"Kalau sampai Papa macam-macam, Mama tak segan-segan bakal nekat."
Ghifar tertegun, mendengar ancaman istrinya itu. Ghifar benar-benar tak ingin istrinya mendapat kemalangan, apalagi buah cinta mereka.
Ghifar tak pernah memikirkan hal buruk yang istrinya lakukan padanya. Mungkin, ia akan menerima jika sampai dirinya yang terluka. Hanya saja, ia malah takut jika sampai kehilangan istrinya atau anak-anak mereka. Ghifar meyakini, dirinya akan gila saat itu juga.
Ding…. Dong….
Perhatikan mereka terpecahkan.
"Papa…. Ada tamu." seru anak gadis mereka yang keluar dari kamar, yang bersebelahan dengan kamar pribadi Ghifar dan istrinya.
"Ya, Kak. Biar Papa yang turun. Kak Kal temani adek Kaf aja." sahut Ghifar dengan memperhatikan anaknya dengan senyum.
"Ya, Papa." Kalista kembali ke kamar.
Ghifar menggulirkan pandangannya pada istrinya, "Papa turun dulu ya, Yang." Ghifar mempertahankan senyumnya hanya untuk istrinya.
"Ya, Pa. Biar Mama hangatkan masakan dulu, biar Papa makanya enak." Kinasya membalas senyum penuh kasih dari suaminya.
Mereka berjalan beriringan menuruni tangga. Ghifar memilih berjalan ke depan, untuk menyambut tamu yang datang. Dengan Kinasya yang memilih untuk berjalan menuju dapur, sengaja ingin menghangatkan masakan yang ia buat khusus untuk suaminya.
Ceklek….
Ghifar membulatkan matanya, melihat wajah kacau Novi. Novi sesenggukan, dengan air mata yang bercampur dengan warna-warni di wajahnya.
"Far…" Novi mengulurkan map berwarna coklat pada Ghifar.
"Aku minta maaf." Novi mengatur nafasnya yang tidak stabil itu.
"Kenapa?" Ghifar menerima map tersebut dengan kebingungan.
Setelah menerima map itu, Ghifar menggaruk kepalanya dengan memperhatikan Novi yang masih sesenggukan.
"Aku bikin perusahaan kau rugi besar. Vendor usaha kita, ternyata bukan perusahaan resmi. Maaf, aku kurang teliti." Novi tergugu hebat, ia terlihat begitu menyesal dan ketakutan.
Ghifar terdiam kaku, ia tidak bisa menerima hantaman kenyataan yang Novi kabarkan.
Ia teringat beberapa kali pertemuannya dengan Novi di kantor. Pantas saja, Novi selalu menghindarinya dan terlihat gugup. Novi selalu memutus pandangan mereka, ketika tengah bertegur sapa saat bertemu.
Novi mengguncang bahu Ghifar, "Kau bisa pecat aku, Far. Aku tau, aku tak layak lagi buat mimpin perusahaan kau. Aku kurang teliti, aku ceroboh, aku bodoh." begitu memilukan hati keadaan Novi sekarang.
Wanita dewasa berusia tiga puluh satu tahun itu, berpindah menyentuh lengan Ghifar.
"Atau…. Kau bisa pekerjaankan aku tanpa gaji, sampai kerugian perusahaan kau bisa tertutupi. Sekali lagi, aku minta maaf." tangis wanita blasteran Indo Turki itu, semakin penuh penyesalan.
Novi sekuat hati, menahan ketakutannya untuk menceritakan kejujuran masalahnya pada Ghifar. Namun, ia sadar. Ia tidak bisa menyembunyikan kebenaran ini lebih lama lagi, dari pemilik perusahaan. Mau bagaimanapun, ia dituntut transparan untuk segala hal-hal yang bersangkutan dengan perusahaan.
Di sisi lain, Ghifar tersadar bahwa Novi masih bagian dari keluarga besarnya. Ghifar paham, Novi tidak sengaja melakukannya. Ghifar mengerti, Novi pun tidak ingin semua hal itu menimpa perusahaannya.
Ia merangkul pundak Novi. Usapan lembut dan dekapan hangat coba ia salurkan, untuk menenangkan diri Novi.
"Kau tetap kerja, kek biasanya. Kita selesaikan kerugian perusahaan ini sama-sama. Nanti aku ngomong sama mamah dan papah, biar mereka bisa bantu dan ngasih saran tentang masalah perusahaan kita. Lain kali, kau cek dulu napak tilas perusahaan vendor. Biar tak terjadi kejadian yang sama lagi." Ghifar melirik Novi dengan memajang senyum menenangkan, "Intinya, kita lebih transparan dan hati-hati aja." lanjutnya kemudian.
Novi merasa tenang, mendengar keputusan pemilik perusahaan tersebut. Ketakutannya untuk jujur pada Ghifar, enyah begitu saja setelah mendengar penuturan dari Ghifar sendiri.
Novi berpikir, jika dari awal ia menjelaskan semuanya pada Ghifar. Ia tidak akan merasakan tidak enak tidur dan tidak enak makan belakangan hari ini. Karena ternyata, prasangkanya pada Ghifar yang akan mengamuk dan menjatuhkannya tidak terjadi hari ini.
Namun, masalah datang dari sisi lain. Di mana, Kinasya menyaksikan semuanya dengan gelap mata dan pikir.
Air yang berada di dalam gelas sampai berombak, karena getaran amarah yang Kinasya salurkan pada telapak tangannya.
Giginya bergemeletukan seiring serapah dan makian yang ia tahan di dalam indra pengecapnya.
Kejiwaan Kinasya mulai terguncang kembali.
...****************...
Bisa kok up konsisten 🤗 kalau yang baca tiap favorit ❤️ dan dukung karya-karya aku 😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Siti Nurhayani
waduh puny bini kya gtu serem jg.., 😱😱
2022-10-06
0
Wati Sinaga
emang istri nya knp y kok bsa kena gangguan jiwa..
2022-06-16
1
HIATUS NYONYA Ris
saat orang merasa KDRT itu hal wajar, suatu bentuk lampias emosi. disitu orang tuh sakit jiwa... dan Kin gk usah buat berobat..
kalau cemburu berat.. mungkin Kin gk sadar, dia hanya mempertahankan suami menurut dia...
tapi saat emosi udah main pukul suami... atau anak... seharusnya otaknya mikir, ada yg gak beres dan segera cari pertolongan ke dokter lain
2022-04-03
1