Fidelia berusaha kabur

Langkah derap kaki terdengar keluar masuk di ruangan besar itu. Fidel tetap berusaha diam di tempat supaya mereka tidak menyadari keberadaannya. Ia tak luput dari doa dan doa yang di ungkapkan di dalam hatinya. Ia juga berdoa semoga mereka jengah dan tidak menyadari kalau ia kini berada dalam lemari yang sudah mereka lewati berkali kali.

Tanpa terasa Fidel sudah tertidur di dalam lemari besar itu karena mungkin sudah sangat kelelahan semenjak ke dari dermaga hingga ke tempat ini. Mereka sampai di dermaga tadi pagi kira kira jam 09.00 Pm hingga mereka menuju tempat ini, dan tak terasa sekarang sudah jam 9 malam. Ia tertidur mulai sore tadi dan terbangun karena perut yang sudah keroncongan.

Ia mengkucek-kucek matanya karena gelap dan tidak melihat apapun juga. Ruangan itu kini sudah gelap gulita dan tak ada suara apapun juga yang terdengar. Ia merasa tempat ini sudah kosong dan mencoba untuk keluar. Tapi aku tidak bisa melihat dengan jelas dimana pintu keluarnya.

Aku berjalan perlahan dan pelan sambil meraba raba, menebak nebak dimana jalan keluar. Namun sudah 30 menit ia berjalan meraba-raba untuk mencari jalan keluar tapi tak kunjung dia temukan.

Ia mulai ketakutan karena suasana yang sangat mencekam dan gelap gulita. Ia membayangkan pasti sudah banyak kejadian mutilasi di tempat itu. Seketika bulu kuduk nya berdiri membayangkan kejadian tadi siang. Ia sudah mulai gemetaran antara takut cemas dan shock.

Tapi ia terbayang akan sosok ibu dan adik adiknya, ia tak mau berakhir seperti mereka. Ia bertekad akan melalui semua ini dengan berani, ia tak kuasa membayangkan bagaimana nanti kesedihan ibu dan adiknya jika ia tak bisa kembali ke rumah ibunya dengan selamat. Ia sudah berjanji akan bekerja keras dan mengumpulkan uang supaya kelak adik-adiknya bisa sekolah dan kuliah di perguruan yang mereka inginkan.

Ia sudah berpesan ke adik adiknya bahwa tugas mereka satu satunya hanyalah belajar.

Ia tak mengijinkan adiknya bekerja keras seperti yang dilakukannya dulu.

Ia berjalan dengan penuh keberanian, ketakutan dan kecemasan yang tadinya merasuki pikirannya kini sudah ia tepis. Tiba-tiba ia mendengar suara tangisan, tapi terdengar kurang jelas.

Ia berjalan mendekati suara tangisan itu, dan ternyata di kamar paling ujung ada beberapa ruangan jeruji besi. Di sana sudah ada 10 temanku. Di ruangan itu memang tidak gelap, masih ada sedikit penerangan sehingga terlihat remang remang. Aku masih bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di dalam sana.

Aku bergerak mendekati mereka namun aku tiba tiba terhenti karena ada satu orang laki laki berbaju hitam duduk di kursi di samping jeruji besi itu. Untung aku berjalan pelan sehingga ia tidak menyadari aku yang sudah hampir mendekat. Aku menebak nebak mungkin dia adalah penjaga teman temanku itu.

Aku tak habis siasat, aku bertekad dengan kuat supaya bisa keluar dengan selamat dan juga bisa menyelamatkan nyawa teman temanku itu. Aku berjalan kecil layaknya seorang pencuri supaya laki laki itu tidak mendengar langkah kakiku.

Aku melihat ada celah cahaya dibalik ruangan paling ujung itu. Aku mendekati cahaya itu, karena aku yakin pencayahaan itu disebabkan adanya suatu ruangan lain, mungkin saja itu bisa menjadi jalan keluar pikirku. Aku tetap berjalan dengan penuh hati-hati untuk berjaga-jaga, mungkin masih ada orang di dalam ruangan itu.

Kini aku sudah berada di dekat cahaya itu, dan ternyata itu adalah penerangan lampu halaman samping bangunan itu. Aku melihat ada satu jendela kaca disitu. Aku kemudian mencari cara bagaimana supaya aku bisa membuka jendela itu dan keluar dari situ. Aku perhatikan sekeliling untuk melihat benda yang bisa ku gunakan untuk membuka jendela itu.

Dan mataku terfokus pada sekop yang terletak di dekat tong sampah besar di ruangan itu. Disini juga minum pencahayaan sehingga aku harus membelalakkan mataku supaya bisa melihat dengan jelas. Cahaya minim itu berasal dari lampu halaman samping tadi. Aku berjalan mendekati sekop itu dan aku merasa penasaran dengan isi tong sampah besar itu. Aku terkejut setengah mati melihat ke dalam tong sampah itu, isinya adalah bungkusan plastik hitam besar yang penuh darah. Aku menduga itu adalah sisa jasad temanku tadi.

Rasa takutku yang mulai hilang tadi muncul kembali. Aku berlari meninggalkan tong itu, aku duduk sambil menangis pelan, aku meratapi nasib ku kini.

Tapi aku teringat kembali akan wajah ibu dan adikku. Aku kembali berdiri dan fokus dengan tujuanku tadi yaitu membuka jendela ini. Aku berusaha mencongkel congkel jendela itu supaya bisa terbuka namun belum ada tanda tanda.

Aku berusaha lebih keras lagi dan tap akhirnya jendela itu bisa terbuka. Aku kembali meletakkan sekop itu dengan pelan ke tempat semula supaya tidak ada yang curiga nantinya.

Aku keluar perlahan dengan melompat dari jendela itu hingga turun ke halaman samping bangunan itu. Baru aku menginjakkan kaki di luar ternyata bangunan ini di kelilingi tembok besar dan tinggi yang sempat ku lihat dan perhatikan tadi siang.

Aku menggaruk kepalaku frustasi, apa yang akan aku lakukan selanjutnya?. Kalau aku ke halaman depan mungkin di sana ada orang yang berjaga jaga. Aku kembali berpikir keras

aku harus bisa keluar dengan selamat pikirku.

Aku mencari cari jalan keluar dari bangunan itu supaya bisa berada diluar. Namun tak kunjung ku lihat. Hanya halaman depan yang belum ku lihat, halaman belakang dan samping nya lagi sudah ku lihat namun hasilnya nihil.

Aku memutuskan harus melihat halaman depan, aku berjalan mengendap ngendap supaya tidak ada yang mendengar langkah kakiku. Aku mengarahkan kepalaku dari halaman samping ke halaman depan dan melihat memang ada satu orang berseragam hitam yang berjaga di pintu gerbang.

Otakku saat ini sudah buntu, aku sudah kelelahan dan kelaparan, ini sudah tengah malam namun perutku sudah kosong sejak tadi siang. Tapi lagi dan lagi aku mengingat wajah ibuku. Jika aku berdiam diri begini mungkin besok pagi mereka akan menemukanku disini. Tidak aku harus kuat pikirku. Aku kembali berpikir pasti ada jalan keluar.

Aku melihat ada mobil hardtop yang berisi barang di belakang. Aku kini punya ide, aku berjalan mendekati mobil itu dengan sangat hati hati supaya tidak diketahui laki laki yang menjaga gerbang itu. Aku bergegas masuk dan bersembunyi di bawah tumpukan karton yang ada di dalam mobil hardtop pembawa barang itu.

Aku sudah menunggu lama namun aku belum mendengar ada seseorang yang menghidupkan mobil dan melajukan mobil ini. Setelah 2 jam aku berada di dalam mobil itu terdengar langkah seseorang mendekat.

Aku lagi lagi berdoa dalam hati semoga dia tidak memeriksa bagian belakang. Ia memasuki mobil tepatnya di bagian kemudi dan menghidupkan mobil ini juga menjalankannya.

Aku sungguh bersyukur dalam hati sampai tahap ini aku masih dalam keadaan baik. Aku berharap nanti aku tetap bisa keluar dalam keadaan baik. Ku intip dari sela sela karton itu kami sudah berada di tengah pemukiman.

Mobil masih melaju dengan perlahan, setengah jam kemudian mobil sudah berhenti di depan sebuah toko besar. Aku tidak tau apa yang akan dilakukan supir itu namun aku melihatnya keluar dan berjalan menuju toko besar itu.

Aku segera menggunakan kesempatan itu untuk keluar dari belakang mobil dan akan melarikan diri. Akhirnya aku saat ini sudah berada jauh dari mobil itu, tapi aku tak tau saat ini aku berada dimana. Keadaanku saat ini sangat kacau

.

.

.

bersambunggggg

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!