Di sela-sela ruangan yang minim penerangan, tampak Rey sedang menyesap rokoknya yang sudah tak terkira jumlah batangan yang sudah dia habiskan. Ia sejenak berpikir dalam hatinya "sampai kapan aku seperti ini? " batinnya.
Ia sudah seperti ini semenjak duduk di bangku SMA, Bedanya dulu ia sering melakukan hal itu sendiri, kadang hanya oral dengan pacar-pacarnya dan ketika ia sudah di bangku SMA. Ia mulai melampiaskan birahinya ke setiap wanita yang menjadi wanitanya.
Kadang ia juga meminta Beni mencari wanita-wanita per*w*n yang ingin menjual harta berharganya itu. Di jaman sekarang banyak gadis belia yang sengaja memperdagangkan hal seperti itu untuk memperoleh banyak uang. Ia tak pernah bertanya alasan mereka menjual itu. Baginya jika sudah dijual ya tinggal dinikmati.
Hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan dan tabiatnya. Ia tak pernah ambil hati soal wanita, karena ia merasa tidak akan ada wanita yang mencintai kekurangan laki-laki justru mereka mencintai karena status dan posisi laki-laki.
Ia duduk di lobby Bar miliknya yang berada di lantai tiga, Kamarnya yang menghadap ke indahnya pemandangan ibu kota, membuat dia betah disitu. Sambil termenung ia memandang indahnya lampu-lampu kota California. Inilah yang ia lakukan jika otaknya buntu. Ia tak suka keramaian bahkan keributan sehingga jika ingin minum ia hanya akan minum di kamarnya itu.
dari balik Kamar pribadinya tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi,
"Tok... tok... tok... "
"Masuk" seru Rey
ternyata sosok yang membunyikan bel itu Beni. Ia pun langsung masuk dan melangkah mendekat ke arah tuannya.
"Tuan nona Vania sudah diluar", ucap assisten nya itu kepada bosnya tuan Rey.
"Suruh masuk dan sekalian bawa yang aku pesan", jelas Rey dengan raut wajahnya yang dingin.
"Baik bos", balas Beni seraya melangkah keluar dan meminta Vania masuk ke kamar tuannya.
Vania tampak sangat bahagia karena setelah melakukan seks dengan Rey Ia pasti akan mewujudkan setiap permintaan wanita itu. Ya Rey memang loyal kepada wanitanya. Namun menjadi wanita Rey sangatlah rumit prosesnya.
Beni sebagai assisten sudah menjelaskan setiap syarat menjadi wanita Rey. Wanita tersebut harus bersedia bersetubuh dengannya setiap hari tapi tidak diijinkan tinggal dikamar maupun dirumahnya. Setelah selesai melakukan aksi dewasa dengan Rey wanita itu harus segera keluar dan pulang diantar asistennya Beni.
Jika dipikir-pikir para wanita yang pernah menjadi pacar Rey bisa dikatakan hanyalah simbolis. Mereka hanyalah alat pemuas Rey. Rey tidak mau sembarangan melakukan hal itu dengan para PSK. Dia menjaga kesehatan dan kebersihannya dengan ketat. Para wanita yang akan ditiduri harus diperiksa setiap hari, untuk memantau apakah ada gejala suatu penyakit.
Banyak wanita yang tergila-gila dengan Rey karena sosok tampan dan kekayaannya juga. Orang-orang tau bahwa jadi pacar Rey walau sehari adalah mimpi yang paling indah dan hal yang paling beruntung. Sama halnya dengan Vania saat ini. Ia sangat senang dan bersemangat memasuki kamar Rey saat ini.
Meskipun harus setiap hari ke kamar Rey namun Vania tak pernah merasa bosan dan selalu takjub dengan kamar itu. Kamar itu sungguh megah dan mewah. Suasana di dalam juga sangat nyaman. Di sana juga terdapat beberapa perabot mewah dan mahal yang jarang ditemui di tempat lain.
"Sayang aku datang", ucap Vania berjalan mendekati Rey dan duduk di pangkuan Rey.
"Sayang aku kangen sama kamu", ucap Vania sambil menarik dasi Rey seraya mencium bibir tipis Rey.
"Tunggu dulu" ucap Rey, seraya menepis ciuman wanita itu.
"Kenapa sayang?", ucap Vania dengan manja
"Aku masih menunggu Beni, aku mau fantasi yang lain malam ini", ungkap Rey dengan raut wajah penuh nafsu dan bringas.
"Iya sayangku. it's okey", balas wanita itu manja seraya pindah dari posisi duduknya dari pangkuan Rey dan duduk di samping laki-laki itu.
Ya Rey memang tidak suka betah dengan wanita, ia ingin mencoba hal yang baru dengan wanita yang baru juga. Vania sudah bersama Rey hampir 2 bulan dan Rey sudah mulai merasa bosan. Jika ditotal tak terkira lagi berapa jumlah wanita Rey. Setelah putus ia selalu menegaskan sesuatu kepada mantan wanitanya bahwa tidak ada yang bisa menuntut kemudian hari. Semua akan dianggap tak pernah terjadi.
Pintu bersuara lagi,
"Tok.... tok... tok"
"Masuk" ucap Rey .
"Bos ini wanita yang bos inginkan", jelas Beni seraya mempersilahkan wanita yang ia bawa.
"Oke silahkan keluar", balas Beni cuek dan memberi kode supaya assisten nya segera keluar.
Tampak seorang wanita muda yang berdiri dengan gugup dan degdegan didepan Rey dan Vania. Umurnya terlihat masih sangat muda
mungkin masih duduk di bangku SMA. Entah alasan apa sehingga ia rela menjual kesuciannya kepada laki-laki kaya raya itu.
"Layani aku dengan baik jika tidak kamu akan tau penyiksaan apa yang akan aku berikan", ucap Rey dengan tegas memecah keheningan yang baru saja terjadi.
Mereka memang tampak terdiam karena bertanya dalam hati. Vania ingin menanyakan siapa wanita muda itu, namun ia urungkan karena ia mengetahui bagaimana sifat laki-laki itu. Jika ia bertanya maka seolah -olah ia sedang mengatur kemauan Rey, maka ia memilih diam melihat wajah wanita polos yang baru datang itu.
Degh....
Jantungnya kembali berdetak kencang, ia sudah meminta bayaran yang besar dan sudah menyepakati tugas apa yang akan dilakukan. Ia pun mendekat ke arah laki-laki itu dan berinisiatif membuka baju dan rok yang ia pakai. Ia sebenarnya malu harus melakukan itu di depan orang secara langsung.
Itu pengalaman pertama baginya,
Tapi karena ancaman Rey ia langsung bergegas cepat membuka semua pakaian yang ia pakai hingga tak tersisa satu benang pun di tubuhnya yang mungil.
Tanpa basa -basi Rey meminta kedua wanita itu untuk melayaninya dengan baik. Rey dan kedua wanita itu bergulat dibawah lampu remang. Vania yang sudah biasa dan berpengalaman membelai dan menciumi Rey dengan liar. Sementara wanita muda itu tampak bingung harus berbuat apa. Rey dengan buas dan tak sabar menerkam kedua wanita tersebut.
Rey sudah dicumbu dan diraba oleh Vania dengan penuh nafsu dan rangsangan dan Nafsu Rey sudah berada di ubun-ubun, ia kemudian langsung melakukan aksi panasnya kepada wanita muda itu.
"AH.... HHH..., SAKITTT" jerit wanita itu menggigit selimut yang ia pegang erat. Rey tidak mengubrisnya sama sekali, bahkan semakin terangsang dengan suara wanita muda itu.
"AU... tuan tolong berhenti sebentar,,,, please" ucap wanita itu meringis kesakitan, namun Rey seolah tak berpendengaran sama sekali.
Vania juga seolah mengerti dan melakukan aksinya juga kepada Rey dengan penuh nafsu. Hal itu sukses membuat Rey semakin bersemangat.
Rey tidak mendengar setiap jeritan wanita yang telah direbut harta berharganya. Ia terlihat sangat menikmati suara-suara kesakitan itu. Permainan panas berakhir selama kurang lebih satu jam.
Biasanya setelah permainan berakhir Vania akan meminta imbalan berupa hadiah. Sudah banyak hadiah yang ia minta dari Rey seperti tas branded, sepatu, kalung, gelang, cincin dan pakaian bahkan 1 apartemen mewah. Rey merasa itu hanya secuil dari hartanya sehingga ia selalu menuruti saja. Baginya itu hanyalah butiran uang yang harus disedekahkan kepada orang lain.
Setelah selesai melakukan aksi dewasanya Rey menghubungi dan meminta asistennya Beni untuk mengurus wanita itu. Setelah menyelesaikan tugasnya Rey bergegas pulang dan kembali menuju keberadaan bosnya itu.
"Bos semua sudah beres", ucap Beni dengan sopan.
"Satu hal lagi Ben, aku sudah bosan dengan Vania, katakan aku memutuskannya. Carikan wanita yang lain. " jelas Rey dengan raut wajah datarnya.
"Siap bos....", jawab sang assisten dengan tersenyum ramah.
Beni beranjak keluar meninggalkan rumah mewah bosnya itu di kamar pribadinya untuk beristirahat. Beni berpikir dihatinya kapan bosnya itu akan menemukan wanita dihatinya?
apakah bosnya akan seperti itu selamanya?
Ia kembali ke kediamannya di salah satu apartemen mewah di kota tersebut. Ia memang tidak tinggal di kediaman tuannya, ia akan siap datang kapan saja jika sang bos meneleponnya. Ia assisten yang bijak dan cekatan, itulah sebabnya Rey menjadikan dia sebagai tangan kanannya.
.
.
.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments