Salah paham

Setelah aku liburan dengan Vian, Besoknya dia ada pekerjaan diluar negeri lagi dan meninggalkan ku lagi deh. Hem, Hari-hari ku yang sendiri lagi dan bosan banget.

"Kringgggg kringgggg kringgggg" Suara dering ponsel ku. Dan itu dari Vian. Aku pun seketika langsung bahagia.

"Hallo Vian, kamu gak ada pekerjaan kok telvon aku pagi ini". Jawabku dengan semangat.

"Apa istriku ini sudah merindukan ku. Sampai langsung mengangkat telvon dariku". Kata Vian.

"Siapa juga yang lagi menantikan telvon darimu". Jawabku dengan malu.

"Hahaha, siapa yang bilang kalau kamu menunggu telvonku. Aku bertanya apa kamu rindu padaku. Sepertinya benar dugaanku kalau kamu sangat rindu denganku dan kamu mulai bosan dirumah tanpa aku" Kata Vian lagi. Yaa memang benar sih aku gak bisa membohongi nya. Aku sangat merindukan nya.

"Vian, Kamu kapan pulang ?". Tanyaku memberanikan diri.

"Secepatnya sayang. Aku akan mempercepat pekerjaan ku disini agar aku bisa cepat-cepat pulang kerumah". Kata Vian kepadaku.

"Baik, aku menunggumu Vian" Jawabku kepada nya. Kita pun berbincang sejenak lewat telvon dan Vian mengakhiri nya karna ada pekerjaan lainnya. Aku pun memutuskan untuk berkunjung keorang tuaku untuk mengisi kebosanan ku.

"Nyonya mau kemana ?". Tanya supir pribadi Vian yang diperintahkan untuk mengantar ku kemanapun aku pergi.

"Antarin aku kerumah orang tuaku yaa" Jawabku sambil masuk kedalam mobil.

"Baik nyonya" Jawabnya dan langsung mengantarkan ku. Diperjalanan menuju rumah orang tuaku, Aku melihat sekilas mobil milik Kirana bersama Bara yang berlawanan arah denganku. Mau kemana mereka, dan lagi sejak kapan mereka dekat. Kok aku gak tau. Semua penasaran ku kepada Bara dan Kirana.

Yaa, Kirana adalah musuhku. Dia dari SMP dulu selalu berusaha untuk merebut Bara dariku. Sampai aku pernah dikunci hampir seharian didalam gudang sekolah waktu masih SMK. Sungguh kenangan yang sangat buruk untukku. Dan membuat aku membenci dia dan senggan untuk memaafkan nya.

"Nyonya, kita sudah sampai" Kata supirku.

"Ohh, makasih". Jawabku sambil turun dari mobil. Saat turun dan mengetok pintu rumah Bunda gak ada sahutan sama sekali. Apakah mereka semua dicafe ?. Setelah lumayan lama aku mengetok pintu rumah Bunda, akhirnya aku masuk mobil lagi dan menuju kecafe.

"Kita kecafe ayahku yaa" Kataku.

"Baik nyonya". Katanya.

Dan setelah sampai di cafeku aku disuguhkan dengan suasana yang biasah aku lihat.

"Dasar orang gak tau malu, Udah dibilang jangan pernah kamu mencuri ide baruku dan menirukan nya lagi. Tapi kamu masih aja meniru ideku. Sebegitu bodohnya kamu apa, sampai harus meniru ide orang hah ?" Teriak ayahku kesal.

"Siapa juga yang meniru ide bodoh mu itu, Aku sama sekali gak menirunya, Resep ini banyak yang pakai diluar sana dan kamu jangan menuduhku sembarang an. Lagian emang cuma kamu yang boleh pakai resep ini. Kamu takut kalau kamu bangkrut lagi hah ?". Jawab ayah Bara. Sungguh ingin aku bunuh saja orang tua satu ini yang selalu bikin masalah dengan ayahku.

"Pak, memang benar atas apa yang bapak katakan, kalau banyak yang menggunakan resep seperti ini. Tapi gak sampai bentuk dan cara penyajian yang sama seperti milik dicafe ayahku. Kalau bapak yang terhormat tidak meniru ide ayahku, lalu mengapa menu anda sangat mirip mulai dari nama dan penyajian nya. Apa ini juga kebetulan". Jawabku santai. Dan semua orang mulai curiga dengan ayah Bara. Ayah Bara hanya bisa diam tanpa berbicara sedikit pun dan langsung pergi tanpa sepatah katapun.

"Ayah gak papa kan?". Tanyaku pada Ayahku.

"Gak papa sayang"Jawabnya sambil mengelus rambutku.

"Ayo kita masuk nak" Kata Ayahku sambil menggandeng tanganku. Semua orang yang dari tadi melihat perselisihan Ayahku dan Ayah Bara, Mereka akhinya masuk kecafe ayahku dan menikmati menu dicafe ayahku. Hampir seharian aku membantu Ayahku dicafe bersama Bundaku. Gak terasa hari sudah gelap dan Cafe milik ayahku akan segera tutup.

"Nak, ini udah malem. Apa kamu gak pulang kerumah suamimu. Takutnya dia mencari mu nak". Kata Bundaku.

"Vian sedang ada kerjaan diluar negri Bun, mungkin disana 2 Minggu an Bunda. Nanti aku izin ke Vian untuk menginap disini". Jawabku sambil membantu ibu menghitung laba hari ini.

"Kringgggg kringgggg kringgggg" Suara ponselku yang terus berdering dari tadi. Siapa sih. Ganggu orang mandi aja. Batinku sambil melihat ponselku.

"Halo, Vian". Jawabku bahagia.

"Lama banget angkat nya, Kamu lagi apa emang?". Tanya Vian.

"Ohh, aku tadi habis mandi. Ohh iya, tadi aku mau telvon kamu. Mau minta izin untuk menginap dirumah Ayah dan Bunda, ehh malah kamu dulu yang menelpon ku". Kataku sambil mengeringkan rambut.

"Apa ? Kami sekarang dirumah orang tuamu ?". Tanya Vian kaget.

"Iya, Tadi pagi baru keseni diantar supir pribadi kamu, kenapa ?". Tanyaku balik.

"Kenapa gak bilang kepada ku dulu kalau mau kerumah orang tuamu ?". Tanya Vian dengan nada agak kesal.

"Tadi aku gak sempat menelvonmu jadi aku langsung kesini dan berfiki sekarang baru mengabarimu, sebenarnya aku gak berniat mau menginap, tapi sekarang udah malam tadi aku membantu ayah dan bunda dicafe sampai malam, jadi maaf baru memberitahu mu". Jelasku.

"Lain kali tanpa seizinku, kamu dilarang pergi dari rumah meskipun itu rumah orang tuamu". Tegas Vian.

"Kenapa? bukannya kamu sendiri yang bilang, jika kamu diluar negeri dan aku bosan dirumah aku bisa datang berkunjung bahkan boleh menginap dirumah orang tuaku, kenapa sekarang kamu gini ?". Tanyaku binggung.

"Kalau aku bilang tidak, yaa tidak. Kamu istriku dan aku kepala rumah tangganya, jadi kamu harus mematuhi semua yang aku bilang. Jika kamu masih melanggar nya maka aku gak akan segan-segan melarang mu untuk keluar bahkan jika itu didepan rumah. Kamu faham ?". Jelasnya sambil mematikan telvonnya. Entah, aku gak tau dimana letak kesalahanku. Sampai di segitu marahnya denganku. Aku gak mau tau dan tetap menginap ditempat ayahku sampai dia pulang lagi. Lagian aku dirumah gak ada teman juga, mending disini bantu Bunda dan Ayahku.

"Apa aku terlalu memanjakan dia, sampai dia seenaknya seperti ini. Hah, berkunjung ke rumah orang tuanya, atau mau bertemu dengan mantan kekasihnya ? Dan lagi, cafe milik ayahnya juga berdekatan dengan cafe milik mantan kekasihnya. Apa itu yang dinamakan berkunjung dirumah orang tunya. Dan lagi mengapa gak minta izin padaku dulu, mau mengabari aku setelah ini ? Kalau misalkan aku tidak menelvonnya mungkin dia juga diam saja, hah". Kesalnya sambil mengepalkan tangannya. Vian sangat cemburu dan kesal malam itu. Dia yang biasahnya menelvon dipagi hari untuk menanyakan kabar cinta, pagi itu dia gak menelvon sama sekali sampai malam tiba. Dan membuat Cinta binggung.

"Mengapa Vian masih tidak menelvonku, atau mengirim pesan pada ku. Apa dia sibuk ? tapi, walau dia sibuk biasahnya juga menyempatkan untuk menelvon ku walau sebentar, hah. Entahlah, mungkin dia memang sibuk. Mending aku jangan ganggu dia dulu". Batinku sambil berbaring dikasurku. Dan tak lama kemudian aku tertidur.

Ditempat lain pun Vian juga terus melihat ponselnya. Dan tidak ada kabar dari Cinta sama sekali, padahal kemarin malam jelas-jelas Vian marah karna dia tak minta izin untuk keluar terlebih dahulu, apa lagi ketempat yang ada mantan kekasihnya itu. Apa dia gak tau kalau sebenarnya Vian sangat cemburu dia kesana. Paling gak dia menelvon untuk meminta maaf, malah diam saja. Terserah lah, biarkan saja dulu sampai dia mengetahui letak kesalahannya. Saat Vian mulai mengetahui jika Cinta berada ditempat ayahnya, Vian tak bisa mengontrol emosi dan cemburu nya. Terus menerus dia marah tanpa sebab ke bawahannya. Merokok dan minum alkohol untuk melupakan sejenak masalah nya. Dan disisi lain Cinta yang tidak peka dan menjalani kehidupan nya seperti biasa.

"Sayang, Cinta. Ayo cepat bangun nak, sarapan dulu". Teriak Bunda cinta dari luar kamar.

"Hemmmm" Aku yang masih mengantuk dan kembali tidur.

"Nak, Sayang. Ayo cepat bangun, Katanya kamu mau kerumah Putri untuk melepaskan kangen kalian setelah berbulan-bulan tidak bertemu". Kata Bundaku yang langsung membangunkan ku dari tidurku.

"Oh iya, aku hampir lupa. Mending sekarang aku langsung mandi dan siap-siap". Cinta langsung berlari ke kamar mandi dan setelah itu siap-siap untuk pergi.

"Mau jalan sekarang nak, gak sarapan dulu?" Tanya bunda.

"Gak Bunda, karna nanti aku mau masak-masak dengan Putri, mangkannya aku belanja banyak kemarin, hehehe". Jawabku sambil menyiapkan bahan yang mau kubawa kerumah Putri.

"Bunda, aku berangkat dulu yaa. Nanti aku pulang sendiri agak malam. Bunda gak usah menjemput ku, nanti aku mau pulang kerumah Vian langsung". Kataku sambil membawa bahan makanan.

"Jadi nanti kamu langsung pulang sayang ?". Tanya bunda.

"Iya bunda, karna aku sudah 3 hari disini. Nanti takutnya papa berkunjung dan dirumah tidak ada orang". Jawabku lagi.

"Yaudah, hati-hati yaa sayang, sering berkunjung kesini yaa nak ". Kata Bundaku sambil memelukku. Aku hanya mengangguk kan kepalaku saja dan membalas pelukannya.

"Ting tong". Suara bel rumah putri.

"Siapa sih pagi-pagi udah bertamu, apa gak bisa bikin orang tenang sejenak apa ?". Kata Putri sambil berjalan kepintu.

"***Ting tong".

"Iya sebentar napa***". Teriak Putri.

"Ting tong Ting tong Ting tong". Usilku terus menekan bel rumah Putri.

"Hih, siapa sih pagi-pagi bertamu". Kesal Putri sambil membuka pintu.

"Surprise". Teriak ku mengagetkan nya.

"Yaa ampun, Cinta. Kamu kok bisa disini sih. Bukannya Sekarang kamu sudah menjadi nyonya besar, kok pagi-pagi sudah disini. Apa kamu tidak melayani suamimu itu". Canda dia sambil menyenggol ku.

"suamiku sibuk keluar negeri. Jadi aku menginap dirumah orangtuaku. Nanti aku baru pulang kerumah dia". Jawabku.

"Ohh, benarkah?". Jawabnya dengan menutup mulutnya.

"Hati-hati Cinta, Kalau suamimu sering keluar negeri nanti dia diambil cewek luar negeri yang lebih cantik dan **** darimu lagi, hehehe". Canda putri.

"Apa an sih, dari pada kamu ngomong gak penting, mending kamu minggir dan biarkan aku masuk, aku udah gak kuat bawa bahan sebanyak ini". Kataku sambil menunjukkan barang bawaan ku.

"Ahh, maaf yaa aku lupa, hehehe. Silahkan masuk". Kata Putri. Dan aku pun langsung masuk dan menata bahan dan kita memulai memasak. Seru juga, setelah sekian lama gak masak bareng. Dulu hampir setia weekend aku dan putri masak bareng. Dan jug bara juga sih. Tapi lebih tepatnya putri menjadi obat nyamuk nya, hahaha. Siapa suruh jomblo terus. Selesai masak pun kita langsung makan bersama sambil berbincang.

"Udah lama yaa kita gak masak bareng. Dulu hampir setiap weekend pagi pasti kita masak. Kita sebahagia itu yaa dulu, cuma masak dan makan bersama aja udah seru banget. Padahal masak annya juga gak karuan rasanya, tapi kalau makan sama-sama rasane jadi enak". Kataku sambil makan.

"iya, seru. Seru banget. Sangking serunya gue dilupain bagaikan dunia milik loe sama Bara dan gue numpang". Kesal Putri.

"Siapa suruh loe jomblo terus". Jawabku.

"Gimana gak jomblo, cowok aja gak punya". Kata Putri.

"Bukan nya gak punya, loe setiap dideketin cowok selaku galak duluan. Jadi cowok takut sama loe. Preman sih". Kataku mengejek.

"Yaa soalnya kan aku takut aja kalau dia macem-macem. Lagian dia bukan selera ku kok". Ketus Putri.

"Selera ku seleraku, emang mie instan apa. Oh iya, gue jadi penasaran sama loe. Loe kan orang nya susah dideketin, dan loe juga preman banget kalau soal cowok. Kenapa loe bisa tiba-tiba mau nikah ? Atau jangan-jangan loe Ngancem anak orang yaa buat pura-pura mau nikah sama loe, supaya loe gak dijodohin yaa ? Hayo ngaku ?". Tebakku.

"Uhuk, uhuk,"

"Aduh, gimana sih put, ini nih minum dulu". Panikku dan cepat-cepat ngasih putri minum.

"Ahhh, Jangan-jangan benar kan dugaanku kalau kamu maksa anak orang. Jangan gitu put. Aku tau kamu tuh susah dapat cowok, tapi jangan maksa gitu juga, gak bagus buat kedepanya. Mending kamu cari yang benar-benar suka sama kamu put. Jangan maksa anak orang, gak baik!". Jelasku.

"Sebenarnya loe tuh mau nasehat in atau mau ngejek sih, mentang-mentang loe udah nikah sama seorang CEO dan pria tampan gitu. Ehhh tapi sayangnya dijodohin dan harus pisah sama pacar dari kecilnya itu. 6 tahun berakhir dengan perpindahan, hahaha. Itu adalah karma buat loe sama Bara yang selalu nindas gue waktu masih sekolah dulu. Rasain, hahahaha". Terlihat dari tawanya dia sangat bahagia.

"Gue gak menyesal sekali bisa pisah dengan Bara. Gue malah lebih bahagia dengan kehidupan ku yang sekarang ketimbang sama Bara dulu". Jelasku.

"Ohh iya, loe bisa nikah sama orang asing dan bisa langsung Nerima dia, gimana caranya. Atau loe udah kenal sebelumnya sama suamimu dulu?". Katanya.

"Gak tau juga, ahhh, ngapain loe tanya gitu, jangan-jangan loe mau meniru gue yaa yang bisa akrab sama orang asing langsung. Kita beda tau, loe kan preman. Mana bisa langsung akrab, paling loe bisa akrab 1 sampai 2 taun. Kalau loe gak janda". Ejekku.

"***Yee, awas loe yaa. Tapi bener deh Cin, loe lebih baik deh sekarang dari pada dulu. Soalnya dulu kan hampir setiap hari loe dicaci maki sama keluarga bara6. Belum lagi Ayah Bara yang suka mencuri ide ayah mu. Pokoknya Allhamdullillah deh loe bisa bebas dari keluarga gila itu".

"Gue juga ngerasa gitu. Selama 6 tahun gue nyembunyiin semua dari Bara, tapi waktu Ayah aku hampir bangkrut dan gak ada yang mau nolong rasanya aku salah udah menentang orang tuaku dan memilih bersama Bara. Karna gara-gara Ayah Bara Ayahku hampir bangkrut. Dan gue sering hampir mati ditangan Ayah Bara***". Kataku sambil terdiam.

"Udahlah, semua sudah berlalu. Yang penting sekarang kamu lebih bahagia, dan tunjukkan sama keluarga gila itu kaau kamu sangat bisa hidup tanpa Bara, oke". Semangat Putri untukku. Benar apa yang dikatanya, dari pada aku memikirkan masalah yang sudah berlaku mending aku menikmati kehidupan baruku bersama Vian. Ohh iya, sudah 2 hari ini Vian gak mengabari aku sama sekali, Apa dia sedang sibuk yaa ?. Saat aku mengecek ponselku ternyata aku lupa semalam gak mengecaznya dan sekarang ponselku sudah mati karna kehabisan daya.

^^^"***Putri, aku pinjem cez mu dong". ^^^

"Yah, ponselku aja juga belum aku isi dayanya. Soalnya aku lupa gak kebawa dan ketinggalan dikost tempatku kerja, ini aku mau pinjem kakak sepupuku. Kamu mau pinjam juga*** ?". Kata Putri.

"Ohhh, yaudah kamu mau kerumah sepupumu nih ?". Tanyaku.

"Iya, kamu mau ikut ? sekali an kita jalan-jalan". Ajaknya.

"***Gak ah, aku mau belanja kesupermarket aja buat ngisi kulkas dirumah, soalnya aku udah lama dirumah Ayah. Takutnya waktu Vian pulang gak ada makanan".

"Aduh, istri yang baik***". Candanya. Aku pun hanya tertawa. Setelah selesai makan aku dan Putri sedikit bercanda dan mencuci peralatan yang baru kita gunakan. Lalu aku langsung pergi ke supermarket untuk belanja. Saat aku memilih bahan makanan tak sengaja menabrak seseorang.

"Ahh, maaf" Kataku sambil menoleh.

"Ahh, iya. Ehh, Cinta. Apa kabar. Gak nyangka yaa kita ketemu disini. Kamu sendiri an aja Cin, suamimu mana ?". Dan ternyata dia Kirana dan Bara. Waw, kemarin bilang gak bisa hidup tanpaku, sekarang udah jalan sama cewek gatel ini. Amazing.

"Suamiku sedang bekerja dong jam segini, Gak main dan mengandalkan uang orang tuanya. Apalagi masih anak Mama papa, apa-apa harus menurut, suamiku orangnya sudah mandiri dan bertanggung jawab. Gak mengingkari kata-kata nya sendiri. Masak ludah sendiri dijilat sendiri, iyuhhh". Jawabku langsung meninggalkan mereka. Huhh, bikin gak mood aja. Mending aku cari tempat lain aja lahh.

"Cinta tunggu". Tarik Bara saat aku hendak masuk ke mobil.

"Apaan sih, Ngapain kamu disini. Nanti kekasihmu itu mencari mu dan mengira aku yang mengejarmu. Mending sekarang kamu pergi dan kembali kedia. Aku mau pulang". Jawabku sambil ingin masuk ke mobil. Dan Bara langsung menarikku keluar dan membawaku kemobilnya.

"Bara, apa-apa an sih. Aku mau keluar sekarang. Bar, aku bilang keluar in aku". Jawabku sambil menggedor-gedor kaca mobil Bara. Bara sama sekali gak merespon ku dan langsung melakukan mobilnya.

"Bara" Teriak ku.

Dia bahkan gak merespon ku. Aku sangat kesal sekali tapi aku gak bisa berbuat apa-apa. Sampai Bara berhenti ditaman saat pertama kali kita jadian.

"Cinta, Ayo kita turun" Ajaknya pelan.

Aku menuruti saja dulu. Dan kalau ada kesempatan aku langsung aja kabur.

"Cinta, apa kamu mengingat kalau dulu kita sangat bahagia, susah senang kita lalui bersama, yaa kan Cin". Kata Bara.

"***Masak sih, kenapa aku gak mengingat yaa, selain caci maki keluarga mu"

"Cinta, aku mohon lupa in itu semua. Dan kita memulai dari 0 lagi yaa. Aku sangat mencintaimu, aku gak mau kehilangan kamu***". Mohon Bara sambil memegang kedua pundak ku.

"Lalu, orang tuamu, Kirana, bagaimana ?". Kataku.

"Aku gak peduli Cinta, aku mau kamu dan tetap kamu" Kata Bara sambil memelukku. Aku gak bisa menghindar, Karna pelukkannya sangat erat dan bikin aku sesak napas. Tiba-tiba saja ada yang menarik ku kasar.

"Aww, Vian". Kagetku melihat Vian yang berdiri disamping ku. Dan menonjok tepat dimuka Bara.

"Bara?". Kagetku.

"Apa kamu meremehkanku, Apa kamu melupakan apa yang aku katakan padamu saat itu. Sampai kamu berani memeluk istri ku. Apa kamu bosan hidup sehingga kamu memancing kesabaran ku. Aku peringatkan kamu untuk tidak menemui atau menyentuh istriku, jika kamu masih saja mengganggu nya. Maka siap-siaplah melihat sengsara keluarga mu". Ucap Vian dan menarikku kasar. Dan mendorong ku masuk mobil.

"Jalan". Perintah Vian kepada supirnya. Memang sih tadi aku gak menelvon supir Vian untuk menjemput ku, karna aku memesan taxi. Disepanjang jalan Vian sama sekali tidak menoleh ataupun bertanya kepadaku. Sampai dirumah dia hanya diam dan menarik kasar tanganku. Dan melemparku kekasur.

"***Ahhh".

"Sepertinya kamu sangat menikmati pelukan dari mantan mu itu Sayang. Apa kamu juga menikmati yang lainnya juga Sayang***". Kata Vian sembari melepaskan bajunya dan menindih ku.

"Vian, kamu salah paham tadi aku..."

"Tadi apa? Apa dia tadi menyentuhmu seperti ini ?". Kata Vian sambil merapa dadaku.

"Ti-tidak Vian". Tahanku sambil meremas kasur.

"Atau dia menyentuh bagian sensitif mu ?". Tanya Vian dengan melepas celanaku. Dan menciumi bagian sensitif ku. Aku hanya bisa menggigit bibirku dan meremas kepala Vian. Vian tetap menciumi dan semakin agresif dari biasahnya. Ciuman nya sangat kasar. Seluruh tubuhku sakit rasanya. Sampai aku kelelahan dan tertidur.

"Kenapa kamu sangat suka membuat ku cemburu Cinta. Sebenarnya aku gak ingin menyiksamu seperti ini. Tapi kamu sangat keterlaluan, gak menelvonku selama 2 hari dan seharian ini ponselmu mati. Dan malah bertemu dan berpelukan dengan dia. Orang yang sangat aku benci". Ucap pelan Vian sambil mengelus rambut mu. Sepanjang malam kamu tertidur pulas tanpa menyadari kalau Vian pergi meninggalkan mu untuk menenangkan dirinya dibar. Vian sangat marah dan cemburu sampai menghabiskan banyak alkohol dibar. Setelah kejadian itu, Vian jarang pulang kerumah dan memilih tidur dikantornya. Kamu pun takut untuk menemuinya. Dan akhirnya hubungan kalian hanya seprti ini saja sampai beberapa hari. Kamu bingung harus berbuat apa.

...****************...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!