Waktu yang berlalu terasa begitu lambat. Rainy terus berjaga sepanjang malam di sisi ranjang neneknya dengan Raka terus berada di sekitarnya, menemaninya dalam diam.
Sesekali anggota keluarganya masuk bergantian, namun tak seorangpun yang tinggal lama. Yang mereka harapkan bukanlah perpanjangan waktu, tapi akhir yang segera datang. Selama wanita tua itu masih hidup, maka tidak ada seorangpun yang bisa menyentuh wasiat yang telah dibuat sejak kakek Rainy masih hidup. Namun begitu wanita tua itu meninggal, maka mereka akan bisa mengerahkan segala daya upaya untuk mengubah hasil akhir dari perebutan warisan keluarga ini. Bagi mereka, nyawa orangtua tidak lagi penting, tapi harta dan kekuasaanlah yang lebih berharga.
Rainy sangat memahami semua ini. Ia telah menerima berbagai tekanan dari keluarganya sejak surat wasiat kakeknya dibacakan sehari setelah kakeknya meninggalkan dunia ini, 10 tahun yang lalu. Waktu itu Rainy masih berusia 12 tahun, terlalu belia untuk memegang tampuk pimpinan dalam keluarga. Karena itulah kedudukannya diwakilkan kepada neneknya.
Sudah sejak Rainy lulus SMA, neneknya menyuruhnya untuk memulai pelatihannya untuk menjadi pemimpin keluarga. Namun Rainy menolaknya. Ia memilih mengejar pendidikannya dan menjalani hidup yang bebas dari tekanan keluarganya. Namun saat ini Rainy tahu bahwa ia sudah tidak punya lagi alasan untuk menolak warisannya, bahkan ketika ia berharap ada cara lain baginya untuk hidup.
Sejak saat ia menerima kenyataan mengenai siapa dirinya yang sesungguhnya, sejak itu sudah tidak ada lagi jalan baginya untuk kembali. Begitu neneknya menutup mata untuk terakhir kalinya, maka seluruh kekuasaan neneknya akan langsung jatuh ke tangannya. Dengan seluruh kekuasaan atas perusahaan, koneksi, properti dan investasi sepenuhnya berada di tangannya, Rainy tidak akan terkejut jika suatu saat ia menemukan racun dalam makanannya, atau ular di atas tempat tidurnya, karena hal itu pernah terjadi sebelumnya.
Rainy sangat benci ular dan seluruh anggota keluarga tahu itu. Salah satu sepupunya memelihara beberapa ekor ular. Saat masih kanak-kanak, sepupunya itu seringkali menakut-nakutinya sampai Rainy menangis dan menjerit-jerit. Lalu kemudian pada akhirnya ia mengalami fobia pada ular. Setelah Rainy ditetapkan sebagai pewaris, Rainy pernah 3 kali menemukan ular di ranjangnya yang menyebabkan Rainy jatuh pingsan karena ketakutan. Sejak itu Neneknya mengusir semua ular keluar dari rumah itu, beserta pemiliknya.
Rainy berdiri di depan jendela, mengamati mentari pagi yang terbit dari ufuk timur. Ia merasa sangat lelah. Neneknya sempat 3 kali terbangun semalam, namun dengan cepat tertidur lagi. Sepertinya waktu akhir sudah sangat dekat karena saat ini Rainy melihat wanita yang menyambutnya di teras semalam sudah berjaga di sisi neneknya. Rainy menatapnya sengit, namun wanita itu hanya tersenyum menggoda seperti biasanya dan tampak tak berminat berbicara pada Rainy.
Tepat jam 8 pagi, Adnan, putra tertua neneknya memasuki kamar untuk memanggilnya.
"Rainy, kemari! Ada yang harus kita bicarakan." Rainy berpandangan dengan Raka sesaat sebelum ia mematuhi panggilan dari pamannya dan beranjak keluar kamar dengan Raka mengikuti di belakangnya.
Mereka mengikuti Adnan sampai ke perpustakaan, namun ketika hendak memasuki perpustakaan, Adnan menghalangi Raka untuk masuk.
"Ini pertemuan keluarga. Kau tak boleh masuk." tegas Adnan dengan ekspresi menyeramkan. Namun Raka tidak bergeming. Bertahun-tahun bekerja sebagai Asisten nenek Rainy membuat Raka imun pada berbagai sikap buruk anggota keluarga tersebut.
"He is my legal advisor. Dia boleh berada dimanapun aku menginginkan dia berada." Sanggah Rainy. Kalimatnya ini kontan membuat Raka terkejut. Selama beberapa tahun ini Rainy sama sekali tidak mau bicara atau bahkan melihatnya, namun tiba-tiba ia menunjuk Raka sebagai legal advisornya?
"Ah, belum-belum sudah berlagak kamu ya? Mengapa perlu membawa Legal Advisor ke pertemuan keluarga?" cela pamannya. Sebelah bibir Rainy naik membentuk senyum sinis.
"Apakah Ulak lebih suka kalau aku membawa bodyguard? Siapa tahu ada yang diam-diam menaruh ular di kursiku lagi seperti waktu itu." sahut Rainy yang mengakibatkan ekspresi Adnan berubah semakin mengerikan karena marah.
"Kau...!!!" belum sampat Adnan meneruskan kalimatnya, Rainy sudah berjalan melewatinya untuk membuka pintu perpustakaan, sepenuhnya mengabaikannya. Di dalam perpustakaan ia melihat hampir seluruh anggota keluarganya sudah berkumpul menunggu mereka, termasuk orangtuanya yang duduk dengan wajah khawatir. Rainy berjalan menghampiri orangtuanya dengan Raka mengikuti di belakangnya.
Rainy duduk di sebelah ayahnya, sedangkan Raka mengambil tempat di sebelahnya. Tatapan Rainy menyapu ke penjuru ruangan, menyadari bahwa untuk pertama kalinya semenjak kakeknya meninggal, seluruh anggota keluarga berada dalam 1 ruangan yang sama.
Neneknya punya 4 orang anak, 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Ayah Rainy adalah si bungsu dalam keluarga dan kecuali ayahnya, semua saudaranya memegang jabatan penting di perusahaan sebagai anggota dewan direksi. Sementara Ayah Rainy memilih meninggalkan usaha keluarga dan bekerja sebagai seorang dosen di sebuah universitas swasta. Ketiga saudara ayahnya diakui sebagai orang yang memiliki kemampuan dan telah berhasil meningkatkan kejayaan perusahaan menjadi berlipat ganda. Namun Tak seorangpun diberi hak oleh kakek maupun neneknya untuk menjadi Direktur utama perusahaan. Sementara itu sebagian kursi dewan direksi diserahkan kepada profesional dibawah pengawasan langsung dari neneknya selaku Direktur Utama. Tak satupun dari sepupu-sepupu Rainy diberi kesempatan untuk melibatkan diri dalam pengelolaan perusahaan induk dan disebar untuk memimpin anak-anak perusahaan. Dan sekarang, saat neneknya sedang di ambang maut, keempat saudara ayahnya dengan khusus memanggil Rainy dalam pertemuan keluarga. Tak perlu menebak-nebak, Rainy telah tahu alasannya.
"Rainy, bagaimana dengan kuliahmu? Kudengar kau baru saja drop out? Sungguh memalukan sekali!" Tanya Adnan dengan wajah sinis. Mulut Rainy langsung terbuka mengeluarkan suara tertawa kecil karena takjub.
"Ah! Luar biasa! Aku baru saja mengajukannya kemarin dan bahkan belum sempat memberitahukan Papa dan Mama, tapi Ulak sudah tahu? Mata-mata Ulak sungguh luar biasa! Apalagi yang dia informasikan tentang aku? Jangan-jangan Ulak juga tahu berapa jumlah pembalut yang kusimpan di dalam lemariku." Seloroh Rainy sambil tertawa mengejek membuat wajah Adnan memerah karena malu. Dengan marah ia berteriak,
"Kurang ajar! Begini caramu bicara pada orang yang lebih tua? Ardi, coba lihat putrimu itu! Beraninya dia..." Namun belum sempat Adnan menyelesaikan kalimatnya, Ardi, ayah Rainy membantahnya tegas.
"Dia melakukan hal yang benar! Dia anakku! Apa hakmu mencela dan memata-matainya?! Apa hakmu menghinanya?" Ucap Ardi geram. Ardi adalah pribadi yang pendiam dan cinta damai. Selama ini lebih suka mengalah pada saudara-saudaranya. Itu sebabnya perilakunya kali ini membuat hati Rainy terasa hangat. Ayahnya membelanya! Tentu saja! Dia adalah anak Ayahnya satu-satunya!
"Tapi dia adalah anggota keluarga ini dan menjaga nama baik keluarga ini merupakan tanggung semua anggota keluarga. Belum lagi ia kuliah dengan biaya yang datang dari hasil perusahaan keluarga ini, jadi bukankah sudah seharusnya ia mempertanggung jawabkan penggunaan uang tersebut?" Sanggah Adnan dengan keras kepala.
Mendengar kata-katanya, Rainy kembali tertawa geli.
Rainy menyapukan pandangan ke penjuru ruangan sebelum tatapannya jatuh pada Putra sulung Adnan, Hendrik. Hendrik adalah sepupu tertuanya. Ia diserahi tanggung jawab untuk menjalankan sebuah anak perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Melihatnya duduk di kursinya dengan wajah jumawa karena merasa ayahnya telah berhasil menyudutkan Rainy membuat Rainy tersenyum. Sambil menatap lurus pada sepupunya, Rainy berkata,
"Raka, sepanjang tahun ini, sudah berapa keuntungan yang dihasilkan oleh Hendrik?"
Mendengar pertanyaan ini, wajah Hendrik langsung memucat.
"Hei! Kau mau apa?" Tanya Hendrik khawatir. Dengan bantuan Tab di tangannya, Raka memeriksa file Hendrik.
"Untuk tahun ini : zero." Sahut Raka beberapa saat kemudian.
"Kwartal pertama belum habis! Masih terlalu dini untuk mengukur keberhasilan kinerjaku pada saat ini! Proyek yang menghasilkan baru akan menunjukan hasil di kwartal kedua!" Sanggah Hendrik mencoba membela diri.
"Ah. Baiklah." Rainy mengangguk setuju. "Kalau begitu, Raka, berapa keuntungan yang diperoleh Hendrik tahun lalu?" Tanya Rainy kembali.
"Total keuntungan yang diperoleh tahun lalu adalah 10 Milyar rupiah." Sahut Raka dengan suara datar. Wajah Hendrik langsung terangkat tinggi dengan pongahnya.
"Wow! Good job, cousin!" Puji Rainy sambil bertepuk tangan dan tersenyum manis. "Raka, berapa jumlah kerugian yang diperoleh Hendrik tahun ini?" Ucap Rainy kembali.
"17 M." Sahut Raka tanpa emosi. Wajah Hendrik langsung memucat sedangkan wajah Adnan mulai menggelap kembali.
"Dan tahun lalu?" Tanya Rainy kembali.
"25 M." Sahut Raka.
"Siapa yang menutup kerugian tersebut?"
"Ibu Direktur utama yang menutupnya dari rekening pribadinya."
"Bravo!" Rainy tersenyum manis pada Adnan yang tampaknya siap melontarkan sumpah serapahnya. Namun Rainy belum selesai. Oh, belum!!! Matanya kembali menyapu ruangan dan lalu pandangannya jatuh pada putri bungsu Adnan, Anna yang begitu menyadari tatapan Rainy padanya, langsung berusaha membuat dirinya tidak terlihat dengan menunduk dalam-dalam di kursinya.
"Raka, Berapa jumlah uang yang dihabiskan Anna di meja judi bulan lalu?" Tanya Rainy.
"700 juta dan sebuah Jaguar." Sahut Raka.
"Siapa yang membantu melunasinya?"
"Ibu Dirut."
Adnan tampak tak tahan lagi dipermalukan seperti itu. Ia menunjukkan jari telunjuknya pada Rainy dengan wajah murka, namun tak mampu mengeluarkan suara.
"Raka, berapa uang yang telah dikirimkan Nini padaku selama masa pendidikanku?"
"Ibu Dirut mengirimkan 50 juta setiap bulannya ke dalam rekening yang memang disiapkan untuk pendidikan Rainy, sehingga selama 5,5 tahun ini total telah dikirimkan sejumlah 3,3 M."
"Berapa jumlah yang ada dalam rekening tersebut sekarang?"
"3 milyar 420 juta 500 ribu rupiah."
"Apa kau tak salah hitung? mengapa malah bertambah?"
"Kelebihannya adalah perolehan bunga dari bank." Jelas Raka. "Selama 5,5 tahun tidak sekalipun dana dalam rekening ini pernah digunakan." Raka menambahkan dengan murah hati.
"Lalu darimana biaya sekolahku berasal?"
"Rekening pribadi anda sendiri dan uang kiriman ayah anda." Sahut Raka patuh. Disebelah Rainy, Ayahnya mengangguk-anggukan kepala dengan bangga. Anakku tidak pernah meminta bantuan keuangan pada siapapun sehingga tidak seorangpun berhak mengkritiknya kecuali orangtuanya!
"Terimakasih, Raka." Rainy menatap lurus pada Adnan dan dengan dingin, ia berkata;
"Ulak, tahukah engkau? Bahwa ketika kau menunjukkan 1 jarimu pada orang lain, maka 4 jarimu yang lain akan menunjuk pada dirimu sendiri?" Tanya Rainy pelan.
"Kau... kau sungguh kurang ajar!!! Beraninya kau mempermalukanku begini!" Murka Adnan dijawab Dengan senyum manis di wajah Rainy.
"Aku hanya mencoba memberikan pada Ulak apa yang Ulak coba berikan padaku agar sepadan. Apakah Ulak tidak suka?"
Copyright @FreyaCesare
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
suka tokoh utama wanita yg cerdas dan menye menye🤭
2023-01-11
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
betul bingitts
ketika satu jari menunjukan ke orang lain
maka empat jari yg lain sbnrnya menunjukkan ke dirimu sendiri
aku suka bhsa mu kak
2023-01-11
1
Mulya AK
keren Thor 😍 aku suka perempuan tegas gitu 💞
2022-07-19
1