Fidelia mencari pekerjaan

Fidelia tampak bernafas ngos-ngosan ketika baru saja sampai dirumah bu Sherly, ia duduk sejenak di kursi plastik yang ada di teras rumah itu. Tampak bu Sherly keluar karena melihat dari kaca jendela Fidel datang dengan langkah kaki terburu buru.

"Kamu kenapa nak? ", bu Sherly bertanya dengan raut wajah terheran dengan keadaan Fidelia yang membuang nafasnya kasar karena kelelahan.

"Aku melihat mereka bu", jawab Fidelia dengan suara bergetar dan ekspresi wajah yang sedang ketakutan.

"Siapa yang kamu lihat nak? ", tanya bu Sherly lagi penasaran,

"Mereka bu, para penjahat itu,", jawab Fidelia dengan suara gemetaran hebat, ia masih trauma dengan kejadian bulan lalu.

"Maksudmu yang menyekap kalian itu? , tangkas bu Sherly dengan penuh penekanan, mungkin ia ingin lebih memperjelas.

"Iya bu, aku yakin 100 persen" jawabku, kini aku sudah lemas.

"Tidak apa-apa nak, yang penting mereka tidak mengenalmu", ibu Sherly kembali memeluk Fidelia untuk menenangkannya.

Seketika fidelia merasa nyaman dengan pelukan bu Sherly itu. Ia melepas pelukannya dan bergegas ke dapur. Ia mengambil segelas minuman dingin dan menyodorkannya kepada gadis itu.

"Sekarang memang cuacanya sangat panas,

ini memang jam siang sehingga cuaca pasti panas dengan terik matahari yang sangat membakar. Minumlah dulu nak", tawar ibu itu seraya menyerahkan gelas minuman yang berisi lemon tea dingin yang ia buat barusan di dapur.

"Iya Bu...terimakasih banyak Bu", balas gadis itu terharu dengan kebaikan ibu itu.

Bagai malaikat penolong bu Sherly selalu bisa menenangkan fidelia. Sejak awal bertemu dengan Bu Sherly ia sudah sangat banyak menolong fidelia. Ia gadis beruntung bisa bertemu dengan ibu itu.

Mungkin itu berkat doa ibu fidelia di negara seberang sana. Ia pasti selalu mendoakan putri satu satunya itu sehingga di balik masalah yang begitu besar selalu ada jalan keluar.

Malam harinya fidelia menemui bu Sherly di kamarnya, ia memang tidak pernah tidur sekamar dengan ibu itu, ibu itu sengaja memberi kamar terpisah dengannya supaya fidelia memiliki waktunya sendiri.

Bu Sherly memang sangat perhatian segala hal, sampai saat ini fidelia belum tau apa alasan seluruh kebaikan bu Sherly itu. Ia sebenarnya ingin sekali menanyakan hal itu, namun ia merasa belum waktu yang bagus saat ini menanyakan hal itu.

Fidelia tampak mengetuk pintu kamar ibu itu,

ibu itupun langsung membukakan pintu dan mempersilahkan nya masuk.

"Masuk nak, ada apa nak?,", tanya ibu itu dengan sumringah senyumannya.

"Aku ingin mengobrol dengan ibu", sahut fidelia dengan tersenyum juga.

"Boleh, ayo kamu mau ngomong apa?", balas ibu itu sambil mengajak Fidelia duduk di tempat tidurnya.

Sekilas ia melihat ada foto ibu sherly dengan seorang laki laki, ia menerka dalam hatinya mungkin itu foto suaminya. Tidak ada foto laki laki itu yang ia bisa lihat selain di dalam kamar ibu itu.

Tapi ia hanya melihat sekilas, ia tidak berniat membahas itu tapi bu Sherly sudah tau fidelia memperhatikannya. Bu Sherly langsung murung dan menitikkan air mata,

"Bukan hanya kamu yang punya problematika hidup nak, ibu juga", ucap bu Sherly dengan senyuman kecut tapi menitikkan air mata.

"Dia suami ibu, kami sudah menikah 12 tahun, tapi kami tidak dikarunia anak, 1 tahun yang lalu ia pergi meninggalkan ibu", jelas bu Sherly lagi, kini ia menangis dengan terisak dan suara keras.

"Sudah bu sudah sekarang ada aku bu,

aku akan selalu di sisi ibu", balas fidelia sambil merangkul bu Sherly. Tampak bu Sherly tersenyum.

"terimakasih banyak nak, " ucap ibu itu,

"Itulah alasan ku mengajak mu ke rumah ini,

ketika melihatmu kacau aku sungguh kasihan,

aku tak tega melihat ada gadis yang terlantar ", imbuh ibu itu menjelaskan alasannya kepada gadis itu.

"Makasih banyak bu, berkat ibu aku bisa seperti ini sampai saat ini, jika tak ada ibu mungkin nasib ku sudah lain" fidelia berkata seraya memandang lurus ke depan, ia merindukan ibunya saat ini, sudah satu bulan ia tak memberi kabar bagaimana keadaannya kepada ibunya.

"Oh ya tadi kamu mau ngomong ya, mau ngomong apa nak? ", tanya bu Sherly kembali semangat dan antusias.

"Bu aku mau bekerja bisa kan? ",tanya fidelia seraya memegang ke dua tangan bu Sherly seolah sedang membujuknya.

"Boleh nak, jika itu yang membuatmu senang ibu pasti ijinkan, ", balas bu Sherly semangat

"Kamu mau kerja apa nak? ", tanya Bu Sherly lagi semangat.

"Apa aja boleh bu, ", ucap gadis itu antusias.

"Emmm... pekerjaan apa ya cocok sama kamu?,

dulu ibu pernah bekerja di sebuah usaha laundry tapi ibu tak tau apakah laundry itu masih buka", kata bu Sherly kepadanya.

"Aku kerja apa pun mau bu, yang penting aku punya pekerjaan, " ,imbuh fidelia optimis.

"Tapi suami ibu dulu punya teman yang bekerja di sebuah perusahaan besar", kata bu Sherly lagi menawarkan pekerjaan yang lain.

"Ibu akan tanya teman suami ibu itu ya, ia bekerja di sebuah perusahaan besar di negara ini, perusahaannya bernama royal company" terang Bu Sherly kepadanya.

"Pokoknya yang mana pun menerima aku, aku mau aja bu, yang penting aku bisa kumpulin uang, jadi aku punya tabungan untuk ku bawa pulang", balas fidelia dengan penuh antusias

Bu Sherly senang melihat tingkah fidelia yang sudah mulia ceria, nampak sudah kalau dia orangnya periang dan bersemangat.

"Oh ya bu tapi aku tidak punya identitas, bisa nggak ya bu? ", tanya fidelia dengan raut wajah kebingungan, logikanya kalau melamar pekerjaan pasti harus ada berkas-berkas kelengkapan sebagai informasi mengenai pendidikan dan identitas.

"Tenang nak, disini kalau bagian bawahan biasanya tidak terlalu memperhatikan pendidikan dan identitas kita, paling nanti kamu di test dan di wawancarai, kalau memang kamu masuk kriteria kamu akan langsung diterima dan akan di berikan pin pekerja, nah pin itu lah nanti nya sebagai identitas mu, disini orang orang bawahan pun malahan sering membuat nama samaran, ", tutur bu Sherly dengan jelas

tampak ada setitik terang yang dirasakan fidelia, ia senang ternyata di negara ini tidak seperti di negaranya. Kalau di negaranya pendidikan dan identitas itu sangat diperlukan. Kalau disini yang diperlukan hanya kemampuan dan skill kita, jadi ia merasa sangat lega. Ia merasa akan hanya berusaha belajar lebih giat supaya bisa menjawab pertanyaan pertanyaan itu nantinya.

"Sebentar ya nak ibu hubungi dulu bapak itu" pungkas bu Sherly serasa mengambil handphone nya yang di letakkan di nakas kamarnya itu. Ia kemudian mencari sebuah nama yang tertera di handphonenya. Fidelia melihat nama yang sedang tertera di handphone itu adalah pak Richard.

"Tut.... tut.... tut.... "

"Halo pak Richard, selamat malam, apa kabar pak? ", tutur ibu Sherly dari balik handphonenya.

"Ya bu Sherly, selamat malam juga, kabar saya baik baik saja bu, oh ya ada apa ibu menelpon saya malam begini?", tanya sang bapak yang ada di seberang handphone itu.

" Begini pak saya punya keluarga yang datang dari indonesia, namanya fidelia, dia berniat bekerja di perusahaan tempat bapak bekerja di royal company, kira kira masih ada lowongan tidak pak? "tanya bu Sherly dengan nada berbicara yang sangat sopan dan sangat serius.

"Oh kebetulan bu, kami kekurangan satu orang di bagian cleaning service lantai 17 bu, kalau dia mau dia bisa langsung datang besok ke kantor jam 08.00 pagi, dan suruh dia langsung menjumpai saya, ", balas pak Richard dengan ramah dan sopan juga.

"Iya pak, terimakasih banyak atas bantuan bapak, selamat malam pak, ", ucap bu Sherly dengan ramah juga

" Iya bu, sama sama", balas laki-laki itu sopan.

Bu Sherly tampak mematikan handphonenya dan memegang pundak fidelia. Dia tersenyum bahagia karena ada lowongan pekerjaan untuk fidelia, gadis yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

.

.

.

besambungggg

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!