"Hendrik, ucapkan salam pada direktur ketujuh kita." Ucap Rainy dingin. Namun Hendrik tampaknya terlalu takut untuk berbicara terutama karena kepingan tembikar yang tajam dan berlumuran darah itu telah bergerak semakin dekat dengan wajahnya.
"Lilith, berhentilah." Pinta Rainy. Namun Lilith yang tampak sudah sangat kesal itu sepertinya belum puas.
"Beraninya kalian meributkan soal warisan, padahal nenek kalian masih belum berhenti bernafas!" Cetus Lilith ke wajah Hendrik dalam suaranya yang terdengar geli, namun menyembunyikan aura yang mengancam.
Walau tidak dapat melihat maupun mendengar Lilith, namun insting hendrik tampaknya bisa merasakan bahaya yang mengancamnya, yang membuat kaki-kakinya menjadi lemah. Hendrik jatuh terduduk di lantai dengan wajah pucat pasi dan ketakutan. Tak lama kemudian kepingan tembikar tersebut ikut jatuh bersamanya dan tergeletak dekat sekali dengan kakinya. Dengan panik Hendrik menarik kakinya dan bergerak menjauh. Lilith memandangnya dengan jijik.
"Aku tidak mengerti mengapa keturunan keluarga ini menjadi begitu lemah pada generasimu, Rainy." komentar Lilith. Rainy menarik nafas panjang untuk yang kesekian kalinya dalam 1 waktu duduknya di ruangan itu. Ia tak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi agen mediasi bagi 2 mahluk yang berbeda alam, namun inilah faktanya.
"Ra... Rainy, yang kau sebut sebagai direktur ke 7, apakah ia yang kau panggil Lilith?" Tanya Rudi terbata. Lilith memandang jijik padanya.
"Beraninya Manusia rendah ini memanggil namaku!" Geramnya.
"Dia tidak suka bila namanya disebut, tapi benar; dia adalah direktur ke 7."
"Apakah sesungguhnya dia?" Tanya Rudi lagi. Rainy memandang Lilith dengan termangu. Ya, apakah sesungguhnya Lilith? Merasa dirinya sedang dipandangi, Lilith menoleh pada Rainy, lalu mengedipkan sebelah matanya. Lilith adalah mahluk yang cantik dan menggoda, penuh daya tarik dan tipu daya.
"Iblis." Jawab Rainy.
"Apa?" Seketika ruangan berdengung dengan berbagai gumanan tidak percaya.
"Lilith adalah iblis." ulang Rainy kembali
Lilith berdecak pelan ketika memperhatikan respon semua orang.
"Ooooo... lihatlah! Kau sudah membuat semua orang takut. Bad, bad Rainy." Komentarnya.
"Sulit dipercaya..." Guman Rosa. Namun dia masih bisa mengingat ketakutannya sendiri ketika guci tadi melayang ke atas pangkuannya tanpa ada siapapun yang melemparkannya. Terutama ketika pecahannya menyerang dan melukai kakaknya. Walaupun Rosa tidak menyukai Rainy karena berpikir bahwa keponakannya itu telah merampas hak warisnya, namun ia tidak bisa membayangkan Rainy mampu melakukan trik-trik sejahat itu untuk menakuti mereka. Rosa merasa cukup mengenal Rainy saat masih belia dan gadis itu adalah seekor kelinci mungil yang baik hati. Hanya saja sejak ia dipilih menjadi pewaris, segala kesulitan yang dialaminya setelahnya sepertinya telah merubah gadis itu menjadi begitu dingin dan bermulut tajam. Kami yang merubahnya, pikir Rosa. Kami, beserta semua trik kejam yang kami lakukan padanya.
"Aku tahu ini sulit untuk dipercaya. Tapi inilah kenyataannya. Warisan paling penting yang kuterima dari kakek bukan perusahaan, kekayaan dan kekuasaan. Tapi kontrak dengan iblis." Ucap Rainy.
"Hentikan ini semua. Nenekmu saat ini lebih membutuhkanmu dari pada keluargamu yang tidak tahu diri ini." Tegur Lilith sebelum sesaat kemudian ia menghilang begitu saja. Rainy kembali menarik nafas panjang dan bangkit berdiri. Di sebelahnya, Raka dan orangtuanya juga ikut bangkit dari kursi mereka.
"Aku tahu kalian punya banyak pertanyaan tapi aku belum bisa menjawabnya. Saat ini daripada berada disini, aku lebih ingin berada disisi Nini untuk menemani saat-saat terakhirnya. Setelah itu, aku akan menjawab semua pertanyaan kalian." Ucap Rainy. Lalu tanpa menunggu respon dari keluarganya, Rainy berjalan keluar ruangan, langsung menuju kamar neneknya, diikuti oleh Raka dan orangtuanya.
Wanita tua itu masih berbaring lemah di atas ranjangnya, namun matanya terbuka. Wanita itu tersenyum ketika ia melihat Rainy mendekat, membuat mata Rainy langsung berkaca-kaca. Ia duduk di tepi ranjang dan meraih sebelah tangan neneknya yang kurus dan penuh dengan keriput.
"Nini sudah bangun? Bagaimana perasaan nini?" Tanyanya lembut. Namun wanita tua itu hanya tersenyum. Suara-suara yang terdengar di pintu membuat neneknya menoleh ke arah sana. Mengikuti arah pandangan neneknya, Rainy menoleh dan menemukan bahwa keluarga besarnya sudah berkerumun di depan pintu. Mengabaikan mereka, Rainy kembali mencurahkan perhatiannya pada neneknya. Wanita tua itu sedang memandangnya dengan tatapan sedih.
"Kau memberitahu mereka?" Tanya neneknya pelan. Rainy mengangkat kepala dan bertatapan dengan Lilith yang duduk di tepi ranjang di sisi yang berbeda dan mengutuk dalam hati. Namun yang dipandangi hanya mengangkat sebelah alisnya dengan acuh.
"Apa dia mengadu?" tanya Rainy. Melihat respon Rainy, neneknya pun langsung mengerti.
"Jadi kau benar memberitahu mereka." Gumannya. Rainy mengangguk.
"Tapi kenapa?... Apa gunanya memberitahu mereka?" Suara lemah neneknya bertanya kembali. Rainy tercenung sesaat sebelum akhirnya berkata,
"Karena nini akan pergi." Ucapnya jujur. "Apabila Nini pergi, maka tidak akan ada lagi orang yang akan melindungiku. Karena itu aku harus memberitahu mereka agar mereka berhenti berusaha menyusahkanku, sebelum aku kehilangan motivasi..." Rainy mengangkat kepala dan menyapukan tatapannya pada seluruh anggota keluarganya. "Untuk melindungi mereka."
Mendengar jawaban dinginnya, neneknya tampak termenung sesaat sebelum senyum tipisnya kembali mengembang, namun matanya menjadi digenangi air mata.
"Tolong maafkanlah kakekmu dan aku karena telah meninggalkan beban ini padamu." Pintanya pada Rainy. Rainy menggeleng pelan.
"Aku mengerti bahwa kalian tidak punya pilihan lain." Sahut Rainy. Di belakang Rainy, seseorang berjalan mendekat. Rainy menoleh dan menemukan Rosa telah berdiri di belakangnya. Sesaat kemudian Rosa ikut duduk di tepi ranjang dan meraih tangan Nenek Rainy yang tadinya masih dalam genggaman Rainy.
"Ibu," Mulai Rosa. "Apakah yang diceritakan oleh Rainy adalah benar; bahwa keluarga kita memiliki kontrak dengan iblis?"
"Cih, dari semua pertanyaan yang bisa seorang anak lontarkan pada ibunya yang sudah menjelang maut, ia malah menanyakan hal tersebut." cela Lilith sinis. Kata-katanya ini membuat Nenek Rainy tersenyum geli dan menoleh ke arahnya.
"Kalau kau merasa kasihan padaku... bisakah kau melepaskan aku?" Tanya Nenek Rainy.
"Janji adalah janji. Sekali kau membuatnya maka kau tidak akan bisa mengingkarinya." Tolak Lilith dengan manis.
"Manusia... mengingkari janji mereka... setiap waktu." bantah nenek Rainy.
"Tapi aku bukan manusia." Sahut Lilith. "Lagipula, tidakkah kau merindukan suamimu?"
mendengar kalimat ini, ekspresi wajah Nenek Rainy berubah menjadi penuh pengharapan. Untuk sesaat binar tampak kembali di matanya yang sayu.
"Apakah kau... akan membawaku padanya?" Tanyanya lirih. Suaranya bergetar karena menahan emosi.
"Aku sudah berjanji bahwa aku akan memastikan kalian selalu bersama kan?" Lilith tersenyum manis padanya. Melihat senyum itu tak urung bulu kuduk Rainy meremang. Apabila ia tidak mengetahui siapa Lilith, ia mungkin akan mengira bahwa Lilith menyayangi neneknya.
"Baiklah. Aku akan mempercayaimu untuk yang terakhir kalinya." Ucap Nenek Rainy.
Ia menoleh kembali pada putrinya dan berkata,
"Benar. Keluarga kita... telah mengikat kontrak dengan iblis... dan sudah berlangsung... selama 13 generasi."
Semua yang mendengar kalimat ini langsung diliputi oleh keterkejutan. Kontrak dengan iblis? Selama 13 generasi? Rudi berjalan mendekat dengan tubuh kaku. Ekspresinya sangat terkejut.
"Tapi mengapa?" Tanyanya dengan suara gemetar. Ketika tadi mendengarnya dari Rainy ia berpikir bahwa hal itu hanyalah tipu daya belaka. Namun mendengar ibunya mengungkapkan hal yang sama membuatnya tak mampu berpikir. Mengikat kontrak dengan Iblis? Apakah yang seperti itu benar-benar ada?
"Jangan bertanya padaku... Aku adalah... orang luar yang masuk ke rumah ini... karena pernikahan." Jawab Nenek Rainy dengan suara yang semakin lemah.
"Dengar nak, kau..." Wanita tua itu menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang sudah penuh sesak oleh anak dan keturunannya.
"Kalian semua... merupakan bagian dari kontrak ini. Tapi karena hanya Rainy yang memiliki... bakat yang diwariskan... dari leluhur... maka hanya dialah yang berhak... untuk menjadi pemimpin keluarga ini. Lagipula ini adalah keinginan Lilith... Hanya Lilith yang bisa... memutuskan siapa yang akan... memimpin keluarga ini... Ada banyak... hal yang tidak... kalian ketahui... sehubungan dengan kontrak ini... Tapi Rainy tahu... Karena semenjak kecil... suamiku... sudah mengajarinya... Karena itu jangan melawannya... atau berusaha... menyakitinya... karena kalau kalian melakukan itu... Lilith akan menghukummu. Tapi bila kau... mematuhi dan menghormatinya... maka kehidupanmu... akan selalu terjamin..." Wanita tua itu menutup matanya dengan lelah. Berbicara begitu banyak telah menghabiskan sedikit energi yang dimilikinya.
"Pergilah... biarkan aku tidur..." Pintanya.
Dengan patuh keluarganya meninggalkan kamar tersebut tanpa suara, sampai akhirnya hanya Rainy dan Lilith yang tetap tinggal ditempatnya semula.
Melihatnya neneknya kembali jatuh tertidur, air mata Rainy kembali menitik. Perlahan, berusaha sedapat mungkin untuk tidak mengganggu neneknya, Rainy membaringkan diri di samping sang nenek. Ia menyandarkan kepalanya ke atas bantal neneknya dan melingkarkan sebelah tangannya ke tubuh hangat neneknya. Kehangatan ini kelak pasti akan sangat dirindukannya. Jadi selagi masih bisa, Rainy ingin menikmatinya.
Rainy menutup matanya dan tak lama kemudian jatuh tertidur dengan air mata yang masih mengalir di wajahnya. Di sisi ranjang yang sebelah lagi, Lilith memandanginya sambil tersenyum.
Copyright @FreyaCesare
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments