Setelah bu Sherly memberi kan semangat dan dorongan kepada gadis itu, kini mereka tampak sedang tertidur dengan pulas nya. Gadis itu sedang mendapatkan ujian mental berulang-ulang kali.
Belum sempat ia melupakan kejadian satu bulan lalu ia sudah mendapatkan ujian mental yang lainnya. ia kini terlihat sangat rapuh dan down. Ia sedang membutuhkan support dan motifasi yang besar. Oleh sebab itu lah wanita paruh baya itu selalu ada di samping gadis itu.
Wanita itu paham dengan apa nyang sedang gadis itu hadapi. Ia juga punya masa lalu yang kelam, itu lah sebabnya ketika baru pertama sekali bertemu ia langsung menolong gadis itu.
Ia berusaha semaksimal mungkin untuk menolong gadis itu, ia sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri. Pasalnya ia kini tidak punya siapa-siapa lagi.
Suami yang ia cintai pergi meninggalkannya karena ia tak kunjung bisa mengandung melahirkan anak dari rahim nya. Tiba-tiba terdengar suara hentakan yang sangat keras,
hal itu sukses membuat mereka langsung terbangun.
Sebenarnya wanita itu sudah merasa wanti wanti sejak tadi, ia berharap semoga tidak ada yang datang dan mengganggu mereka. amun harapan nya telah sirna, ia tau suara hentakan yang keras itu di sebabkan oleh orang yang di pikirkan sejak tadi yang berniat jahat.
Ia seketika membekam mulut gadisnya itu, ia mengintruksikan dari sorot matanya supaya dia bersembunyi di dalam lemari.
Gadis itu mengerti dengan yang di ungkapkan wanita itu walaupun dari pandangan. Ia kemudian berjalan ke arah lemari kayu yang di tunjuk wanita itu.
Lagi lagi ia harus bersembunyi di balik lemari,
lemari yang selalu jadi saksi bisu baginya melihat aksi aksi jahat yang dilakukan oleh segerombolan manusia tak punya hati itu. Di dalam lemari itu ia kembali mengingat kejadian yang menimpanya bulan lalu, saat itu juga ia bersembunyi di lemari sama halnya dengan yang dilakukan saat ini juga. Ia tidak tau apakah memang begini takdir hidupnya.
Ia sudah pucat pasi, badannya gemetar hebat,
ia tak mau kejadian itu terulang terhadap bu Sherly yang sudah merawat dan bersedia menampung nya.
Ia duduk seraya melipat kakinya dan tangannya memegang kedua kakinya tersebut. Ia berharap semua akan baik baik saja. Bu sherly kemudian berjalan keluar dari kamarnya, baru saja dia keluar dia sudah melihat segerombolan laki laki berseragam hitam dan memakai kaca mata hitam juga ada di depannya.
Degh
Jantung nya bergetar sangat hebat, ia tau jika yang ada di hadapannya itu pasti suruhan laki laki yang sering di ceritakan gadis itu. Pintu rumah wanita itu pun sudah tampak hancur, mungkin mereka memaksa masuk dengan mendobrak pintu itu.
Ia tau meraka orang yang tak bisa di lawan, dari cerita gadis itu ia sudah tau kalau dia seorang yang sangat jahat dan tak ada belas kasihan, buktinya ia sudah mencelakai gadis itu tadi siang di hadapan banyak orang.
"Siapa kalian?", tanya wanita itu dengan suara keras dan berani, ia bertekad akan menyelamatkan gadis itu dengan sekuat dan semampu nya.
"Serahkan gadis itu", ucap seseorang yang berada di barisan paling depan.
"S...s..siapa yang kalian maksud?, tidak ada seseorang disini! ", ucap wanita itu dengan lantang namun ia sudah terlihat gugup. Ia terlihat sedang berbohong walaupun suara nya lantang.
"Ohh... apakah harus kamin patah kan dulu tukang kaki mu supaya kamu mengaku? ", sarkas lelaki itu dengan lantang aura di ruangan ini sudah sangat mencekam.
Lelaki barisan paling depan itu kemudian mengeluarkan bilah pisau tajam, ia tersenyum devil seraya menatap bilah pisaunya itu.
"Aku hidup sendiri disini, aku tidak tau apa yang kamu ucapkan", balas wanita itu dengan suara yang sudah di tahan, ia sangat ketakutan melihat pisau tajam itu.
"Oh,,, bagaimana jika Ronald juga kami bawa disini supaya kamu menyaksikan dia di cincang di hadapan mu?, pekik laki laki itu kini tak sabar.
Duarrrrr
Bagai sedang di sayat sembilu, ia kini merasa cemas. Pasalnya mereka pasti akan melakukan itu, semua orang yang berhubungan dengan wanita itu ikut terjerat.
Ia tak tau apa yang harus di lakukan, ia tidak mau semua orang terjerat seperti pak Ronald juga, ia juga tak mau menyerahkan gadis nya itu. Ia ingin gadis itu selamat serta melanjutkan hidupnya. Ia tak takut jika ia harus mati hari ini, toh ia tak punya apa apa lagi yang harus dipertahankan jika ia masih hidup.
"Jika kalian ingin aku mati silahkan bunuh aku saat ini juga, tapi jangan seret yang lain", jawab wanita itu seraya memandang mata lelaki itu, sedari tadi memang wanita itu tidak berani memandang mata lelaki itu. Ia sudah tekad dengan apa pun yang terjadi nantinya.
"Ohh... kamu sudah membuat pilihan", ia berucap seraya mengambil handphone dari saku celananya dan terlihat mencari nomor seseorang dan menghubungi nya.
"Glen bawa kemari laki laki tua itu, segera",ucap lelaki itu dengan suara lantang.
Wanita itu semakin merasa frustasi, apa yang sudah ia lakukan? ia sudah mencelakakan teman yang sangat baik kepadanya selama ini.
Ia tak mampu berpikir lagi, kini ia sudah menitipkan air matanya. Ia tau mereka pasti melakukan apa yang barusan mereka ucapkan. Ia menjatuhkan tubuh nya ke lantai dengan gontai dan lemas, ia menangis dengan suara yang ditutupi dengan mulutnya.
Terdengar laki laki itu juga kembali menghubungi seseorang di seberang sana,
"Bos dia tak mau menyerahkan gadis itu, kami akan membawa Ronald ke hadapannya untuk dibunuh", pungkasnya yang sukses membuat bulu kuduk wanita paruh baya itu berdiri.
"Lakukan yang terbaik Beni", balas seseorang di seberang sana.
10 menit kemudian tampak dua laki laki membawa paksa Ronald ke hadapan mereka,
tangan yang sudah di ikat ke belakang. Mulut di tutup dengan plester hitam. Mereka menarik paksa laki laki itu masuk ke dalam rumah wanita itu.
"Maafkan aku pak Ronald, aku tidak menginginkan kejadian ini", ucap wanita itu dengan suara parau nya.
Gadis yang sedari tadi mendengar percakapan di antara mereka kini tak sabar lagi, ia tidak mau semua orang terjerat karena kesalahan nya, ia tak mau semua orang mati karena dirinya.
Seraya mengumpulkan nafas dan kekuatannya ia membuka lemari itu dan berjalan keluar. Ia bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka karena jarak ruang tengah dan kamar sangat lah dekat.
Ia berjalan lemas namun ia berusaha sekuat tenaga untuk memberanikan diri, ia tak mau terus terusan jadi pengecut.
"Bunuh saja aku, jangan sangkut pautkan orang lain", ucap gadis itu dengan suara yang keras.
"Ohhh... tenyata umpannya sangat ampuh memancing mu keluar ya gadis nakal", balas Beni dengan suara nya yang terdengar mengejek.
"Tidak usah bertele-tele, mari buat kesepakatan", hardik gadis itu seraya memandang penuh emosi kepada laki laki itu.
"TIDAKKK.... JANGAN NAK, ibu mohon,, biarkan ibu yang mereka bunuh, jangan... nak... ", wanita itu berkata sambil bejalan mendekati gadisnya itu, ia memeluknya dengan kuat, ia sangat ketakutan saat ini.
Ia takut melihat mereka melakukan aksinya di depan matanya sendiri. Ia tak mau melihat gadisnya mati di hadapannya.
.
.
.
.
.
berambunggggg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments