Happy Reading.
Alana menutup matanya ketika melihat wajah Zidane mendekat. Wanita itu bisa merasakan hembusan napas tuan mudanya dan sebuah rasa hangat dan basah menyapu bibirnya. Hanya menempel, Alana bisa merasakan sensasi aneh yang berada di dalam dirinya.
Sedangkan Zidane juga sama, merasakan sesuatu yang menyengat seperti terkena aliran listrik yang langsung menuju otaknya.
Zidane merasa dejavu, seakan dia pernah merasakan bibir mungil itu.
Deg!
'Bibir ini?'
Zidane memundurkan wajahnya, merasakan sesuatu sensasi yang dulu di rasakan kepada Valeria ( Kekasihnya saat SMA ) tubuhnya tidak pernah serespon ini terhadap seorang wanita.
Hanya pada Valeria, Zidane merasakan sensasi luar biasa. Dan kali ini dia merasakan hal yang sama terhadap pembantunya, Alana. Wajah dan suaranya memang mirip dengan Valeria, tetapi Zidane masih belum bisa memastikan bahwa Alana adalah Valeria.
Zidane memandang wajah Alana yang masih dekil itu, meskipun penampilannya seperti ini tetapi bagi Zidane Alana seakan mengeluarkan aura kecantikannya.
'Valeria'
Sudah bertahun-tahun dia tidak bisa menemukan kekasihnya tersebut. Seakan seperti ada seseorang yang dengan sengaja menyembunyikan darinya.
Sedangkan Alana yang melihat Zidane seperti ini hanya bisa menundukkan wajahnya, dia merasa minder dan takut, apakah Zidane tidak menyukainya? kenapa dia berhenti menciumnya? mungkin memang benar kalau dia sudah tidak menarik lagi, hingga mantan suaminya menceraikannya dengan alasan karena Alana sudah tidak cantik dan gendut.
Rasanya hampir saja ia putus asa, tapi Alana tetap akan berusaha tegar dan kuat di hadapan Zidane.
"Apa kamu masih punya keluarga?" tanya Zidane yang tidak meneruskan kegiatan ciuman mereka malah bertanya sesuatu hal yang menurut Alana sangat tidak penting.
Alana menggeleng tapi kemudian dia mengangguk. "Sebenarnya saya tidak tahu di mana keluarga kandung saya berada," jawab Alana dengan wajah yang sendu.
Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk mencaritahu siapa keluarga Alana. Dia harus bersabar dan tidak perlu gegabah.
Sepertinya keinginan Alana untuk merebut kembali harta warisannya sangat penting di bandingkan dengan informasi tentang jati diri wanita itu saat ini.
"Aku akan berangkat ke kantor sekarang, nanti setelah pulang aku akan menagih janjimu kembali," ucap Zidane mengelus pipi kiri Alana.
"Baik Tuan," Alana mengangguk dan tersenyum.
Kemudian pria itu segera memakai pakaian kerjanya yang telah di siapkan oleh Alana.
###
Zidane menatap layar di depannya dengan tatapan yang serius. Pintu ruangan di ketuk dan seorang wanita dewasa yang tengah hamil masuk ke dalam ruangannya.
"Ini berkas yang harus anda tanda tangani, Pak," ujar sekretaris Zidane tersebut.
"Letakkan di situ, Tere, apakah akan ada jadwal meeting untuk besok?"
"Besok akan ada kunjungan dari CEO perusahaan Benectid, dan lusa anda harus bertemu dengan CEO V Company tuan Victor Manuel, yang sebulan lalu mengirimkan email untuk bekerja sama dengan S.A. Grup," jawab Teresia.
Zidane mengalihkan pandangannya ke arah berkas-berkas yang tadi di bawa oleh sekretarisnya itu.
"Baiklah, atur jadwal ku, nanti siang apakah aku free?" tanya Zidane sambil membaca berkas-berkas itu di tangannya.
"Ehm, tidak ada tuan, mungkin anda ingin saya mencarikan tempat untuk makan siang bersama Nona Sonya?"
Teresia berpikir bahwa mungkin Zidane ingin bersama dengan calon istrinya karena siang sampai sore ada waktu luang untuk atasannya itu.
Tetapi bukan itu yang di inginkan Zidane, dia ingat akan Alana yang ingin pergi ke salon untuk melakukan perawatan.
"Aku tidak akan pergi dengan Sonya, tapi aku ada urusan lain," jawab Zidane tegas.
"Baik, Tuan," jawab Teresia menunduk.
"Kalau Sonya datang mencari ku, kamu bilang saja kalau aku sedang ada meeting, aku tidak ingin dia mencari ku, nanti aku akan pulang saat makan siang," ucap Zidane yang mendapatkan anggukan dari Teresia.
###
Alana menatap pantulan tubuhnya di depan cermin. Dia meraba wajahnya yang memang sudah lama tidak tersentuh oleh make up selama setahun, tepatnya setelah menikah dengan Victor. Mengingat pria itu membuat Alana tersenyum sinis, dia benar-benar tidak menyangka bahwa pria yang sangat dicintainya itu tega mengusirnya dan menceraikannya begitu saja. Sungguh Alana tidak pernah menyangka bahwa kepercayaan yang ia berikan kepada Victor hanya di manfaatkan oleh pria itu.
Alana mengira Victor begitu mencintainya, sehingga tanpa berpikir panjang ia langsung menyerahkan seluruh aset berharganya dan juga jabatan perusahaan yang seharusnya di pegang olehnya.
Alana mengusap air matanya kasar, dia tidak akan menangis lagi hanya karena pria itu.
Alana membuka ikat rambutnya, mengambil sisir dan mulai menyisir rambutnya yang kusut itu. Alana memiliki rambut yang panjang, warnanya coklat terang, matanya berwarna hazel, bibir mungil yang terlihat pucat. Ya, Alana menyadari bahwa dirinya sekarang memang benar-benar jelek tidak terawat.
Dia harus merubah penampilannya, Alana akan menagih janji Zidane yang akan membantunya untuk berubah.
Tok, tok, tok!
Alana menoleh ketika seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamarnya.
"Alana, kamu di panggil oleh Tuan Zidane, dia menyuruhmu menyiapkan makan siang ke kamarnya," ucap wanita itu.
"Apakah Tuan Muda sudah pulang? Bukankah ini masih jam makan siang?" wanita itu hanya mengedikkan bahu.
"Sekarang cepat kamu siapkan makan siang untuk Tuan Zidane, aku gak mau kena marah gara-gara kamu telat membawakan makanan ke kamarnya!"
"Baik, akan aku siapkan," ucap Alana kemudian berdiri dan mengunci rambutnya asal.
Zidane baru saja keluar dari dalam kamar mandi, melihat Alana yang baru saja masuk sambil membawa nampan berisi semangkuk sup iga sapi dan juga jus melon.
"Letakkan di atas meja kemudian kemarilah," ucap Zidane.
Alana menurut, kemudian dia berjalan mendekati tuan mudanya yang sedang duduk di samping ranjang.
"Alana."
"Iya tuan!"
"Jangan menunduk terus, kemarilah," ucap Zidane menarik tangan Alana dan langsung terduduk di atas pangkuannya.
Alana terpekik karena terkejut, Zidane terkekeh kecil saat melihat wajah Alana yang tiba-tiba memerah.
"Aku akan memenuhi janjiku, tapi kamu juga harus memenuhi janjimu, Alana!" Zidane langsung mencium bibir Alana dengan lembut, tidak lupa tangannya juga sudah bermain di dada Alana yang cukup besar itu.
Entah berapa lama mereka melakukan ciuman itu, Zidane melepaskan tautan bibirnya dan mengelus pipi Alana. Dia merasa belum waktunya untuk meminta Alana melayaninya.
"Ambillah gold card ini, dan pergilah ke salon, aku akan mengantarkan mu," Zidane menyerahkan sebuah gold card kenapa Alana.
"Maaf, tuan, saya tidak bisa menerima kartu ini, mending saya di kasih uang cash aja, tuan, nanti saya akan meminta pada tuan kalau memang sudah butuh," jawab Alana.
"Baiklah, kalau begitu aku akan memberikan mu uang cash, sekarang ikut aku ke salon langganan Mama."
"Tapi tuan, makan siangnya?" Alana menunjukkan makanan yang di bawanya tadi.
"Biarkan saja, nanti kita bisa makan siang di luar," jawab Zidane.
"Eh, kita?"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦📴😌
ok alana,,,waktunya kamumake over wajahmu sebelum kamu merebut aset yg sdh Viktor kuasai
2022-07-07
2
Yunerty Blessa
lanjut 👍 👍
2022-06-29
1
Dewi Zahra
lanjut
2022-06-11
1