Hari ini adalah hari pertama Rainy masuk kantor. Sejak pagi matahari bersinar cerah namun mendung di wajah Rainy belum juga memudar. Ia mengantuk dan lelah. Yang mengatakan bahwa olahraga pagi membuat tubuh segar pasti belum pernah berlatih di bawah bimbingan instruktur iblis seperti Raka. Setelah sejumlah pukulan dan kuncian, tubuh Rainy saat ini memiliki memar kebiruan di beberapa tempat dan terasa luar biasa pegal. Gara-gara itu Rainy terus saja mengutuki Raka dalam hati setiap kali ia merasakan nyeri di tubuhnya. Rainy bersumpah bahwa suatu saat nanti, ia akan memukuli Raka hingga babak belur dan tidak bisa bangkit dari ranjang selama 3 hari!
Rainy duduk di kursi Direktur Utama, kursi yang sebelumnya selalu diduduki neneknya, sambil memejamkan mata. Bulu matanya yang panjang dan tebal tampak bagai kipas yang membingkai matanya dengan indah. Pipinya yang polos tampak ulasan tampak berkilau dan segar, memamerkan kulit mudanya yang kenyal dan mulus. Bibirnya yang diulas lipstick berwarna coral tampak lembab dan menggoda. Rambut panjangnya dikepang longgar dan tergelung dalam sanggul mungil yang menggantung di atas bahu kirinya. Rainy mengenakan dress maxi berwarna putih yang dipadu padan dengan Jas putih bergaya Army. Sepasang high heels kulit berwana putih setinggi 7 cm terpasang di kakinya yang mungil. Saat matanya terbuka, ekspresi wajah dan sorot mata Rainy mengeluarkan aura dingin dan menjaga jarak, Namun saat ia sedang tidur begini aura itu melemah. Wajahnya yang nyaris selalu tanpa ekspresi sekarang tampak lembut dan rileks. Rainy terlihat begitu jelita.
Ketika Raka melihat ini, ia yang tadinya berniat membangunkan Rainy, memutuskan untuk duduk di kursi di hadapan gadis itu dan menggunakan kesempatan itu untuk memandangi wajah yang sangat disukainya tersebut. Ini bukan kali pertama Rainy pernah tidur di hadapannya. Bahkan semasa belia, saat kelelahan di perjalanan, Rainy biasa tidur bersandar di bahunya atau malah terbaring di atas pangkuannya. Namun waktu itu dan saat ini merupakan pengalaman yang sama sekali berbeda. Melihat wajah tidur Rainy saat ini membuat Raka merasa dadanya dipenuhi oleh rasa hangat yang menyenangkan. Membuatnya merasa bahagia. Sayangnya tak lama kemudian bulu mata Rainy bergetar pelan, sebelum akhirnya gadis itu membuka matanya. Bola mata tersebut bergetar sesaat sebelum kemudian pandangannya menyorot langsung ke arah Raka.
"Apakah sudah tiba waktunya untuk rapat?" Tanya gadis itu pelan dengan suara sedikit serak karena baru terbangun dari tidur. Rainy mengedip-ngedipkan matanya, berusaha mengusir kantuk yang menggayutinya.
Raka menggelengkan kepala.
"Masih ada waktu 2 jam lagi sebelum rapat."
"Em." Rainy mengangguk pelan. "Lalu?"
"Kau perlu bertemu dengan timmu." ucap Raka.
"Timku?" tanya Rainy, sesaat masih merasa kesulitan untuk mengusir lelah dari kepalanya.
Raka mendorong sebuah file berwarna hitam ke hadapan Rainy. Rainy membukanya perlahan, selembar demi selembar.
"Itu adalah orang-orang yang dipilih oleh Ibu Dirut untuk mendampingimu. Semuanya telah dilatih secara khusus selama 4 tahun ini sehingga mereka sudah siap menjadi tim support bagimu." jelas Raka. Pada sebuah halaman, Jari tangan Rainy berhenti bergerak. Ia mengangkat kepala dan memandang Raka dengan kening berkerut.
"Ivan?"
"Ivan adalah kasus khusus. Ia adalah anggota tim yang dipilih oleh kakekmu."
Jari Rainy bergerak kembali untuk membuka halaman berikutnya. Melihat isi lembaran terakhir jarinya bergetar pelan.
"Dan kau?" tanyanya, memandang Raka dengan sebelah alis terangkat. Raka tersenyum.
"Aku adalah anggota tim yang juga dipilihkan oleh kakekmu. Itulah sebabnya dulu pak Dirut mengijinkan aku untuk tumbuh besar disisimu." jelas Raka.
Rainy menutup kembali file tersebut dan meletakkan kedua tangannya ke atas pangkuannya.
"Kukira dulu kau selalu bersamaku karena kau menyukaiku." Ucap Rainy dingin.
"Benar. Aku selalu bersamamu karena aku menyukaimu. Namun apabila kakekmu tidak memandang bahwa aku memiliki nilai yang layak untuk ditempatkan disisimu, maka aku tak akan pernah bisa dengan leluasa selalu berada di sampingmu." jawab Raka.
"A Relic reader?" Tanya Rainy, mengutip isi file yang menjelaskan kemampuan yang dimiliki oleh Raka.
"Retrocognition."
"Kau merahasiakan hal besar dariku." cetus Rainy dingin. Mendengar nada kecewa dalam kalimat tersebut, Raka menarik nafas panjang.
"Seperti kau yang pada suatu waktu berusaha untuk menyangkal kemampuanmu, dahulu aku juga merasa bahwa kemampuan ini hanyalah sebuah delusi." Jelas Raka dengan nada meminta maaf. Untuk sesaat Rainy tampak tercenung saat menatapnya. Namun kemudian Gadis itu mengangguk dan berkata,
"Bisakah kau jelaskan?"
"Retrocognition adalah kemampuan untuk melihat sejarah suatu hal yang diperoleh bukan dengan cara yang normal. In my case, I need to touch sebuah benda untuk bisa melihat sejarahnya." jelas Raka. Rainy berkedip pelan. Tangan kanannya kemudian bergerak ke arah pergelangan tangan kirinya. Ia lalu melepaskan sebuah gelang perak tipis yang melingkari pergelangan tangan kirinya dan meletakkannya ke atas meja, di hadapan Raka. Raka memandang Rainy sesaat sebelum ia melepaskan sebelah sarung tangan tipis yang selalu melapisi kedua tangannya sebelum menyentuh gelang tersebut.
Awalnya matanya masih terlihat fokus ke arah Rainy, namun kemudian bola matanya bergetar sesaat tampak kehilangan fokusnya, sebelum kemudian Raka berkedip pelan, dan bola matanya tampak fokus kembali. Raka memandang lurus ke mata Rainy sambil melepaskan gelang tersebut dari tangannya dengan cepat, seolah gelang tersebut adalah sebuah besi panas. Untuk sesaat Rainy bisa melihat kekecewaan tergambar di ekspresi wajahnya, namun tak lama kemudian ekspresi Raka kembali netral.
"I'm sorry for your lost." ucapnya pelan.
"Apa yang kau lihat?"
"A man. Saat ia membeli gelang ini, pikirannya dipenuhi oleh bayanganmu, dan itu membuatnya tersenyum."
"Lalu?"
"Lalu sebuah truk menabraknya. Setelah itu ia melihat wajahmu yang panik, sedang memanggil-manggil namanya, sementara ia terbaring di atas aspal, merasa tak berdaya dan tidak dapat merasakan apapun. Hal terakhir yang terlintas di pikirannya adalah bahwa ia ingin mengulurkan tangan dan menghapus air mata yang saat itu sedang mengalir di wajahmu."
Kilasan rasa sedih untuk sesaat tergambar di ekspresi Rainy ketika ia menunduk dan memandang gelang yang masih teronggok di atas meja tersebut.
"Siapa dia?" tanya Raka pelan, menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul di dadanya saat melihat Rainy bersedih untuk laki-laki lain.
"Teman sekelasku. Dia dalam perjalanan untuk bertemu denganku dan teman-teman untuk merayakan hari ulang tahunku. Kami berada di seberang jalan ketika ia di tabrak oleh sebuah truk. Gelang ini berada dalam kantongnya saat itu, dan kemudian diberikan oleh adiknya kepadaku, karena terdapat kartu ucapan untukku didalam kotaknya."
"Birthday gift?" Tanya Raka.
Rainy mengangguk.
"Dia adalah teman yang sangat baik." ucap Rainy lirih. Tangannya mengelus gelang tersebut perlahan.
"Did you love him?" tanya Raka pelan. Rainy mengangkat pandangannya dan menatap Raka.
"I did. As a friend." jawab Rainy.
Raka merasakan rasa sakit yang mencengkeram dadanya langsung memudar. Senyum tipis kembali menghiasi bibirnya. Tak perduli apapun yang dirasakan pria itu pada Rainy dahulu, yang terpenting bagi Raka adalah bahwa Rainy hanya menganggap pria itu sebagai teman saja.
"Baguslah" ucapnya tanpa sadar.
"Apa yang bagus?" tanya Rainy heran. Namun bukannya menjawab, Raka malah bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.
"It's time to meet your support team!"
Copyright@FreyaCesare
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments