"Jadi dia mengubah identitasnya. Pantas saja, kita tidak menemukan dia dimanapun" ucap Jayden setelah mereka kembali ke kantor.
"Cantik. Apa dia dulu secantik ini Bos?" tanya Rey.
Setelah melihat rupa gadis yang bernama Fanny atau sekarang lebih senang dipanggil Tania. Rey mengakui kalau gadis yang setahun belakangan ini membuat bos singanya uring-uringan itu memang cantik. Model yang pernah mereka kontrak pun kalah dengan wanita bernama Tania ini.
"Dia bertambah cantik dan...sek**. Hei buat apa kamu menanyakan hal itu. Jangan meliriknya" ancam Jayden.
"Astaga Bos. Nanya doang. Nggak..nggak..nggak ngelirik aku" Rey mencoba menghindar dari tuduhan bos singanya.
Jayden kembali menunjukkan wajah penuh ancamannya.
"Iissh Bos nih. Jangan serem-serem amat napa? Nanti Tania kabur lagi. Baru nyahok lo Bos"
"Kamu sumpahin aku"
"Nggak Bos nggak"
"Duh susahnya ngomong sama bos kalau lagi bad mood. Bad mood? Seharusnya moodnya kan lagi bagus. Bisa ketemu sama yang dicari selama ini" batin Rey.
"Tapi masalahnya kenapa dia mengganti identitasnya? Dia sembunyi dari siapa ya" guman Rey.
Hening sejenak.
"Aaàah mungkin dia sembunyi dari pak Bos kali...Aduuuh sakit Bos" pekik Rey karena kali ini tulang keringnya yang ditendang bos singanya dari bawah mejanya.
Kaki bosnya yang panjang. Memudahkan dia menendang tulang kering Rey.
"Maksud kamu apa dia sembunyi dariku?" tanya Jayden.
"Iya juga ya. Kan pak Bos gak pernah ngapa-ngapain dia"
Glek!
"Aku bahkan pernah tidur dengannya dan mengambil kehormatannya Rey. Asal kamu tahu" batin Jayden.
"Woi kok malah diam. Terus ini bagaimana? Lusa kita harus kasih jawaban ke mereka" Rey mengingatkan.
"Eiitt biarkan saja dulu. Aku akan bermain-main dengannya sebentar" ujar Jayden sambil tersenyum smirk.
"Bos jangan nakutin anak gadis orang to"
"Siapa yang nakutin siapa? Aku hanya mengatakan ingin bermain-main sebentar dengannya. Biar dia panik. Lalu menghubungi kita. Oke?" jawab Jayden.
"Terserah Boslah. Tapi sebenarnya Bos ini berminat tidak dengan design mereka" tanya Rey.
Jayden meraih beberapa lembar kertas sketsa design dari Tania.
"Aku berminat. Design seperti inilah yang aku cari. Unik. Lain dari pada yang lain. Sangat cocok dengan image majalah fashion kita"
"Kalau suka kenapa harus main kucing-kucingan sih. Bikin pusing saja"
"Kau diamlah Rey" ucap Jayden membuat Ray kicep seketika.
****
"Ini maunya mereka apa sih?" geram Vera.
"Siapa?" tanya Tania santai.
"Itu si Tuan Lee. Kemarin minta meeting disegerakan. Sekarang sudah seminggu tidak memberi kabar"
"Ya mungkin saja mereka masih diskusi sama tim yang lain"
"Kan kita untung besar kalau bisa kerjasama sama mereka"
"Ya berarti bukan rezeki kita kalau mereka tidak jadi bekerja sama dengan kita"
"Aku malah berharap kalau dia tidak berminat bekerjasama. Jadi aku tidak perlu melihat wajah menyebalkannya itu sering-sering" batin Tania.
Vera menatap Tania yang tampak santai menggambar di kertas design-nya.
"Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui Mbak?"
"Maksud kamu apa?"
"Sepertinya Tuan Lee mengenal mbak Tania. Apalagi dia memanggil mbak Tania "baby", sayang....seperti orang yang punya hubungan spesial"
"Ooohh itu aku tidak tahu" Tania mencoba mengelak. Meski jantungnya mulai bermaraton ria.
"Aduh jangan sampai ketahuan" batin Tania.
Vera menatap bosnya kepo. Dia yakin ada sesuatu yang bosnya sembunyikan.
"Halo Nita, makin cantik aja" Sean mulai melancarkan rayuan gombalnya.
"Mau ngapain Masnya kesini? Kalau mau ketemu bosnya tu didalam" jawab Nita ketus.
"Busyet dah galak bener" seru Sean membuat Nita melotot.
"Biarin. Kenapa? Sekarang move on. Sudah sadar kalau mbak Tania nggak tertarik sama situ" cibir Nita.
"Iiissh tahu aja. Dan sekarang sasaran aku adalah kamu" jawab Sean sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Tembak kali sasaran"
"Yap betul. Mau ya jadi pacarku" ucap Sean sambil tersenyum manis.
Nita langsung terdiam mendengar ucapan Sean. Detik berikutnya Nita tersenyum mengejek.
"Tidak semudah itu fergusso" tolak Nita.
"Astaga kurangnya aku apa Ta? Aku tampàn, mapan, baik hati"
"Kamu kurang ajar" jawab Nita cepat.
"Itu bukan kurang, Ta"
"Hush, hush, sana pergi. Gangguin orang kerja aja" gerutu Nita.
"Ta, Nita...Nita....oh teganya dirimu padaku" ucap Sean membuat Nita yang baru saja melangkah menjauh dari pria itu berbalik lagi.
"Jangan lebay!" bentak Nita.
Membuat Sean diam seketika.
"Astaga cantiknya kalau lagi ngamuk"
"Sean Huang!" teriak Nita.
Membuat Sean langsung melesat masuk ke ruang Tania.
"Kamu kenapa?" tanya Vera melihat wajah Sean yang seperti habis maraton.
Bukannya menjawab. Pria itu malah mengambil air minum di atas meja Tania. Lantas meminumnya sampai tandas.
"Kamu kayak orang lagi kesurupan aja" ujar Tania.
"Orang kesurupan makan kembang Non. Bukan minum air. Tu aku habis ngadepin singa ngamuk didepan" ucap Sean.
"Singa? Di depan?" tanya Vera
"Nita?" tanya Tania.
Sean mengangguk.
"Memang kamu apain Nita?"
"Nggak aku apa-apain. Cuma aku tembak buat jadi pacar aku" jawab Sean.
"Terus kamu ditolak"
"Mending kalau ditolak. Ini dia pakai acara ngamuk" jawab Sean memelas.
Membuat Tania dan Vera meledakkan tawanya.
"Tu kan pada meledek" ucap Sean dengan wajah memelas.
Tawa itu terhenti ketika pintu dibuka. Dan masuklah Bryan dengan wajah berserinya.
"Halo sayang, bagaimana kabarmu? Sorry lama tidak jalan berdua" ucap pria dengan wajah tanpa dosa.
Sementara Sean dan Vera langsung memutar matanya jengah melihat wajah manis Bryan.
"Aku keluar dulu. Lama-lama aku diabetes kalau disini terus" cibir Vera.
Yang juga diikuti Sean dibelakangnya. Sean sempat membisikkan kata "hati-hati" ke telinga Tania.
Membuat Bryan heran.
Pintu ditutup dari luar. Sean gantian masuk ke ruang Vera.
"Aku khawatir deh sama Tania" ucap Sean.
"Aku juga"
Keduanya menghela nafas masing-masing. Lalu terdiam, hanyut dalam pikiran masing-masing.
Lamunan keduanya buyar ketika mendengar suara pintu yang ditutup kasar.
"Ada apa ini?" tanya Vera melihat Bryan yang keluar dari ruangan Tania dengan wajah penuh amarah.
Bryan tidak menjawab. Namun melihat Sean di belakang Vera. Membuat Bryan langsung meraih kerah baju Sean dengan kasar. Sean jelas terkejut dengan tindakan Bryan itu.
"Kau! Pasti kau yang sudah meracuni pikiran Tania!" teriak Bryan.
Membuat seisi kantor heboh melihat aksi Bryan. Tania langsung keluar dari ruangannya. Ikut terkejut dengan tindakan Bryan.
"Maksud kamu aku meracuni pikiran Tania itu apa?" ucap Sean tak kalah keras.
"Tidak ada yang meracuni pikiranku Mas. Aku ingin putus denganmu karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Kamu berciuman dengan wanita lain di restoran XX seminggu yang lalu" jelas Tania.
"Kamu putus dengannya?" tanya Sean tidak percaya.
"Aku tidak mau putus denganmu!" pekik Bryan.
"Lalu apa penjelasanmu soal ciuman hot kamu di tempat umum itu ha?"
Bryan melepas cekalan tangannya di kerah Sean.
"Tania sayang. Itu, dia yang memaksaku. Dia ingin aku memperpanjang kontraknya bulan depan" bujuk Bryan.
"Wong dipaksa kok menikmati banget" seloroh Sean yang langsung mendapat pelototan tajam dari Bryan.
"Uupps keceplosan" ucap Sean setengah menyindir Bryan.
"Tania sayang. Itu tidak seperti yang kamu lihat. Aku benar-benar tidak ada apa-apa sama model itu. Dia yang menggodaku dulu" bela Bryan.
"Tapi kamu mau kan digoda" potong Tania cepat.
Sean nampak mengulum senyumnya di belakang Vera yang membuat Vera langsung berbalik. Memberikan tatapan peringatan kepada Sean yang langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
"Tania sayang..."
"Sudahlah Mas. Lebih baik kita akhiri saja hubungan kita ini. Jangan kamu pikir aku tidak tahu kelakuanmu di belakangku. Yang hari itu aku lihat bersama Sean itu adalah yang kesekian kalinya aku melihatmu berciuman dengan perempuan lain. Sudahlah aku mungkin bukan wanita yang Mas cari. Aku tidak bisa melakukan apa yang kamu mau. Jadi lebih baik kita putus saja" ucap Tania sambil menatap dalam mata Bryan.
"Aku tidak mau putus sama kamu!" ucap Bryan.
"Tapi Mas aku tidak bisa menjalin kasih dengan pria yang suka main sana main sini. Aku perlu kesetiaan" ucap Tania lagi membuat Bryan tidak bisa berkata-kata lagi.
Kesetiaan adalah kata yang tidak ada dalam kamus kehidupan Bryan.
"Maaf..." ucap Tania berlalu meninggalkan Bryan kembali masuk ke ruangannya.
"Do you hear that? Lo gue end!" ucap Sean.
Membuat Bryan mengepalkan tangan menahan amarahnya.
"Kamu dengar Tania. Aku tidak terima putus darimu. Aku tidak terima!" teriak Bryan menggelegar di kantor itu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments