terlihat laki laki itu mengeluarkan handphone dari balik saku nya dan menghubungi seseorang dari balik handphone itu.

"Bos bagaimana selanjutnya?, aku sudah sudah di lantai tiga dengan gadis ini", ucap lelaki itu menjelaskan dengan nada santai nya.

".... ", balas lelaki itu

Gadis itu tak bisa mendengar apa yang di utarakan lelaki di seberang telepon itu,

ia hanya bisa diam menyaksikan apa yang dilakukan lelaki yang ada di depan nya ini.

Beni kini terlihat lagi menghubungi seseorang melalui handphone milik nya.

.

.

.

.

.

bersambunggggggg

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!