Dingin angin malam menembus kulit. Tapi Nina tetap berjalan menuju sebuah outlet pembelian pulsa. Jalanan mulai sepi, ada perasaan takut juga ketika dia melewati jalan yang agak gelap karena cahaya lampu yang kurang terang. Sampai akhirnya ada motor dari arah belakang. Nina mempercepat langkahnya. Takut itu orang yang berniat jahat. Walaupun dia cepat berjalan tetap terkejar oleh motor itu.
"Mau kemana Nin?" Nina mengenal i suara pemotor. Lalu dia menoleh, ternyata Kevin. Ada perasaan lega di hatinya.
"Mau beli pulsa di outlet depan Mas. Lha ini Mas Kevin sendiri habis dari mana atau kemana?" Nina balik tanya.
"Lagi suntuk aja di rumah pengen keluar. Ayo tak bonceng Nin, masih jauh lo. Bisa pegal kaki kamu." Tawar Kevin tulus.
"Oh, iya Mas." Jawab Nina.
Nina pun naik ke jok belakang motor Kevin. Secepatnya Kevin menarik tuas gas dengan kecepatan sedang. Semua diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tidak ada pembicaraan lagi. Sampai akhirnya tiba di outlet pulsa.
"Dah sampai Nin."
"Oh, iya mas. Maaf sedikit nglamun." Nina terkekeh.
"Nglamunin pacar kamu?." Ada rasa perih di hati Kevin.
"Ehm, Rahasia." Nina cuek dengan pertanyaan Kevin.
Setelah itu Nina kembali lagi ke Restoran dengan diantar Kevin. Sebenarnya Kevin ada janjian dengan temannnya untuk membuat bisnis kecil-kecilan. Tapi mengingat jalan yang gelap dan sepi, tak sampai hati membiarkan Nina pulang sendirian. Biarlah agak terlambat sedikit, temannya pasti juga akan paham.
"Makasih mas. Dan hati-hati di jalan."
"Ok, hati-hati juga masuk kamarnya." Canda kevin sambil mengacak rambut Nina.
Nina memasuki restoran dan menutup kembali pintunya. Tujuannya sekarang ke kamar untuk menelfon ibunya yang sangat dirindukan. Selama dua minggu dia belum menghubungi ibunya.
Tuttt tutttt tutttt
"Assalamu alaikum." Tak lama setelah terdengar nada sambung telfon itu langsung diangkat oleh Bu Ida.
"Waalaikum salam. Ibu, maaf baru bisa telfon. Ibu sehat?"
"Alhamdulillah Nin, Ibu sehat.Kamu sendiri gimana?"
"Sehat buk, Tiara mana?" Nina menanyakan adiknya.
"Lagi ke mushola ada rapat pemuda."
"Ehmz, Iya bu."
"Gimana Nin? Betah kerja di tempat Clara?" Tanya bu Ida.
"Alhamdulillah buk, betah kok. Kerjanya ringan."
"Ibu ikut seneng kalau kamu betah Nin, kemarin-kemarin sebelum kamu telfon ibu sempat kepikiran."
"Mikirin apa buk?"
"Ya mikirin kamu Nduk, takutnya nggak betah kerja di situ. Kan baru pertama ini kamu kerja jauh."
"Iya buk, tapi Nina betah. Lagian ini nggak terlalu jauh, masih satu kabupaten."
"Iya, Nin. Oh ya, gimana hubunganmu sama Andre?"
"Nggak tau lah bu. Terlalu mengekang, trus masih kekanak2an."
"Sebenarnya ibu juga kurang sreg gitu sama Andre Nin, derajatnya terlalu tinggi untuk kita. Takutnya nanti kamu malah diperlakukan tidak baik sama keluarganya." Ibu Ida menasehati putri sulungnya.
"Iya bu. Nanti Nina pikirkan lagi. Ehmz, udah dulu ya bu, besok Nina telfon lagi. Ibu cepet iatirahat. Salam buat Tiara."
"Iya Nduk, kamu juga cepet istirahat. Makan yang cukup."
"Assalamu Alaikum."
"Wa Alaikum salam."
Malam semakin larut. Nina bergegas sholat Isya. Matapun ikut terpejam setelah menunaikan kewajiban. Perlahan Nina masuk dalam dunia mimpi. Memulihkan tenaga untuk beraktivitas esok kembali.
*****
Jarum jam menunjukkan pukul 04.00 sebentar lagi masuk waktu subuh. Nina dan Wati sudah bangun. Mereka berdua bergegas untuk melaksanakan sholat subuh di mushola terdekat.
"Ayo Nin, nanti biar kamu ketemu camer." Ajak Wati.
"Camer apaan sih mbak?"
"Itu lo, ibunya mas Kevin." Wati mengerlingkan sebelah mata.
"Hemzzz, mbak Wati mulai deh. Padahal aku bukan camannya."
"Caman apa Nin?"
"Calon Mantu hehehe"
Merekapun menyusuri jalan sambil tergelak. Karena kebanyakan bercanda tak terasa telah sampai di mushola. Muadzin pun sudah mulai mengumandangkan adzan. Satu persatu jamaah putra maupun putri memasuki mushola. Tak berapa lama mushola hampir terisi penuh oleh jamaah.
"Itu lo ibuknya mas Kevin." Wati berkata sembari menunjuk sesorang wanita paruh baya memasuki mushola. Nina lantas menoleh.
"Oh."
"Hanya itu Nin?"
"Maksudnya mbak?"
"Jawaban kamu itu lo?"
"Lha trus aku harus bilang apa mbk?"
"Terserah deh, keliyatannya ketularan batu kulkas kamu." Jawab Wati.
"Is, nggak lah. emang penyakit pakek acara menular segala." Nina menyikut Wati.
"Udah Nin, jangan ngomong terus. Udah dimulai shalatnya."
"Perasaan situ deh yang ngajakin ngomong." Bisik Nina.
Kini semua khusyu' mengikuti sholat subuh berjamaah. Terlebih Nina, sudah lama sekali dia tidak melaksanakan sholat subuh berjamaah di mushola. Mushola di kampungnya cukup jauh. Dan ibunya juga tidak mengijinkan. Takutnya ada ular sawah atau hewan berbahaya lainnya. Akhirnya ia terbiasa shalat subuh berjamaah di rumah dengan ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
semoga ketemu sama keluarganya kevin ya thor🤔
2022-09-24
0