Bu Burhan menghela nafas kasar ketika melihat kevin memasuki kamarnya lagi. Beliaupun melanjutkan kegiatannya untuk melaksanakan shalat tahajud. Keluarga Kevin memang muslim yang taat. Bukan berarti fanatik, meraka menganut Islam sesuai perkembangan zaman.
Suara Adzan subuh yang bersahutan membuat Kevin membuka mata. Dia belum tidur semalam, tapi kewajibannya menghadap sang Khalik ia utamakan. Bergegas ia mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat subuh di Mushola. Ia berjalan berdampingan dengan ayahnya. Tidak ada yang membuka percakapan, karena sudah mepet dengan waktu shalat. Mereka sampai di Mushola tepat Iqamah selesai.
"Kata Ibumu kamu semalaman tidak dapat tidur?" Kata ayah Kevin memulai percakapan ketika berjalan pulang setelah shalat berjamaah.
Kevin melambatkan langkahnya. "Kebanyakan minum kopi paling Pak." Jawab Kevin sekenanya.
"Biasanya minum kopi pun tidak seperti itu." Pak Burhan berusaha mengorek isi hati anaknya. Karena kalau dengan ibunya Kevin cenderung diam, berbeda dengan ayahnya. Dia akan lebih terbuka dengan Ayahnya. Mungkin faktor kepercayaan juga. Ibunya cenderung lebih cerewet dan suka mengatur.
"Kamu jatuh cinta lagi? Bawa dong ke rumah. Kamu sudah berumur Nak. Alangkah lebih baiknya kamu segera halalkan jika memang sudah cocok." Sambung Pak Burhan yang sebenarnya mengetahui putranya sedang jatuh cinta. Kevin hanya diam. Dia kalau belum mau bercerita, dengan siapapun akan memasang wajah dingin. Tak peduli dengan siapapun, bahkan dengan ayahnya sendiri.
Saat pulang dari toko untuk membeli rokok. Pak Burhan melewati tempat kerja Kevin. Pada saat itu Pak Burhan tau kalau Kevin tengah berbincang dengan seorang gadis di parkiran tempatnya bekerja. Karena Beliau menggunakan sepeda onthel. Kevin tidak menyadari kalau ayahnya melintas di sana.
Pak Burhan yang mengetahui anaknya dekat lagi dengan seorang gadis merasa bahagia. Setidaknya di usianya yang sudah cukup tua, beliau bisa melepas anak-anaknya ke pelaminan.
Kevin 5 bersaudara, kakaknya yang pertama sudah menikah dengan perempuan beda kota. Kakaknya yang kedua perempuan, pun sudah menikah dan ikut suaminya. Sedangkan 2 adiknya perempuan masih kuliah. Kevin sendiri hanya tamatan SMA, setelah kedua kakaknya menikah, ia membantu kedua orangtuanya untuk membiayi adik-adiknya kuliah.
"Ayo minum kopi dulu, Pak! Kevin ibu buatkan jahe anget deket kopi Bapakmu!" sambut Bu Burhan ketika dua lelakinya pulang dari mushola. Beliau sendiri bergegas ke kamar mandi, wudhu dan melaksanakan sholat subuh.
"Tuh, sudah disiapkan Ibumu." Pak Burhan menyenggol lengan Kevin.
"Iya Pak, sebentar, aku ganti baju dulu." Kevin memasuki kamar meletakkan sajadahnya, dan mengganti bajunya dengan kaos santai .
Seperempat jam kemudian, Bu Burhan menyusul anak dan suaminya di depan TV. Setiap pagi kegiatan keluarga Pak Burhan memang seperti itu. Menikmati pagi dengan secangkir kopi atau minuman hangat lainnya sambil ngobrol ataupun bertukar pikiran. Kedua adik kevin pun turut serta.
"Mas kemarin siapa tuh yang pegang-pegang tangan di parkiran?" Adik kedua Kevin membuka pembicaraan.
"Anak kecil nggak usah ikut campur. Lagian kamu tau dari mana?" Kata Kevin.
"Agus." Jawab Hani sambil senyam-senyum.
"Bikin gosip aja, lagian kamu langsung percaya?" Sanggah Kevin.
"Ya iyalah, Agus kan memang terpercaya, nggak pernah hoax." Lanjut Hani menggebu-gebu.
"Lalu kenapa kamu nggak percaya dengan perasaan Agus ke kamu?" Skakmat Kevin. Dimana Agus memang sangat menyukai adik bungsunya itu. Tapi si Hani sama sekali tidak merespon. Alasannya biar kakak-kakaknya menikah dulu. Pamali melangkahi yang lebih tua.
"Ye, aku kan masih kuliah, belum lulus. Beda dengan kamu yang udah jadi perjaka tua. Lagian kenapa sih mas nggak bisa move on dari Laras?Masa lalu biar berlalu." Hani membela diri.
Tetapi Kevin malah berlalu memilih meninggalkan semuanya. Dan kembali ke kamar. Sebenarnya dia sedikit terganggu dengan kata-kata Hani yang terakhir. Bukan dia nggak bisa melupakan Laras. Dia sudah benar-benar lupa, tapi untuk memulai hubungan baru Dia masih sangat sulit. Apalagi Nina masih muda sekali baru lulus SMA. Apa Nina juga mencintainya? Atau akan seperti Laras yang begitu saja meninggalkannya?
Sementara itu, Bu burhan menatap bingung dengan kepergian Kevin. Beliau sebenarnya juga penasaran dengan gadis yang konon katanya dekat dengan putranya itu.
"Han, memang kamu tahu tentang gadis itu?" tanya Ibunya.
"Hani sendiri belum ketemu langsung bu, tapi kata Agus memang ada karyawan baru yang kerja di Restoran Pak Hari. Katanya cantik, putih, ramah, tapi dari desa." Hani menjelaskan kepada orangtuanya.
" Memang mereka pacaran?" Kata Indah, kakak Hani, Adik dari Kevin.
"Belum Mbak In, lagian itu masih baru kerja, tapi kata Agus baru kali ini Mas Kevin kelihatan tertarik dengan perempuan." Hani sangat antusias bercerita.
"Bagus deh, kalau Mas Kevin udah punya gebetan. Artinya aku juga bisa secepatnya menikah." Kata Indah sambil senyum-senyum.
"Belum tentu juga tu gadis mau sama Mas Kevin." Hani mematahkan angan-angan Indah.
"Sudah-sudah, pagi buta udah main debat aja. Ibu itu sebenarnya mau tanya sendiri sama Kevin. Tapi malah di duluin Hani. Jadi kaburkan tersangkanya." Bu burhan menengahi perdebatan itu.
"Biar Kevin nanti bercerita sendiri, dia bukan tipe orang yang mudah bercerita. Nanti kalau kita desak. Malah enggan terbuka." Pak Burhan berusaha menutup perdebatan itu.
"Ya pak." Jawab kedua anaknya kompak.
"Kamu juga bu!" Pak Burhan melirik istrinya.
"Iya pak."
Setelah itu, semua anggota keluarga bersiap untuk kegiatan masing-masing. Pak Burhan dan istrinya ke pasar. Berjualan sayur mayur. Mereka mempunyai lapak di pasar induk. Hani dan Indah pun bersiap berangkat kuliah. Sedangkan Kevin sendiri masih di kamar. Karena dia berangkat kerjanya agak siangan dikit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments