Sekitar pukul 20.00 acara makan malam dalam rangka ulang tahun Clara selesai. Mereka pun bersiap meninggalkan Rumah Makan itu. Sesuai dengan perintah Pak Hari, Nina pun berboncengan dengan Kevin.
"Bye Nina, pegangan yang kenceng ya, Mas Kevin suka ngebut." Ejek Clara dari dalam mobil.
"Udah ya becandanya Clara!" Sahut Nina tersipu.
Sementara itu Pak Hari dan Bu Reni hanya tersenyum melihat anaknya mengejek Nina. Tidak dipungkiri, mereka berharap Kevin dapat berjodoh dengan Nina. Acara ini tadi di buat bukan hanya dalam rangka ulang tahun Clara, tapi juga untuk mendekatkan Nina dan Kevin. Menurut mereka, Kevin lelaki yang cukup bertanggung jawab, terbukti selama bekerja dengan Pak Hari, Kevin jarang membuat kesalahan.
"Rencanamu ini Har?" Tanya Kakung ketika mobil meninggalkan parkir rumah makan.
"Iya Pak, aku berharap mereka dekat." Jawab Pak Hari.
"Padahal Nina mau aku kenalin sama Azis." Kakung sedikit kecewa.
"Ya kan masih tahap pendekatan Pak, kalau Bapak mau kenalin ke Azis juga nggak pa pa." Bu Reni menyahut, karena dia yakin suaminya sungkan untuk menjawab.
"Ok, kita lihat, Nina pasti pilih Azis." Kakung dengan percaya diri berkata seperti itu.
Azis adalah keponakan Kakung. Dia lulusan pondok pesantren terkenal di kotanya. Malihat Nina yang cantik, kalem, serta mandiri, membuat Kakung berinisiatif menjodohkannya. Sebenarnya Pak Hari sudah tau rencana Kakung, tapi beliau kurang yakin dengan Azis. Takutnya Azis mewarisi sifat bapaknya yang suka berpoligami. Bagi Pak Hari, Nina sudah seperti anaknya sendiri, jadi beliau berusaha memberikan yang terbaik untuk Nina.
Mobil yang di kendarai Pak Hari telah sampai di kediaman mertuanya. Kakung dan Nenek turun dari mobil. Dulu mereka memang seatap, tapi setelah Restoran Pak Hari makin maju, beliau memutuskan membeli perumahan di dekat restorannya.
"Nggak mampir dulu Ra?" Nenek menawarkan Clara mampir.
"Enggak Nek, besok ada kuliah pagi." Sahut Clara.
"Kamu harus sering kesini Ra, dulu kamu kecil sampai besar disini, jangan lupain tanah kelahiran." Kakung berkata sambil melirik Pak Hari seperti menyindir. Sementara yang disindir diam saja. Kalau di jawab urusannya makin panjang.
"Udah Pak, jangam mulai deh, udah malam, Bapak sama Ibuk masuk, di luar dingin." Bu Reni menengahi.
"Kami langsung pulang Pak, Buk!" Pak Hari menyalami kedua mertuanya di ikuti Clara dan Bu Reni.
"Iya hati-hati Har!" Nenek lebih kalem dalam berkata.
Mobil Pak Hari meninggalkan rumah mertuanya. Tidak ada pembicaraan di dalam mobil. Sementara itu di jalur yang berbeda, Kevin dan Nina menembus jalan menuju Restoran.
"Restoran belum tutup ini, mampir dulu ke tempat jus itu mau Nin?" Tanya Kevin, Nina pun tampak berfikir.
"Emang kalau restoran belum tutup kenapa Mas?"
"Ya nggak papa, barangkali kamu haus atau pengen beli apa pumpung di jalan."
"Nggak usah kak, langsung ke restoran aja." Nina menolak ajakan Kevin. Walaupun banyak yang bilang Kevin orangnya baik, tapi tetap saja dia baru mengenalnya. Nina juga menjaga perasaan Andre. Bagaimanapun dia masih menjalin hubungan dengannya.
"Ya udah, yuk kalau gitu!" Karena Nina menolak, Kevin memutar tuas gas agak cepat. Suasana begitu dingin, takutnya Nina kedinginan.
Sesampainya di restoran Nina masuk kamarnya untuk mengganti pakaian. Terlalu risih memakai dressnya. Kevin sendiri memilih bergabung dengan teman-temannya. Walaupun belum tutup, biasanya mendekati jam sembilan restoran mulai sepi. Jadi karyawan bersantai di depan kasir sambil nunggu jam pulang.
"Wih, yang habis kencan, mukanya langsung berseri-seri gaesss!" Celetuk Agus.
"Iya tuh, di selimuti angin malam, berboncengan di motor sejuta kenangan, di bawah lampu-lampu temaram, Asyiiikkk!" Bayu ikut nimbrung.
Kevin hanya tersenyum simpel. Dia pun merasa bahagia, walaupun sekedar berboncengan, kedekatannya dengan Nina tadi membekas di hatinya. Setelah sekian lama, hatinya kembali di isi seorang gadis lagi. Perlahan luka hatinya mengering dan menutup. Dan gantinya tentu lebih baik dari masa lalu.
"Mas Kevin." Tiba-tiba ada suara cempreng dari samping Kevin.
"Ya." Kevin menoleh, ternyata Atikah.
"Bisa anterin aku ke supermarket sebentar?" Tanyanya.
"Sama Agus ya?" Kevin menolak halus.
"Ogah, gue mau beresin bakaran." Agus nyelonong pergi.
"Ya udah, ayo!" Kevin pun menaiki motor di ikuti Atikah.
Misi Atikah berhasil dia bisa berboncengan dengan Kevin. Kali ini dia akan membuat Kevin lebih dekat lagi dengannya.
"Wati aja bisa aku singkirin, apalagi cuma si udik." Batin Atikah. Motor pun sampai di supermarket.
"Aku tunggu di luar ya." Pinta Kevin.
"Iya mas, nggak papa kok." jawab Atikah manja.
Atikah memasuki supermarket dia memilih beberapa barang. Sebenarnya dia nggak ada niat belanja. Cuma lihat Kevin berboncengan dengan Nina cemburunya mencuat. Kalau Nina aja bisa, dia juga harus bisa, pikirnya. Sepuluh menit kemudian Atikah keluar dari supermarket.
"Udah?" Tanya Kevin heran, karena Atikah cuma menenteng kresek kecil berisi sabun dan pasta gigi.
"Udah mas." Atikah senyum-senyum.
"Ke supermarket cuma beli itu? Kalau cuma itu di deket resto juga ada Tik." Kevin agak kesal rupanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Atikah, Kevin melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Itu malah membuat Atikah kegirangan. Dia segera melingkarkan tangannya ke pinggang Kevin.
"Sial!" Batin Kevin.
Sesampainya di Restoran semua mata tertuju ke suara motor yang baru datang. Termasuk Wati dan Nina. Kalau Wati sudah biasa melihat adegan seperti itu. Sedangkan Nina baru pertama kali. Entah kenapa hatinya begitu sakit, baru tadi Kevin berboncengan dengannya. Sekarang ganti dengan Atikah.
"Hey Wati, kenapa bengong? Nggak usah syirik!" Atikah yang baru turun dari motor menghampiri Wati.
"Udah biasa." Sambung Wati.
"Kamu nggak akan pernah menang melawan aku Nina!" Atikah mengibarkan bendera perang.
Pandangan mata Nina bertemu dengan Kevin. Ada rasa bersalah dalam hati Kevin. Begitu juga dengan Nina. Ada rasa sakit di hatinya. Segera ia tepis rasa itu. Aneh juga kan, pacar bukan kenapa harus sakit hati.
"Ayo Nin." Seakan tau situasi Wati menarik tangan Nina untuk masul ke dalam. Itupun tak luput dari pandangan Kevin. Kevin pun diam untuk mencegah Nina rasanya tak pantas. Sampai pada belokan pandangan mereka terkunci. Setelah Nina tidak terlihat lagi, Kevin pun melajukan motornya menyusuri heningnya malam.
......~Author masih belajar kak, Mohon komentar dan kritikannya~......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
Nyeri sekali hayiku ini😢
2022-09-24
0