Apa aku harus berubah? (Revisi 5)

"Berhentilah menangis!! Dasar cengeng!" bentak Charlie pada Heera yang terus menangis sepanjang jalan.

"Ma--maaf," cicit Heera.

Srutttttt......

Heera menyedot ingusnya, membuat Charlie merasa jijik.

"Iuuuhhh... jorok sekali!" ketus Charlie.

"Maaf," cicit Heera lagi.

Charlie memutar bola matanya malas. "Terus saja meminta maaf!" ketus Charlie lagi.

"Maaf," ucap Heera sangat pelan sekali, karena takut dengan Charlie.

"Diamlah!" Charlie mendengkus kasar, lama-lama jengkel juga mendengar Heera terus meminta maaf.

Cih! Wanita ini, pandai sekali berakting. Cibir Charlie dalam hati.

Tut... Tut....

Panggilan masuk ke ponsel Charlie, membuat Charlie berdecak pelan ketika melihat nama kontaknya.

"Yah, ada apa?" ucap Charlie pada orang di seberang.

"Benarkah Anda sudah menikah?" tanya orang diseberang cepat.

Charlie melirik ke arah Heera yang ternyata juga tengah menatapnya. Buru-buru Herra mengalihkan pandangannya.

"Kenapa memangnya?" jawab Charlie ketus.

"Waaah! Selamat! akhirnya, Anda menikah juga!"

"Diamlah! Tidak ada selamat-selamat! Aku saja terpaksa dengan pernikahan ini!"

Mendengar ucapan Charlie, membuat Heera semakin sedih saja.

Apa sebegitu tidak berharganya Aku? tanya Heera dalam hati.

Heera memperhatikan Charlie yang masih menelpon.

Laki-laki ini, miskin. Tapi, jika kulihat dia sangat tampan. Pantas saja, jika dia tidak mau bersamaku Batin Heera.

"Ayo, jalan!! Mengapa kau masih di sana!!"

Teriakan Charlie membuat Heera tersentak dari lamunannya.

"Eh! Iyah, tunggu!!" Heera berlari mengejar Charlie, sedangkan Charlie malah tertawa-tawa melihat cara berlari Heera. Bagaimana tidak, tubuh Heera yang sangat gemuk itu bergerak seluruhnya ketika berlari.

"Kenapa tertawa?" tanya Heera takut-takut.

"Ahahaha. Cara berlarimu itu, Hahaha."

"Maaf."

Ucapan Heera langsung membuat Charlie menghentikan tawanya.

Ia menatap Heera dengan menaikan sebelah alisnya.

"Kenapa terus meminta maaf?! Apa kau ingin aku merasa bersalah, karena telah menertawakanmu?" ketus Charlie.

"Tidak, maaf, bukan begitu, maksudku, aku--"

" Aakh! Sudahlah! Jangan diteruskan! Aku paham! Ayo, cepat! Lebih baik jalan lagi! Ini sudah sangat malam!" ajak Charlie.

Heera pun mengangguk dan mengikuti langkah Charlie.

Meski galak, tapi dia baik. Lagi, Heera kembali berbicara dalam hati.

Kau akan merasakan akibatnya besok pagi, karena kau dan keluargamu itu, berani-beraninya sudah menjebakku! Gerutu Charlie dalam hati sambil menyeringai kearah Heera.

Ceklek

Charlie membuka pintu kontrakannya.

"Masuklah!" perintah Charlie pada Heera.

Charlie menjatuhkan bokongnya pada kursi yang cukup tua di kontrakannya itu.

Heera mengedarkan pandangannya pada seluruh sudut kontrakan milik Charlie. Heera berpikir terakhir ia berada di sini, dan tiba-tiba saja bisa ada di hotel itu dengan keadaan tanpa busana. Mengapa itu bisa terjadi? Tanya Heera dalam hati.

"Kenapa melihat kontrakanku seperti itu?" tanya Charlie ketus, sejak tadi Charlie memperhatikan apa yang Heera lakukan.

"Apa karena kontrakan ini begitu jelek? Kau tidak suka?"

"Ti--ti-tidak!" Heera menggeleng cepat, matanya menatap Charlie yang memincing, "bukan, begitu, aku--"

"Sudahlah! Dari tadi terus saja seperti itu, jawabanmu!" ketus Charlie.

Charlie melangkah ke kamarnya dan meninggalkan Heera, membuat Heera bingung akan tidur di mana.

"Aku tidur di mana?" tanya Heera pelan.

Ck

Charlie menepuk keningnya. Ia lupa.

"Kau tidur di kamar di sebelah kamarku! Oh yah, besok kau harus bangun pagi-pagi dan memasak makanan untuk sarapan!" perintah Charlie

"I--iya!" jawab Heera sambil mengangguk.

"Tidurlah!" ketus Charlie kemudian menghilang, masuk kedalam kamarnya.

Heera pun memutuskan untuk tidur, tubuhnya sudah sangat lelah. Begitu pula hatinya, benar-benar lelah.

Keesokan paginya, Charlie terbangun. Ia melihat matahari sudah agak meninggi. Seketika ia ingat, ada seseorang yang juga tidur di kontrakannya.

"Apa dia menjalankan tugas yang ku berikan?" gumamnya. Charlie lantas keluar kamar guna melihat apa yang Heera lakukan.

"Payah! Apa-apaan ini?" gerutu Charlie saat melihat ruang tamu.

Bagaimana tidak, ruang tamu masih acak-acakan, gorden jendela belum dibuka, lampu luar dan dalam masih menyala, dan apa itu, koper Heera masih berada di ruang tamu.

"Kemana wanita itu?" geram Charlie. Ia melihat kamar di sebelah kamarnya. Betapa kesalnya Charlie, karena Heera masih enak-enakan tidur.

Byurrrr...

Charlie menyiram Heera dengan segayung air.

"Haaaahhh!! Banjir!! Banjir!! Tolong!! Banjir!!" teriak Heera sambil mencoba bangun dari tidurnya, namun ternyata susah.

"Rasakan, itu!"

Heera yang masih kesulitan bangun mencoba meraih apa saja. Hingga Heera memegang ujung kaos Charlie. Heera menarik kaos itu, Charlie yang tak siap malah jatuh menimpa Heera.

"Eeehhh!!!" kaget Charlie.

"Kyaaaaa!!" Heera kembali berteriak, saat tubuh yang berusaha dia bangunkan, malah kembali terjatuh.

"Adduuuuu!!! Pakek narik kaos gue segala sihh!!!" gerutu Charlie sambil mencoba bangun dari tubuh Heera.

" Sakittt...."rengek Heera, karena biar badan Charlie tak gemuk, tetap saja bila menimpa tubuh seseorang, badan Charlie akan terasa berat.

"Cih! Jangan merengek, seperti bayi!" ketus Charlie yang akhirnya bisa berdiri dari atas tubuh Heera, "cepat bangun! Siapkan sarapan! Juga bersihkan kontrakan ini! Kopermu itu juga rapihkan kedalam lemari!" titah Charlie setelahnya, kemudian pergi tanpa membantu Heera yang kesusahan untuk bangun.

"Ish.... Bukannya dibantuin!" gerutu Heera.

Dengan berbagai usaha, Heera pun bisa bangun. Ia mulai membersihkan diri di kamar mandi yang berada di dekat dapur. Selesai mandi, Heera akan memasak karena Ia sudah sangat lapar.

Charlie memperhatikan Heera yang akan memasak. Diam-diam Ia mencibir Heera yang sok-sok an masak.

Cih! Paling juga kalau masak air, bukannya mendidih, Dia malah biarin tuh air gosong!

Tapi, dugaan Charlie salah. Karena Heera bisa memasak, bahkan Charlie bisa mencium bau masakan yang begitu harum.

"Apa dia bisa memasak? Wanita manja seperti itu, bisa memasak? Suatu keajaiban. Tapi, aku yakin masakannya tidak enak," ucap Charlie pada dirinya sendiri.

"Ini, sudah siap!"

Ucapan Heera membuat Charlie gelagapan, pasalnya Charlie masih mengintip kegiatan Heera.

"Ah, o, yah! Simpan di sini!"

Heera menyimpan masakan buatannya di meja ruang tamu, karena di sana tidak ada meja makan.

"Apa ini bisa di makan?" cibir Charlie

"Bisa, Tuan!"

Charlie memasang raut tak percaya.Namun, ia tetap memakan makanan buatan Heera.

Charlie memelototkan matanya.

Kenapa masakannya sangat enak? Apa dia bisa masak? Aku tidak percaya. Biar aku suruh dia kerjakan hal lain.

Heera memperhatikan Charlie yang begitu lahap. Tanpa sadar, lidahnya menjilat bibirnya sendiri. Heera sudah sangat lapar.

Apa dia lapar? Kenapa melihatku sampai segitunya? Batin Charlie bertanya-tanya.

"Mengapa masih berdiri?cepat duduk! Dan makanlah!"

"Iyah, baiklah! Makasih, Tuan!" Heera buru-buru duduk dan makan dengan sangat lahap.

"Pelan-pelan! Cara makanmu seakan-akan kau tidak pernah makan saja!" cibir Charlie tetapi Heera hiraukan. Ia masih fokus pada sarapannya.

"Dasar kerbau!" Charlie kembali mencibir Heera, tetapi kali ini dengan suara pelannya.

"O yah, setelah ini kau bersihkan kontrakan ini!" perintah Charlie dan Heera mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan.

Pukul 10.00 pagi

"Heeraaa!!!! Cepat kemari!!!"

Teriakan itu membuat Heera yang tengah melamun di dapur kaget. Buru-buru Heera berlari, menuju asal suara.

"Iyah? Ada apa??" tanya Heera cepat

"Kau lihat! Kenapa ini belum dibereskan? Seharusnya halaman ini sudah bersih!" gerutu Charlie.

Heera melihat halaman itu, yang memang sangat kotor. Heera pikir bersih-bersih itu hanya perlu menyapu bagian rumah saja.

Jadinya, ia hanya menyapu dan tidak membersihkan hal lainnya. Namun, ternyata dugaannya salah, bersih-bersih itu harus membereskan semua hal yang ada di rumah. Karena hal itu, sejak tadi Ia malah kena marah Charlie.

"Ck! Malah melamun! Cepat bereskan!" perintah Charlie. Kemudian hendak pergi, namun terhenti karena ucapan Heera.

"Pakek apa?" tanya Heera polos.

"Astaga!" Charlie menepuk keningnya beberapa kali.

"Yah, pakek sapu lidi!"

"Sapu lidi itu yang seperti apa?"

"Ini! Ini sapu lidi!" Charlie membawa sapu lidi dan memberikannya pada Heera.

Heera pun menyapu halaman.

"Heeraaaa!! Apa-apaan ini!!" bentak Charlie dari dalam rumah.

Heera yang lagi-lagi menyapu sambil melamun itu kaget. Ia kembali berlari untuk menemui Charlie.

"Kau! Kau! Kenapa merusak peralatan di sini!!? Kau tidak tau cara mencuci piring? Kenapa sabunnya bisa habis begini!? Lalu ini, mengapa dapur menjadi banjir begini!? Oh apalagi ini?" Charlie membentak Heera habis-habisan.

Charlie melihat ke tong sampah yang berada didekatnya, dan betapa terkejutnya Charlie.

"Apa ini? Kenapa tong sampah ini penuh dengan pecahan kaca!!?" teriak Charlie.

Heera hanya bisa menunduk dengan air mata yang menetes. Ia sungguh tidak sengaja, lagi pula ia tidak tahu cara mencuci piring dengan manual, karena di rumahnya jika mencuci piring selalu memakai mesin pencuci piring, tapi di sini berbeda, Heera tidak bisa. Belum lagi sejak tadi ia malah melamun, yang akhirnya membuat beberapa piring dan gelas pecah.

"Maaf!" hanya kata itu yang bisa Heera berikan.

Charlie mendengkus mendengar ucapan maaf yang Heera berikan. Dia bukan mau maaf, "Kau! Sejak kemarin hanya bisa meminta maaf saja! Tidak adakah yang bisa kau kerjakan!? Pantas saja keluarga mu mengusirmu!"

Bentakan Charlie, menorehkan luka sayatan di hati Heera. Itu mengingatkannya akan pengkhianatan yang dilakukan oleh keluarganya sendiri. Padahal, selama ini dia selalu menahan diri.

Charlie menatap Heera yang tengah menunduk sambil menghapus air matanya. Ia menyeringai bisa membentak wanita itu, "Jangan pura-pura menangis seperti itu! air mata mu itu tidak akan mempan padaku!Kau itu tidak bisa apa-apa! kau merusak segalanya! kau juga manja!! aku tidak habis pikir ada orang sepertimu di dunia ini! Lihatlah! kau merusak segalanya!! dasar tidak berguna!!"

Heera mengepalkan tangannya, tidak lagi! Dia tidak boleh menahan diri lagi. Memberanikan diri, Heera menatap tajam mata Charlie.

"Yahh!! Aku memang tidak berguna!! Karena itulah mereka malah membuangku!! Iyyaaah!! Aku ini hanya sampah!! Sampah yang tidak berguna!!" teriak Heera pada Charlie, sambil memegang kerah Charlie. Heera menatap tajam pada Charlie, tatapan yang tidak pernah Heera keluarkan selama ini.

"Jika kau juga tidak mau menerimaku, buang saja aku!! Sama seperti mereka!!" bentak Heera kemudian masuk ke dalam kamar.

Charlie mengerjapkan matanya, kaget dengan bentakan Heera. Ia tidak menyangka wanita itu akan balik membentaknya. Karena tadi ia hanya iseng saja untuk mengerjai Heera agar Heera tidak betah dan memutuskan pergi. Tak di sangka, ia malah mendapat bentakan.

Disisi lain, Heera memeluk bantal dengan sangat erat. Teringat hal yang ia temukan sesaat sebelum memergoki Nathan dan Angra waktu itu. Hal itu sungguh membuatnya kecewa, melebihi rasa sakitnya diusir oleh keluarga sendiri.

"Apa aku harus berubah?"

Episodes
1 (PROLOG) PERNIKAHAN DADAKAN (?) REVISI 1
2 KEJADIAN SEBELUM PERNIKAHAN 1 (REVISI 2)
3 AWAL PERNIKAHAN PENGGANTI TERJADI (REVISI 3)
4 JEBAKAN (Revisi 4)
5 Apa aku harus berubah? (Revisi 5)
6 Heera dipermalukan
7 Kau akan terus di hina jika kau tetap seperti ini
8 Susahnya menurunkan Berat Badan
9 Rencana
10 Heera diculik
11 Rumah Bordil
12 Menyelamatkan Heera
13 Rasa bersalah
14 Apa dia juga tahu?
15 Menawarkan bantuan
16 Menerima bantuan
17 Mulai mengubah takdir
18 Perubahan
19 Tuan Xavier
20 Mulai tumbuh perasaan
21 Mencari tahu dalang kecelakaan satu tahun lalu
22 Heera bukan anak kandung Kara dan Karan
23 Nyaman
24 Undangan dari Nathan
25 Memberikan Sedikit Percikan
26 Pertemuan tak terduga
27 Menyusun strategi
28 Sudah dikejar anjing, malah dikejar orang pula
29 RENCANA DI PESTA
30 Tidak semudah itu
31 Rencana yang gagal
32 Rencana yang gagal 2
33 Memutuskan hubungan
34 Kau bukan anak kedua orangtuamu
35 Luka yang tak kasat mata
36 Mencari tahu asal usul Heera
37 Penculikan
38 Penculikan 2
39 Gawat Darurat
40 Heera sadar
41 Alasan Nathan membenci Heera
42 Boneka Panda
43 Pergi ke makam
44 Keluarga jauh Kara
45 Liburan dadakan
46 Liburan dadakan 2
47 Mencari tahu dalang kecelakaan
48 Baron yang menghamili Ishani
49 Kai yang menyebalkan
50 Menggiring Nathan
51 Mengadu domba Nathan dan Baron
52 Mengadu Domba Nathan dan Baron 2
53 Merencanakan kejutan
54 Kejutan Kai untuk Heera
55 Hubungan Yang Kembali Dingin
56 Sungguh Buruk...
57 Giliran Kau yang merasa bersalah
58 Hampir tertabrak
59 Kedatangan Tuan Xavier 2
60 Ada apa dengan Ray?
61 Gertakan untuk Angra
62 Kemana Heera?
63 Mencarimu di negara orang
64 Siapa yang mau menghalalkan Ajeng?
65 Heera sebenarnya tak diculik
66 Kemarahan yang malah mendekatkan
67 Bisakah aku ikut...?
68 Kencan ala Kai
69 KENCAN ALA KAI (REVISI)
70 BAB 72: MENCOBA MEMBUKA HATI HEERA
71 BAB 73: DUA ORANG BERPAKAIAN SERBA HITAM
72 BAB 74: LISTIA DAN LIONEL HARISH (REVISI)
73 BAB 75: KEHANGATAN KELUARGA (REVISI)
74 BAB 76: SOFA ROBOH, LISTIA HEBOH (REVISI)
75 BAB 78: MENCARI ARSIP (REVISI)
76 BAB 79: BARON MEMBUAT RENCANA (REVISI)
77 BAB 80: KEMBALI AKUR (REVISI)
78 BAB 81: Info tidak akurat (Revisi)
79 BAB 82: Ajeng Nathan (Revisi)
80 BAB 83: ANGRA MENGHILANG BARON MALAH DATANG (REVISI)
81 BAB 84: BARON DI RUMAH KAI (REVISI)
82 BAB 85: KAI MENEMUI RAY(REVISI)
83 BAB 86: Diskusi Ray dan Kai (Revisi)
84 BAB 87: KATAKAN!!
85 BAB 88: MENYUSUN RENCANA
86 BAB 89: BR
87 BAB: KEBAKARAN KONTRAKAN
88 Heera tidak meninggal, hanya Charlie!
89 BAB: Pemakaman Charlie
90 BAB 89: BAGIAN YANG TIDAK DIKETAHUI SEMUA ORANG
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
Episodes

Updated 105 Episodes

1
(PROLOG) PERNIKAHAN DADAKAN (?) REVISI 1
2
KEJADIAN SEBELUM PERNIKAHAN 1 (REVISI 2)
3
AWAL PERNIKAHAN PENGGANTI TERJADI (REVISI 3)
4
JEBAKAN (Revisi 4)
5
Apa aku harus berubah? (Revisi 5)
6
Heera dipermalukan
7
Kau akan terus di hina jika kau tetap seperti ini
8
Susahnya menurunkan Berat Badan
9
Rencana
10
Heera diculik
11
Rumah Bordil
12
Menyelamatkan Heera
13
Rasa bersalah
14
Apa dia juga tahu?
15
Menawarkan bantuan
16
Menerima bantuan
17
Mulai mengubah takdir
18
Perubahan
19
Tuan Xavier
20
Mulai tumbuh perasaan
21
Mencari tahu dalang kecelakaan satu tahun lalu
22
Heera bukan anak kandung Kara dan Karan
23
Nyaman
24
Undangan dari Nathan
25
Memberikan Sedikit Percikan
26
Pertemuan tak terduga
27
Menyusun strategi
28
Sudah dikejar anjing, malah dikejar orang pula
29
RENCANA DI PESTA
30
Tidak semudah itu
31
Rencana yang gagal
32
Rencana yang gagal 2
33
Memutuskan hubungan
34
Kau bukan anak kedua orangtuamu
35
Luka yang tak kasat mata
36
Mencari tahu asal usul Heera
37
Penculikan
38
Penculikan 2
39
Gawat Darurat
40
Heera sadar
41
Alasan Nathan membenci Heera
42
Boneka Panda
43
Pergi ke makam
44
Keluarga jauh Kara
45
Liburan dadakan
46
Liburan dadakan 2
47
Mencari tahu dalang kecelakaan
48
Baron yang menghamili Ishani
49
Kai yang menyebalkan
50
Menggiring Nathan
51
Mengadu domba Nathan dan Baron
52
Mengadu Domba Nathan dan Baron 2
53
Merencanakan kejutan
54
Kejutan Kai untuk Heera
55
Hubungan Yang Kembali Dingin
56
Sungguh Buruk...
57
Giliran Kau yang merasa bersalah
58
Hampir tertabrak
59
Kedatangan Tuan Xavier 2
60
Ada apa dengan Ray?
61
Gertakan untuk Angra
62
Kemana Heera?
63
Mencarimu di negara orang
64
Siapa yang mau menghalalkan Ajeng?
65
Heera sebenarnya tak diculik
66
Kemarahan yang malah mendekatkan
67
Bisakah aku ikut...?
68
Kencan ala Kai
69
KENCAN ALA KAI (REVISI)
70
BAB 72: MENCOBA MEMBUKA HATI HEERA
71
BAB 73: DUA ORANG BERPAKAIAN SERBA HITAM
72
BAB 74: LISTIA DAN LIONEL HARISH (REVISI)
73
BAB 75: KEHANGATAN KELUARGA (REVISI)
74
BAB 76: SOFA ROBOH, LISTIA HEBOH (REVISI)
75
BAB 78: MENCARI ARSIP (REVISI)
76
BAB 79: BARON MEMBUAT RENCANA (REVISI)
77
BAB 80: KEMBALI AKUR (REVISI)
78
BAB 81: Info tidak akurat (Revisi)
79
BAB 82: Ajeng Nathan (Revisi)
80
BAB 83: ANGRA MENGHILANG BARON MALAH DATANG (REVISI)
81
BAB 84: BARON DI RUMAH KAI (REVISI)
82
BAB 85: KAI MENEMUI RAY(REVISI)
83
BAB 86: Diskusi Ray dan Kai (Revisi)
84
BAB 87: KATAKAN!!
85
BAB 88: MENYUSUN RENCANA
86
BAB 89: BR
87
BAB: KEBAKARAN KONTRAKAN
88
Heera tidak meninggal, hanya Charlie!
89
BAB: Pemakaman Charlie
90
BAB 89: BAGIAN YANG TIDAK DIKETAHUI SEMUA ORANG
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!