Heera hendak bangun dari tidurnya, Charlie pun membantu Heera. Ia meletakan bantal di belakang tubuh Heera, agar lebih nyaman.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Charlie.
"Air." Ucap Heera
Charlie pun membawakan air untuk Heera. "Ini, minumlah!"
"Selamat pagi, Tuan, Nona." Sapa seorang Suster.
Charlie dan Heera melihat ke asal suara, Suster itu tersenyum, "Saya bertugas membantu nona membersihkan diri." Ucap Suster.
"Oh, silahkan! Sus,saya juga ingin pergi keluar sebentar,tolong titip istri saya." Ucap Charlie
"Tentu, Tuan." jawab Suster itu.
"Terimakasih, Sus."
"Heera, aku pamit, keluar sebentar."Ucap Charlie pada Heera dan itu membuat Heera makin heran dengan tingkah Charlie
Charlie pun melenggang keluar dari ruang rawat Heera.
" Suami Anda begitu perhatian Nona, meskipun sedikit kaku."Celetuk Suster itu.
Heera menatap Suster cengo
Perhatian apanya? Dia bahkan sering mengerjaiku Batin Heera.
"Mari, Nona saya bantu." Ucap Suster itu.
Heera pun dibantu suster untuk membersihkan diri. Setelah selesai, suster itu hendak pergi, namun kemudian Ia berbicara sesuatu yang memberikan Heera panik.
"Anda sangat cantik, Nona! bahkan sebagai perempuan, saya sangat terpana dengan kecantikan Anda. Pasti suami Anda sangat bahagia mendapatkan istri secantik Anda." Ucap Suster kemudian pergi.
"Apa, katanya? cantik?" Ucap Heera kaget. Ia kemudian meraba bagian wajahnya.
"Hah? lukanya, mana? Siapa yang membuka luka palsunya?" Ucap Heera panik sambil meraba bagian wajahnya.
"Apa dia juga tahu?" Tanya Heera pada dirinya sendiri.
"Mengapa panik begitu?Apa kau takut aku mengetahuinya?" Tanya Charlie yang tiba-tiba sudah berada di sana.
"Hah?" Heera melotot karena Charlie ada di sana, buru-buru Ia menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.
"Uuuhh, bagaimana ini? Apa dia melihatnya?apa yang harus kulakukan?" Gumam Heera panik.
Charlie menggelengkan kepalanya. "Masih sama, kau bodoh!" Ucap Charlie.
Heera yang berada dibalik selimut memelotokan matanya.
"Apa dia mengataiku bodoh? enak saja? aku tidak bodoh sama sekali." Gerutu Heera. Ia menyembulkan kepalanya dari balik selimut.
"Aku tidak bodoh! asal kau tau! aku bahkan lulusan terbaik saat kuliah!" Ketus Heera.
"Ck! kau memang bodoh!" Ucap Charlie sambil melepas selimut yang menutupi kepala Heera.
"Eeh,apa yang kau lakukan?"Panik Heera, kemudian Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Hehe, kau memang bodoh! jelas-jelas aku sudah melihat wajahmu, mengapa masih kau tutupi?"Kekeh Charlie.
Eh? iyah, dia sudah melihat wajahku, kenapa aku malah menutupinya, dasar bodoh! ucap Heera dalam hati.
Heera melepas kedua tangannya.
" Tiiidaaak, aku tidak bodoh sama sekali!"Ucap Heera dengan menaikan dagunya.
"Udah bodoh, salah, belagu lagi!" Cibir Charlie.
Heera memelotokan matanya. "Hei! tidak seperti itu!!"Heera menunjuk -nunjuk Charlie.
" Aku tidak bodoh, tidak salah dan tidak belagu, yah!"
"Ck! sudahlah! lebih baik kau makan bubur ini!" Ucap Charlie pada Heera.
Heera pun melihat pada bubur yang dibawa Charlie.
Ah, aku memang sudah lapar, baiklah, marahnya dilanjut nanti Batin Heera.
Charlie melihat tatapan Heera yang begitu mendamba pada bubur itu. Ia kembali terkekeh, Heera selain bodoh, dia juga rakus pada makanan.
"Ini, makanlah!" Charlie menyodorkan sendok yang berisi bubur pada Heera.
Heera menatap Charlie dan sendok bergantian, Charlie menganggukkan kepalanya.
"Biar aku makan sendiri!" Ketus Heera sembari merebut sendok dan mangkuk berisi bubur itu.
"Terserahlah." Acuh Charlie, kemudian Ia pun makan nasi yang Ia beli untuk dirinya.Ia pun duduk dikursi.
Heera melihat makanan yang Charlie makan.
Ck! curang, mengapa dia bisa makan nasi padang? sedangkan aku hanya bubur ayam? Batin Heera.
"Kau ingin makan ini?" Tanya Charlie yang ternyata memperhatikan Heera yang sejak tadi menatap nasi padang miliknya.
Heera pun menganggukkan kepalanya.
"Kau belum bisa memakan makanan ini! jadi, makan saja bubur itu!" Ucap Charlie santai, kemudian kembali melanjutkan acara makannya.
"Kau, pelit!" Ketus Heera, kemudian memakan buburnya dengan kasar.
Charlie melihat Heera dan terkekeh. Ia pun memasukan nasi padang kemulutnya. "Kulihat sejak tadi pagi, kau semakin berani padaku." Celetuk Charlie.
Heera masih dengan wajahn cemberutnya pun berkata "Itu karena kau sudah menipu dan mengerjaiku." Heera kemudian kembali memasukan buburnya dengan kasar.
Charlie membeku mendengar ucapan Heera, perbuatannya kemarin memang salah.
"Kau bilang disekap, punya hutang, dipecat dari pekerjaan! nyatanya sekarang kau berada di sini! kau membuatku diculik seseorang!"Tambah Heera, Ia masih setia dengan cara makan buburnya yang kasar dan wajah cemberutnya.
" Kau bahkan sebelumnya mengerjaiku, dengan menyuruh membeli barang belanjaan yang aku tidak tahu dimana membelinya! sampai-sampai aku harus berputar ke sana kemari, hanya untuk mencari barang itu dan ternyata barang itu ada didekat kontrakan!"Heera mengingat kembali kejadian dua hari lalu.
" Maafkan aku."Ucap Charlie pelan.
"Aku tahu, aku bersalah! tidak seharusnya aku berbuat seperti itu, padamu! aku berjanji akan memperlakukanmu lebih baik lagi, maafkan aku!" Tambah Charlie.
"Kau mengatakan itu, karena kau sudah melihat wajah asliku." Ketus Heera,Ia menaruh buburnya kemudian berbaring membelakangi Charlie dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Charlie menatap Heera penuh sesal. Sungguh bukan karena wajah Heera yang cantik, yang membuatnya mau menerima Heera.
"Maaf." Ucap Charlie, sebelum akhirnya keluar dari ruangan Heera.
Dibalik selimutnya, Heera menangis. Ia sangat kesal, marah, kecewa, semua rasa campur aduk dalam hatinya.
Ia kesal karena Ia bodoh dan mudah dimanfaatkan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Ia marah karena Ia masih memberi kesempatan pada orang yang sudah memberinya luka dan
Ia kecewa, karena Charlie juga sama seperti Nathan, mereka tidak menerima Heera apa adanya, mereka mengkhianati Heera. Bedanya, Nathan mengkhianatinya dengan berselingkuh bersama Angra, sedangkan Charlie, dia mengkhianati kepercayaannya dengan mengetesnya seperti kemarin.
Charlie duduk di kursi depan ruangan Heera. Ia menyenderkan tubuhnya, kemudian menutup matanya. Merenungi semua yang terjadi padanya belakangan ini.
Ia yang menikah tiba-tiba, apalagi karena dijebak. Ia yang kemudian meragukan Heera dan membuat Heera susah, Ia yang kemudian malah mengetes Heera dengan sebuah rencana konyol. Charlie pikir Ia begitu kekanak-kanakan, kemarin.
Charlie larut dalam pikirannya, hingga sesuatu yang dingin terasa di pipinya. Charlie membuka matanya dan melihat siapa yang sudah menaruh minuman dingin di pipinya.
"Lo, butuh teman curhat?" Tanya Ajeng. Ia lantas duduk disamping Charlie, Charlie pun menegakan tubuhnya dan menerima minuman yang Ajeng sodorkan.
Ajeng tersenyum melihat itu. "Gue tau, lo merasa bersalah sama Heera, dan itu harus!" Ucap Ajeng.
Charlie menatap Ajeng "Lo, tau? bahkan gue pernah ngerasa bersalah banget ama Heera."Ucap Ajeng lagi sambil menerawang, ke masa lalu.
Charlie menaikan sebelah alisnya. " Yap, gue pernah bersalah ama Heera dan nuduh dia yang nggak-nggak! nyatanya Heera nggak kayak gitu, Heera lebih dari yang gue duga."
"Maksudnya?" Tanya Charlie.
"Hehe, bukan hak gue, buat ngasih tau lo!" Kekeh Ajeng.
"Dasar perempuan." Cibir Charlie, Ia pikir kalau tidak ingin memberitahu, mengapa malah membuatnya penasaran?
"Ck! nggak gitu! Oh yah! gue mau kasih lo ini!" Ajeng memberikan sebuah amplop cokelat pada Charlie sambil berdiri dari duduknya.
"Apa ini?" Tanya Charlie.
"Bukti siapa nyulik Heera kemarin." Ucap Ajeng sebelum akhirnya masuk ke ruang rawat Heera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments