"Kau jangan bodoh aja. Kau ini laki-laki, jangan lembut-lembut sekali hati kau. Saran dari Abang kau ini! Kau harus tengok gimana kebutuhan kau dan anak-anak kau. Kalau kau butuh pelepasan juga tapi takut dosa, ya kau nikah aja. Jelas-jelas ada buat yang jaga anak-anak kau juga. Tapi, kalau kau mampu cari pelepasan sendiri. Ya udah, kau cari baby sitter aja. Kita sesama laki-laki, kau paham kan maksud Abang kau ini?"
Ghifar mengangguk mengiyakan, "Aku tak pernah tertarik ke perempuan." akunya jujur.
"Tak mungkin tak tertarik. Udah kau jangan bohongin kenyataan! Pokoknya, bagaimana kebutuhan kau dan anak-anak kau aja. Kalau kau susah ambil keputusan." Givan menepuk-nepuk punggung adiknya dengan pelan.
"Kalau Abang kasih keputusan buat kau, pasti tak selaras sama kebutuhan kau." Givan menyeruput minuman yang terhidang.
"Coba kasih pilihan Abang buat kehidupan aku." Ghifar ingin mengetahui salah satu saran yang paling baik menurut kakaknya.
"Cari istri, nikah lagi."
Ghifar menoleh cepat pada kakaknya, "Apa alasannya?"
"Bisa handle anak, bisa handle kerjaan rumah, ada yang ngurus kau, ada yang doain keselamatan dan rejeki kau, ada tempat pembuangan benih kau juga. Kau pun, tetap bisa kerja dengan tenang."
Itu adalah logika yang bagus untuk Ghifar. Namun, kembali lagi. Ghifar berpikir, bahwa status itu akan mengganti posisi ibu kandungnya anak-anak.
Ghifar menoleh dan tersenyum pada kakaknya. Ia menepuk pundak kakaknya, "Makasih ya, Bang?" ia sebenarnya masih dilanda kebingungan.
"Hmm, jangan nikahin mantan-mantan Abang. Udah bekas Abang mau semua mereka."
Ghifar tertawa sampai tidak ada suaranya.
Mereka melanjutkan obrolan seputar peluang bisnis dan perkembangan perusahaan. Itu semata-mata, agar Ghifar melakukan langkah yang tepat untuk perusahaannya.
~
Satu minggu berlalu.
Hari ini, Ghifar kedatangan seorang pengasuh dan seorang asisten rumah tangga. Ia mendapat mereka, dari jasa yayasan.
"Ya, Kal? Papa kerja dulu ya? Kal sama Kaf main sama Bu Ani ya?" Ghifar tersenyum lebar pada anaknya.
Kal memandang orang bersangkutan dengan sinis. Kedua anak Ghifar, seperti tidak menyukai orang baru tersebut.
Ghifar sedikit tenang, karena ia pun memiliki beberapa CCTV di sudut rumahnya.
"Bu Rina, nanti tolong masakin sayur bening aja ya? Bahan makanan penuh di kulkas." Ghifar beralih pada asisten rumah tangganya.
Ibu Rina tersenyum, "Siap, Pak Ghifar."
Ghifar hanya mengangguk, kemudian meraih tas kerjanya dan beranjak pergi. Semua kendaraannya sudah berfungsi dengan baik, Ghifar pun memilih untuk mengenakan Pajero Sport berwarna putih miliknya, yang ia beli saat merantau di Bali.
Mobil penuh kenangan, Ghifar menyebutnya.
Hari ini, ia memiliki beberapa kesibukan di kota. Ini pun dalam hal mengurus usahanya. Ia ditemani dengan Novi yang terus menceramahinya.
"Kau dekat sama Roza, Far?" tiba-tiba muncul pertanyaan yang tidak berkenan di hati Ghifar.
Ia menoleh sekilas pada Novi, "Tak." jawabnya singkat.
"Tante Shasha bilang kalian dekat. Tetangga belakang pun, pada ngomongin kau Far."
Ghifar tidak mengerti, kenapa orang-orang sibuk mengurusi urusannya. Padahal mereka tidak tahu pasti bagaimana ceritanya, tetapi sudah menuduh bahwa ia dekat dengan anak gadis orang.
"Ngaku aja kenapa sih, Far!"
Ghifar mengerutkan keningnya, mendapat respon seperti itu dari Novi.
"Aku aja tak ngurusin kau dekat sama Nando ya, Nov! Kenapa sih kau mau tau betul urusan aku?!" ketus Ghifar dengan menyipitkan matanya.
Novi menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi, tangannya bersedekap dengan matanya yang menatap lurus ke depan. Ia tidak menyukai sahutan dari Ghifar, Novi menginginkan jawaban yang sesungguhnya.
"Tak ngurusin gimana?! Bapak kau aja ngurusin hidup aku. Aku gadis lapuk dikurung ya, Far. Sedangkan kau enak jadi duda, keluyuran sesuka hati kau. Lagian, aku cuma nanya. Tapi jawaban kau udah tak mengenakan betul." terang Novi sewot.
"Itu masalah kau!" Ghifar tidak ingin mencampuri urusan siapapun.
"Ya, itu masalah aku. Makanya aku mau lari dari masalah. Pulang aja aku ke Jakarta, hidup bebas di sana ngurusin kedai kopi. Daripada tinggal sama orang tua kau, aku tekanan batin terus. Tiga puluh satu, masih lajang. Di kampung sini aja, aku dibilang perawan lapuk. Mau siapa coba yang nikahin aku?!"
Ghifar menggosok telinganya, ia malas mendengar keluh kesah Novi yang tidak penting untuknya itu.
"Ya sana pulang ke Jakarta, tapi carikan dulu orang yang mau gantikan posisi kau." sahut Ghifar sekenanya.
Novi melirik Ghifar sinis, "Itu masalah kau juga, Far. Aku pergi ya, aku tak ngurus usaha kau. Kau cari sendiri sana, itu bukan masalah untuk aku kok."
Ghifar membuang nafasnya perlahan. Ia terbebani dengan gadis ini, ia merasa pusing dengan adanya Novi yang menemaninya dalam perjalanan ini.
"Ya udah, kau mau pergi ke mana? Biar aku anter sekalian."
Novi melongo saja mendengarkan ucapan Ghifar itu, "Aku tak akan pergi tanpa persiapan!" ia memalingkan wajahnya ke arah jendela samping kiri.
Ia merasa muak dengan Ghifar. Bukannya ia mendapat kebenaran, tentang kabar Ghifar dan Rauzha. Tapi, ia malah dibuat dongkol sendiri karena sepupunya itu.
"Ribet betul sih kau, Nov!" Ghifar cenderung seperti menggerutu.
"Huh…" Novi melirik Ghifar tajam, kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.
Mereka asyik dengan pemikiran masing-masing. Ghifar yang memikirkan anak-anaknya di rumah, dengan Novi sibuk memikirkan hubungannya yang ditentang keras oleh orang tua Ghifar yang menjadi walinya sekarang.
Novi tidak menyukai keadaan ini. Ia sudah ingin berumah tangga, tetapi terus dilarang berhubungan dengan pilihannya sendiri. Ia benar-benar akan menjadi perawan tua, pikirannya.
"Ya, hallo. Gimana, Za?"
Novi memalingkan pandangannya ke arah Ghifar. Telepon genggam Ghifar ditaruh di tempat yang terjangkau, dengan grasak-grusuk yang bersumber dari ponselnya.
"Anak kau ada sama aku, Far." suara Rauzha terdengar dari ponsel Ghifar.
Novi tersenyum mengejek, "Memang lah tuh. Sok iya berdalih, nyembunyiin kebenaran. Dasar, pemburu dokter." sindir Novi pelan.
Bukannya menjawab, Ghifar malah melirik ke arah sepupunya itu.
"Tak……
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Windarti
novi ini kalau sebagai pasangan membantu gifar dlm usaha mungkin tepat bisa jalan dia pinter akademiknya jg bagus.malah diatas gifar.cantik pasti 1112 sama kin.kemampuan dia sama kayak kin ngak tau blm diuji.kalau si rausa ini basik dia anak anak gifar sudah mengenal mulai deket.gifar pun pernah pacaran dulu sama kayak kin.tapi ya itu.lagi bisa ngak kaya kin juga.blm diuji jg.krn kin dulu berani dan tak malu jg brn ambil resiko jg.buat gifar dulu.tak tunggu kak nissa.aja.makasih kak telah up kembali
2022-04-20
1
liatina
udah 31 th buat perempuan blm nikah pasti ada ketakutan sendiri,punya pacar tapi gak direstui papa adi gak boleh kemana " lagi. tapi papa adi keterlaluan sih gak mau jelasin ke novi jadi novi berpikiran buruk. q jadi inget dulu umur 23 th sy belum nikah tetangga pada bilang perawan tua 😁😁😁😁
2022-04-20
3
HIATUS NYONYA Ris
si Novi iri, karena perempuan dia di kekang, giliran Ghifar udah santuy aja kelayapan
2022-04-19
2