Mobil melaju pelan, candaan di dalam mobil terdengar membuat gelak tawa penghuninya. Satu orang gadis terlihat menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang ayah yang terus menggoda ibunya.
"Papi, sudahlah! Kenapa menggoda Mami terus? Lihatlah pipinya sudah begitu merah karena malu," ucap si gadis.
"Haha, susah, Nak. Ayah sanga--"
"Ayah! Awasss...!"
Si gadis berteriak sangat kencang begitu matanya melihat sebuah truk melaju kencang ke arah mereka. Terkejut, si ayah membanting stir.
Tiga orang yang ada di dalam mobil merasakan guncangan hebat, sampai entah bagaimana mobil mereka bisa terbalik.
Si gadis yang setengah sadar, mendengar suara berisik, matanya yang berkabut menatap seseorang sampai semuanya gelap.
"Mami ... papi ...." Seorang gadis bergerak gelisah dalam tidurnya. Keringat mengucur di kening, bahkan di badannya terlihat dari baju tidurnya yang basah.
"Mami ... papi ...." Dia masih saja gelisah, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Non...? Non Heera...?" Asisten gadis tersebut berusaha membangunkan sang majikan.
"Mami ... papi ...."
"Non ... Nona Heera...!!!" Khawatir, membuat di asisten membangunkan sang majikan lebih keras.
"Maaamii... papiii...."
Seketika si gadis terbangun, nafasnya memburu, matanya memerah.
"Nona tak apa?" tanya sang asisten.
Gadis yang tak lain Heera itu menatap sang asisten dengan seksama. Perlahan, air mata luruh dari kedua mata, sampai akhirnya tangisan yang berusaha dia tahan, pecah juga.
"Ninaaaa, aku memimpikannya lagi. Aku kembali melihat mereka meninggal, Ninaaaa," ucap Heera yang lekas memeluk Nina, asisten pribadinya.
"Itu hanya mimpi, Nona. Orang tua Anda sudah tenang di sana," sahut Nina sembari membalas pelukan Heera. Nina mengusap punggung Heera yang bergetar, gadis bertubuh subur dengan bekas luka di wajahnya ini tengah lemah.
Dia kembali mengingat kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya. Kecelakaan itu pula yang menyisakan bekas luka di wajahnya, bekas luka yang tak kunjung dioperasi, padahal sudah hampir dua tahun semenjak kejadian itu.
"Nona, ayo bersiap! Hari ini, bukankah Nona akan melakukan fitting baju pengantin? Bukankah Nona sudah tak sabar menunggu hari ini?" Nina melepaskan pelukannya dan menatap lembut pada majikannya yang mana, di usianya yang sudah menginjak dua puluh empat tahun, masih saja bertingkah manja layaknya remaja.
Heera lekas menyusut air matanya, benar juga. Dia harus segera bersiap.
"Kau benar, baiklah. Aku akan bersiap."
Nina tersenyum melihat punggung Heera yang perlahan menghilang tertutup pintu kamar mandi.
*
*
*
"Nina, apa semua keperluan sudah siap?" tanya Heera setelah selesai menyiapkan diri.
"Sudah, Nona." Pelayan itu berkata sambil membungkuk.
Heera menganggukkan kepalanya, setelah itu melangkah keluar dari kamar.
"Heera, sarapan dulu!" ucap sang Tante,Anne.
Tantenya-lah yang mengurus rumah setelah kedua orang tua Heera pergi, begitu pun perusahaan peninggalan ayahnya diurus oleh paman Baron, adik tiri ayahnya yang merupakan suami tante Anne.
"Hampir saja terlambat Tante. Apa kak Angra sudah menunggu?" Heera tidak menjawab ucapan tantenya itu dan malah bertanya di mana sepupunya itu berada.
Nafasnya naik turun, karena kecapekan. Maklum tubuhnya yang sekarang lebar itu menyulitkan Heera dalam bergerak.
"Angra tadi pergi karena ada urusan mendadak. Angra pesan sama tante kalau fitting bajunya di undur satu jam lagi," jelas Anne membuat Heera meniup poninya
Huh! Kalau gitu percuma dong aku sudah buru-buru ucap Heera dalam hati.
Heera duduk di kursi meja makan, karena perut nya sudah lapar lagi pula orang yang Heera sangka sudah menunggu nya ternyata tidak ada.
Tante Anne menyiapkan sarapan untuk Heera dan dirinya.Kemudian pergi ke dapur dan mencampur sesuatu di susu yang akan diberikan kepada Heera, tetapi Heera tak menyadarinya.
"Heera minumlah ini!" perintah Anne.
Heera malah mengerucutkan bibirnya, karena sebenarnya ia tidak suka susu. Namun, entah kenapa semenjak orang tuanya tak ada, Tante Anne selalu memberinya susu.
"Tante, nggak mau!" tolak Heera
"Heera? Cepat minum!" Anne memaksa.
"Tapi, Tan! Heera nggak mau!" rengek Heera, itulah Heera gadis yang manja.
Anne terlihat mengatur nafasnya untuk tahan dengan sikap Heera, sudah setahun ini Ia berpura-pura menjadi tante yang baik, hanya demi mendapatkan kepercayaan Heera. Ia tak mau merusaknya begitu saja, susah payah ia menahan amarahnya karena sikap Heera yang manja itu.
Untung aku masih membutuhkan dirimu, untuk mengambil semua harta orang tuamu. Jika tidak sudah kuhabisi kau sejak dulu. Ucap Bi Anne dalam hatinya.
"Kamu nggak sayang sama tante?"
Merasa bersalah, Heera terpaksa meminum susu tersebut.
Setelah menyelesaikan acara makannya, Heera dengan diantar supir dan Nina lekas pergi ke sebuah butik ternama. Rose's Collection, butik yang dikelola oleh mantan model terkenal di zamannya, nyonya Rose.
Butik tersebut dipilih oleh Heera dan tunangannya--Nathan, sebab dibandingkan butik-butik lain, Rose's Collection menyediakan pelayanan yang luar biasa, yah meski harga satu pakaian di butik tersebut juga tidak dibandrol dengan harga murah.
Heera melangkahkan kakinya masuk ke dalam butik, beberapa pasang mata sontak menatap ke arahnya. Meski dengan pakaian mahal, tetap saja tak menutupi kekurangan yang ada pada tubuh Heera.
Tubuh gemuk, dengan bekas luka yang lumayan besar di pipi, membuat orang menatap jijik padanya.
Malu, Heera lantas menutupi bekas lukanya itu dengan rambut. Heera lekas meneruskan langkahnya lagi. Nina yang berada di belakangnya, lekas melirik sinis pada orang-orang itu, membuat mereka menunduk mengalihkan pandang.
Sampai di tempat fitting, Heera tertegun melihat Nathan sang tunangan sudah ada di sana, begitu pula dengan ... Angra, sepupunya.
Mungkin, sehabis kerja membuat mereka bersama di sini. Bukankah Kak Angra adalah sepupu kak Nathan? Batin Heera mencoba menepis rasa cemburu dan curiganya.
"Akhirnya, kau datang juga, Heera. Kemarilah! Coba bajumu, pasti akan sangat cantik jika sudah kau pakai," ucap Angra dengan senyum manisnya.
Nina terlihat sedikit memalingkan wajah. Heera lekas mendekat pada sang sepupu. Nyonya Rose juga ada di sana dan lekas membantu Heera mencoba bajunya.
Namun, sayang. Pakaiannya tak muat di tubuh Heera, bahkan nyonya Rose harus dibantu asistennya hanya untuk menarik gaun sampai ke bawah.
Kenapa susah sekali? Padahal satu bulan yang lalu, ini masih muat? ucap nyonya Rose dalam hati.
"Apakah maa--masih suu--sah?" tanya Heera yang merasa sesak.
Angra, terlihat menyikut pelan tubuh Nathan. Senyum sinis tersungging di bibirnya.
"Kau lihat itu? Calonmu begitu tebal, sampai-sampai baju yang sudah begitu kebesaran di diriku saja tak muat padanya, haha," bisik Angra terkekeh pelan.
Nathan terlihat mendengkus, sembari memalingkan muka.
"Dia bukan calonku, asal kau tau," sahut Nathan dengan tangan yang sengaja dia lingkarkan pada tubuh Angra.
"Hei? Apa yang kau lakukan?!" Angra mengeram, takut ketahuan. Melihat senyum sinis Nathan, membuat Angra mendorongnya dengan kuat.
Ssrrreeettt ....
Mata Angra membulat, suara robekan terdengar, tetapi bukan dari Nathan yang barusan dia dorong, melainkan dari baju yang coba dipaksakan muat di tubuh Heera.
"Prrttt--bwahahaha...."
Tawa Nathan dan Angra pecah seketika. Membuat pupil mata nyonya Rose dan Nina melebar, berbeda dengan Heera yang menunduk, malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Syalalala~
lucknut ihh😤
2022-04-02
2