"Diantara semua anakku, hanya ayahmu yang mewarisi bakat keluarga. Namun itupun sangat lemah. Ketika tiba waktunya untuk menentukan pewaris, Lilith menolak pencalonan Ayahmu menjadi kepala keluarga dan mengatakan bahwa ia akan memberikan kursi kepemimpinan keluarga pada anak ayahmu. Ayahmu dan aku sebenarnya tidak menginginkan hal itu terjadi. Kami tak ingin mengutukmu, yang bahkan belum tercipta dalam perut ibumu, kepada kehidupan kelam yang tanpa harapan. Kami telah berupaya dengan segala cara agar ini tidak terjadi, namun kami tidak berdaya. Aku, seperti juga para kepala keluarga dari generasi sebelumnya, terikat oleh kelemahan dan ketidakmampuan kami.
Rainy, sepeninggalku, kau adalah kepala keluarga. Kutinggalkan semua harta dan kekuasaan ke atas tanganmu. Gunakanlah sebaik-baiknya untuk melindungi keluarga kita. Aku tahu bahwa keputusan ini akan membuat dirimu menjadi sasaran kebencian paman dan bibimu, dan mungkin akan menjadi objek dari tipu muslihat mereka. Namun ini adalah keputusan Lilith dan bila mereka tidak bersedia menerimanya, biarkan mereka menyampaikan protesnya langsung kepada Lilith.
Saat ini kau masih sangat belia, mungkin masih sulit bagimu untuk mengerti apa makna dari semua yang Niwe sampaikan ini. tapi satu hal yang harus engkau pahami, walaupun sejarah mengungkapkan bahwa tidak ada seorangpun dalam keluarga ini yang bisa melepaskan diri dari kontrak dengan Lilith, namun terserah padamu bagaimana kelak kamu hendak bersikap karena Niwe percaya, tidak ada Iblis yang bisa memaksa seseorang menghamba padanya.
Jadilah kuat dan bijaksana. Walaupun aku kalah, tapi kau tidak boleh menyerah.
Tertanda,
Jaya Bataguh"
"Lancang, Niwemu itu." tiba-tiba suara Lilith terdengar bagai lonceng yang berdenting. Rainy mengangkat kepala dan bertatapan dengan Lilith yang berdiri di belakang Adnan, rupanya turut membaca copy surat kakek Rainy dari balik punggung Adnan.
"Aku akan memastikan untuk memberinya 'hadiah' karena telah menulis surat semacam ini." ancam Lilith dengan senyum menggoda. Namun Rainy tidak memberikan reaksinya. Ia hanya duduk diam dan menatap lurus pada wanita cantik perwujudan iblis tersebut, membuat sebelah alis Lilith naik.
"Tidak perduli?" Tanyanya. Tiba-tiba, Lilith yang tadinya berada di belakang Adnan, sudah berdiri di hadapannya hanya dalam sepersekian detik. Wanita itu menunduk dan mendekatkan wajah pada Rainy. Rainy tetap diam di tempatnya, sama sekali tidak bergerak. Hanya matanya yang berkedip pelan. Di sebelahnya, Rainy bisa merasakan tubuh Ardi menjadi kaku oleh kekhawatiran.
"Sebenarnya kau itu tangguh, atau tak punya hati?" Tanya Lilith lagi. Rainy menutup mulutnya rapat-rapat, enggan melayani si iblis. Namun lagi-lagi sikapnya itu hanya membuat Lilith geli sehingga senyumnya menjadi semakin lebar dan membuatnya terlihat semakin jelita.
Rainy tidak pernah melihat wanita yang kecantikannya mampu menandingi Lilith. Mungkin memang benar bahwa kelemahan manusia, tidak perduli apapun jenis kelaminnya, adalah keindahan, sehingga sang iblis memutuskan untuk memanfaatkan kecantikan yang bisa digunakan sebagai senjata guna menghancurkan sebuah negara, sebagai kulitnya.
"Rainy," sebuah suara mengalihkan tatapan Rainy menuju ke arah suara tersebut berasal. Rudi yang rupanya telah menyelesaikannya bacaannya tampak duduk di kursinya dengan wajah pucat pasi. Well, apabila kau terancam untuk menjadi budak iblis bahkan tanpa kau perlu melakukan apapun, kau mungkin malah akan tak mampu berbicara selama beberapa jam.
"Surat ini... bisakah aku melihat aslinya?" Tanya Rudi. Rainy mengulurkan map dihadapannya pada Rudi.
"Map itu berisikan surat asli dari kakek, Angah. Lihatlah untuk memastikan keaslian isi copy yang aku serahkan padamu."
Rudi menerimanya dan langsung membuka untuk memeriksanya. Semenit kemudian ia menutup kembali map tersebut dan mengangguk lesu pada kakak-kakaknya.
"Suratnya asli." Ucapnya memastikan.
"Ini... sulit dipercaya." Ucap Rosa pelan. "Tak seorangpun bisa melepaskan diri dari kontrak ini? Tapi ini tidak adil! Aku tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk sampai aku harus dihukum seperti ini!" Suara Rosa meninggi, sebuah pertanda bahwa ia mulai kehilangan kendali.
"Bukankah dalam keluarga kita terdapat beberapa ahli agama? Mereka sangat taat dan patuh pada Tuhan dan aku yakin pasti tidak pernah melakukan dosa yang layak membuat jiwanya menjadi milik iblis. Apakah mereka juga tetap terikat dengan kontrak tersebut?" Sambung Rudi dengan panik.
"Tentu saja! Tak seorangpun bisa melepaskan diri dariku." Sahut Lilith sambil tersenyum mengejek.
"Rainy, apa bakat yang kau warisi dari leluhur?" Tanya Adnan tiba-tiba.
"Penglihatan. Aku bisa melihat Lilith." Sahut Rainy tenang. Tak jauh darinya, Lilith berdecak.
"Ck ck ck, kau sangat rendah hati, sayangku." ejeknya. "Kita berdua tahu bahwa itu hanyalah puncak gunung es dari kemampuanmu yang sesungguhnya."
"Bagaimana dengan ibu? Apa ia juga memiliki penglihatan ini?" Tanya Adnan lagi.
"Sebenarnya tidak. Tapi ketika beliau menempati perannya sebagai kepala keluarga mewakili aku, Lilith memberikan "penglihatan" padanya agar mereka bisa berkomunikasi dengan mudah." Sahut Rainy. Mendengar kata-kata Rainy, Adnan seperti memperoleh energi baru. Bahunya yang tadi terkulai, kini menjadi tegak dan senyum mengembang di wajahnya yang penuh luka barut.
"Rainy, biar bagaimanapun kau masih terlalu muda dan tidak memiliki pengalaman maupun kemampuan dalam memimpin keluarga ini."
Rainy merasakan Ayah dan Ibunya mengambil masing-masing sebelah tangannya dalam genggaman mereka. Rainy tahu bahwa orangtuanya mencoba menyemangati dan memberitahunya bahwa ia tidak sendirian. Bahwa mereka berada disini bersamanya dan siap membantunya kapanpun ia perlukan. Rainy menoleh pada keduanya dan tersenyum, namun segera kembali mencurahkan perhatiannya pada Adnan yang sedang berbicara dengan berapi-api.
"Aku yakin bahkan dengan bantuan Lilith, perusahaan bisa hancur bila kau yang menjadi Direktur Utamanya." Kata Adnan dengan penuh semangat.
"Lancang." Cela Lilith sambil tersenyum dingin pada Adnan. Rainy bergidik membayangkan apalagi yang direncanakan Lilith di dalam kepalanya untuk menghukum Adnan.
"Tapi itu adalah keputusan Lilith, Ulak. Sama sekali bukan keinginanku." Sahut Rainy.
"Itu sebabnya kau harus membantuku untuk bertemu dengan Lilith! Aku akan membicarakan hal ini dengannya. Aku akan menjelaskan kepadanya mengapa ia tidak perlu bergantung pada dirimu yang masih anak kemarin sore sebagai kepala keluarga, karena aku lebih mampu darimu!"
Suara tawa Lilith langsung bergema ke seluruh penjuru ruangan. Sayangnya hanya Rainy, dan kalau dilihat dari tubuh ayahnya yang menjadi semakin tegang, juga Ardi, yang bisa mendengarnya.
"Aku? Bergantung pada manusia? Hahahahaha!" Lilith mendongakkan kepalanya dan tertawa dalam tingkah yang sama sekali tidak feminin. Ketika ia menoleh kepada Rainy kembali, Rainy bisa melihat mata hitamnya berkilat penuh janji akan penderitaan dan kekejaman. "Kirim dia ke kamarku!" Perintahnya dengan dingin.
"Rainy, bagaimana? Bukankah kau selalu bilang bahwa kau tidak menginginkan posisi sebagai kepala keluarga? Kalau begitu aku beri kau kesempatan untuk melepaskan diri. Antarkan aku untuk bertemu dengan Lilith!" Desak Adnan.
"Tidak!" Jawab Rainy tegas. Lilith sampai mendengus geli.
"Mengapa tidak?" Desak Adnan.
"Dia benar; mengapa tidak? Mari bersikap demokratis dan biarkan mereka memilih sendiri bagaimana mereka mau berurusan denganku." Seloroh Lilith. Diserang dari 2 sisi berbeda, Rainy sama sekali tidak bergeming.
"Apa kau sudah lupa bagaimana wajahmu bisa jadi seperti itu, Ulak?" Tanya Rainy dingin.
"Itu karena aku belum tahu yang sebenarnya. Tapi sekarang berbeda! Lagipula bukankah ayah juga berpesan bahwa bila kami ingin protes mengenai dirimu, maka kami harus membawa protes tersebut langsung pada Lilith. Temukan aku dengan Lilith!" Bentak Adnan yang sampai berdiri dari kursinya karena kesal. Diperlakukan seperti itu, Rainy juga segera berdiri dari kursinya dan menggeram rendah di depan wajah Adnan.
"Ti. Dak."
"Kau!!!" Adnan membelalakan matanya dengan sangat marah, tapi Rainy sama sekali tidak gentar. Di sebelah mereka, tak kasat mata, Lilith menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar.
"Ulak, Lilith bukanlah seseorang yang bisa kau ajak bernegosiasi. Menemuinya bukanlah jalan keluarnya." Ucap Rainy, berusaha untuk memasukkan sedikit akal sehat dalam kepala Adnan. Namun nada bicaranya yang dingin semakin membuat Adnan marah.
"Apakah kau takut? Kau takut kan? Kau takut apabila aku bertemu dengan Lilith, ia akan menarik kembali keputusannya dan melemparkanmu dari kursi pewaris. Benar kan?" Ejek Adnan.
"Ulak..." belum sempat Rainy menyelesaikan kalimatnya, Ardi sudah berdiri dan menariknya menjauh dari Adnan.
"Biar aku yang mengantarkanmu!" Ucap Ardi yang membuat Rainy berbalik menghadap ayahnya karena terkejut,
"Papa!" Namun Ardi mengabaikan Rainy. Perhatiannya sepenuhnya tercurah pada Adnan. Garis pipinya yang kaku dan mulutnya yang terkatup rapat bila tidak sedang berbicara menunjukan bahwa ia sedang sangat marah.
"Lilith tinggal di sebuah kamar di rumah ini. Aku akan mengantarkanmu kesana." Ucap Ardi dingin yang disambut anggukan puas oleh Adnan.
Rainy berusaha menghentikan Ayahnya dengan menghalangi Ayahnya untuk bergerak, namun Ardi mengabaikannya. Ardi memegang kedua lengan putrinya dan berkata pelan,
"Kau sudah melakukan apa kau bisa. Cukup, nak. Biarkan ia melihat sendiri hasil dari kekeras kepalaannya."
"Tapi, Pa..." Rainy masih hendak menahan mereka, namun ayahnya menggeleng dalam ekspresi yang tak ingin dibantah. Tak bisa mengubah pikiran ayahnya, Rainy beralih pada Adnan.
"Ulak, aku mohon; jangan pergi kesana!" Pintanya. Namun Adnan hanya mendengus dan sepenuhnya mengabaikan Rainy. Satu persatu keluarganya meninggalkan perpustakaan untuk mengikuti Ardi dan Adnan, meninggalkan Rainy yang berdiri diam, ditemani oleh ibunya di sampingnya. Ibunya meraih tangan putrinya dan menepuknya pelan, mencoba untuk menghiburnya.
"Tolong temani Papa, Ma." Pinta Rainy.
"Bagaimana dengan kau?" Tanya Ibunya.
"Aku akan menunggu disini." Ibu Rainy mengangguk pelan. Kemudian setelah mengusap pipi putrinya lembut, ia berbalik menuju keluar ruangan untuk menyusul suaminya.
Rainy kembali terduduk diatas Sofa. Ia mengangkat wajahnya dan bertatapan dengan Lilith yang menatapnya dengan ekspresi geli.
"Apa rencanamu?" Tanya Rainy pada Lilith.
"Kenapa? Apa kau khawatir?" Tanya Lilith, terdengar agak kesal. Rainy mengangguk, membuat Lilith mendengus tidak percaya.
"Bagaimana bisa kau masih memperdulikannya, sementara apabila diberi kesempatan, ia tidak akan keberatan untuk menyingkirkanmu kapan saja?" Tanya Lilith heran.
"Dia pamanku. Anggota keluargaku. Dan Niwe sudah mempercayakan Keluarga ini padaku. Keselamatannya adalah bagian dari tanggung jawabku." Sahut Rainy datar.
"Gadis bodoh, apa kau lupa bahwa Niwemu sendiri sudah menyuruhnya untuk protes langsung padaku bila ia memiliki ketidakpuasan terhadap pilihanku? Itu artinya apapun yang terjadi padanya setelahnya bukanlah urusanmu." Tegas Lilith. "Aku tidak percaya bahwa aku harus repot-repot menjelaskan ini padamu seolah kau masih berusia 10 tahun dan belum memahami cara hidup manusia." Keluh Lilith dengan kesal. Sesaat matanya tampak kehilangan fokus sebelum kemudian dengan ceria, Lilith berkata,
"Hmmm... mereka hampir sampai. sebaiknya aku bersiap-siap." Lilith mendecakkan mulutnya dan hampir saja menghilang ketika suara lirih Rainy menghentikan gerakannya.
"Tolong, jangan lukai dia."
Mendengar kalimat ini, Lilith kembali menoleh padanya. Wanita itu berbalik dan berjalan mendekat padanya. Ia kemudian kembali berdiri begitu dekat dengan Rainy dan menundukkan kepalanya untuk bisa mendekatkan wajahnya pada Rainy sambil tersenyum menggoda, membuat bulu kuduk Rainy meremang.
"Apakah itu permintaanmu, sayang?" Bisik Lilith, terdengar begitu intim. "Kau tahu kan bahwa aku akan memberikan semua yang kau pinta, asalkan kau mau membuat kontrak yang baru denganku." Bujuknya. Rainy mengedipkan matanya perlahan kemudian berkata,
"Bagaimana kalau keinginanku adalah untuk membebaskan diriku dan keluargaku dari kontrak denganmu?" Tanya Rainy dingin, membuat senyum Lilith langsung meredup.
"Kalau itu sama sekali tidak mungkin." Sahutnya tegas.
"Pergilah ke Neraka." Ucap Rainy datar. Mendengarnya Senyum Lilith langsung kembali mengembang.
"Tentu saja aku akan pergi kesana. Tapi kau akan pergi bersama denganku, sayangku!" Lalu Lilith menghilang dengan meninggalkan suara tawanya yang terdengar indah di telinga namun sekaligus menyeramkan.
Copyright @FreyaCesare
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments