Jayden Lee tampak keluar dari lift di apartementnya. Tiba di lobi Grand Samaya yang memang luar biasa. Beberapa kali Rey menggumankan kalimat itu.
"Kayak belum pernah lihat yang seperti ini kamu Rey" ledek Jayden.
"Nggak tahu ya Bos. Perasaan tiap kali lewat selalu saja mau bilang "wow" jawab Rey.
"Dasar udik" ledek Jayden.
"Baru tahu ya Bos. Lah kan situ lama di luar negeri jadi biasalah lihat yang beginian. La saya pol mentok muterin Jakarta" kilah Rey.
"Terserahlah. Yang penting jangan malu-maluin aku saja" Jayden mengingatkan.
"Siap Pak Bos" jawab Rey.
Dan kata "wow" kembali keluar dari bibir Rey ketika mereka keluar dari lobi.
Kredit google.com
"Bagaimana dengan permintaanku soal pertemuan dengan pihak Tania & Co?" tanya Jayden.
"Mereka masih mencari waktunya. Kedua bosnya terlihat sibuk akhir-akhir ini" jawab Rey sambil menjalankan mobilnya menuju kantor LJ Fashion Magazine.
Jayden menarik nafasnya. Entah kenapa dia begitu penasaran dengan perusahaan konveksi itu. Eh, entah perusahaannya atau pemiliknya.
"Oh ya Bos, ada undangan FS di daerah Tunjungan akhir minggu depan. Bos bisa datang sambil cuci mata" info Rey.
Jayden mendengus kesal.
"Bukan aku yang cuci mata. Tapi mereka" kesal Jayden.
Rey terkekeh. Karena omongan bosnya itu benar adanya. Banyak yang mencoba menarik perhatian Bosnya. Dari yang halus caranya. Sampai yang ekstrim caranya.
Seperti minggu lalu. Saat mereka menghadiri sebuah meeting dengan klien yang diadakan di sebuah klub malam. Heran ya, meeting di klub malam. Tapi memang ada yang seperti itu. Awalnya Jayden oke-oke saja. Hingga kemudian dia berbisik pada Rey.
"Jangan kau minum whiskeymu. Atau kau ingin dirudapaksa oleh mereka" bisik Jayden sambil melirik ke beberapa wanita berpakaian sek** yang menatap lapar ke arah mereka.
Seketika Rey langsung meletakkan kembali whiskey-nya. Dengan dalih kalau ia harus menyetir malam ini. Dan hari itu mereka selamat dari terkaman para wanita malam yang sengaja disediakan oleh klien mereka.
"Memangnya itu tadi apa Bos?" tanya Rey.
"Afrodisiak" jawab Jayden enteng.
"Astaga. Untung aku tidak meminumnya"
"Alah, kalau kamu minum palingan juga aku tinggalin kamu disana. Biar jadi makanan para wanita tadi. Daripada kamu nerkam aku. Iiiihh ogah" Jayden bergidik ngeri.
"Iisshh jahat bener si Bos ini. Ngebiarin anak buahnya jadi santapan mereka"
"Alah kamu juga nanti akan menikmatinya aku jamin itu"
"Tapi nggak pakai begituan kali"
Jayden tersenyum mengejek kepada Rey. Sebagai orang yang berpengalaman keluar masuk klub malam dan mantan penikmat ONS. Jayden tentu hafal dengan gerak-gerik orang yang ada di klub malam.
Baik mereka yang memang baik. Atau berpura-pura baik. Sebenarnya dia cukup tidak suka dengan cara kliennya yang mencoba menjebak dirinya ataupun Rey. Tapi ucapan seorang wanita di masa lalu. Membuatnya semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ikutkan hati ingin sekali dia menghajar kliennya itu dengan krav maga yang dia punya.
"Jangan gegabah dalam mengambil keputusan di dunia bisnis. Cukup kamu bisa mengendalikan dirimu. Dan semua akan baik-baik saja" ucap wanita itu.
Jayden tiba di kantornya ketika sang sekretaris memberitahu kalau rapat akan segera dimulai. Akhir-akhir ini lobi kantornya sering didatangi para pemburu berita. Yang ingin mencari bahan pemberitaan soal dirinya.
Soal identitasnya yang mulai tercium oleh publik. Soal dirinya yang juga salah satu penerus dari LJ Group milik sang ayah.
"Kenapa jadi tambah parah begini sih?" gerutu Jayden Lee.
"Apa kita perlu menambah sekuritinya Bos?" tanya Rey.
"Tunggulah beberapa hari lagi. Kalau tambah parah tambah sekuritinya. Apa dulu kakakku juga mengalami hal ini" tanya Jayden.
"Iya, dulu tuan Lee Joon menempatkan bodyguard di seluruh area lobi kantor. Jadi para paparazi dan fans beratnya tidak sampai menembus lobi kantor" jelas Rey.
"Apa aku juga harus melakukan itu" guman Jayden.
Sambil memakai maskernya lantas perlahan keluar dari mobilnya. Bersamaan dengan taksi Tania yang juga berhenti di kawasan gedung perkantoran itu.
Dirinya ada meeting di salah satu restoran di kawasan itu. Sedikit mengerutkan dahi. Ketika melihat banyaknya wartawan di depan bangunan yang akan ia masuki.
"Apa ada artis yang datang" guman Tania. Dia tahu ada kantor majalah fashion di gedung itu. Jadi dia pikir mungkin ada artis terkenal yang datang untuk melakukan photoshoot di majalah fashion itu.
Sedikit berjinjit untuk melihat keadaan di depan sana. Meski dirinya tidaklah pendek tapi dia jelas tidak akan bisa melihat jauh ke depan sana. Melihat banyaknya pemburu berita yang ada di depannya. Tepat ketika dia berjinjit bersamaan dengan Jayden yang juga berbalik menatap ke arah para pemburu berita.
Yang langsung mengambil gambar Jayden meski pria itu memakai masker. Sesaat mata Jayden bersirobok dengan mata Tania. Yang membuat keduanya sesaat mengunci pandangan mereka. Sejenak Jayden membeku.
"Dia...."
Dengan cepat Jayden kembali mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk akibat kilatan blitz dari kamera para pemburu berita yang membuatnya sedikit silau.
Namun ketika dia mencari sosok itu. Keberadaannya tidak dapat dia temukan.
"Ada apa Bos?" tanya Rey yang melihat Bosnya seperti orang yang tengah mencari sesuatu.
"Dia disana Rey. Dia disana...." guman Jayden.
"Siapa Bos?" tanya Rey bingung.
"Fanny. Dia ada disini. Aku melihatnya" ucap Jayden tidak bergeming dari tempatnya.
"Yang bener Bos. Bos tidak sedang berhalusinasi-kan" jawab Rey sambil mengeja kata-katanya. Takut salah.
"Kamu pikir aku lagi mabuk atau sakau apa? Aku yakin itu dia" ucap Jayden lagi.
"Ya ya nanti kita cek CCTV. Sekarang masuk dulu. Kesenangan tu wartawan dapat foto Bos banyak banget. Untung besar mereka" ucap Rey. Menarik sang Bos untuk berlalu dari sana.
Sementara Tania jelas terkejut ketika seseoranģ menarik tangannya. Menjauh dari kerumunan pencari berita itu.
"Loh Sean kamu juga disini?" tanya Tania ketika melihat pria yang menarik dirinya adalah Sean. Sang teman karib.
"Aku ada meeting juga dengan klien di atas" jawab Sean.
Masih menggenggam erat tangan Tania.
"Sama dong" jawab Tania tidak sadar jika tangannya berada dalam genggaman Sean.
"Oh ya aku tadi lihat Bryan di resto atas. Sepertinya dia juga ada meeting di sini" ucap Sean.
"Beneran di mana?" tanya Tania antusias.
"Kayaknya resto lantai lima deh. Mau aku antar. Siapa tahu masih bisa ketemu buat makan siang bareng mungkin" ucap Sean.
Membuat Tania mengangguk. Dia pikir waktunya masih banyak. Karena dia sengaja datang lebih awal. Siapa tahu dia terjebak macet. Takut terlambat.
Lantas Tania mulai mengikuti langkah Sean. Menuju lantai lima dimana menurut Sean. Bryan sang kekasih berada di sana.
Sejenak mencari, ketika kemudian mata Tania membulat. Terkejut melihat Bryan tengah berciuman mesra dengan seorang wanita.
Tania reflek memundurkan langkahnya. Membuat Sean terkejut. Karena punggung Tania menabrak dada bidangnya.
"Ada apa?" tanya Sean.
Tania tidak menjawab. Matanya menatap lurus ke depan. Membuat Sean mengikuti arah pandangan Tania. Bukannya ikut terkejut. Sean justru tersenyum smirk.
"Ahhh aku tidak perlu menunjukkan belangmu. Kau sendiri yang menunjukkan belangmu" batin Sean.
Menatap jijik pada Bryan yang dengan tidak tahu malunya berciuman di tempat terbuka. Bahkan mulai terlihat kalau ciuman mereka semakin panas.
"Perlu aku menghajarnya" tanya Sean. Pria itu sudah mulai mendekati Bryan.
"Tidak. Tidak usah. Akan aku selesaikan nanti. Ini tempat umum. Tidak baik membuat keributan"ucap Tania mencekal tangan Sean.
Sejenak Sean terdiam. Menatap dalam wajah Tania yang mulai memerah. Menahan kecewa atau marah. Atau entah apa yang tengah gadis itu rasakan. Sean tidak paham. Hanya saja Sean jelas melihat kalau mata Tania mulai berkaca-kaca.
"Are you okay?"
"Am I look like that?"
Sean terdiam.
"Come on"
Ajak Sean berlalu dari tempat itu. Meninggalkan Bryan yang masih asyik berciuman tanpa sadar jika ada yang memergoki aksinya.
***
Sean nampak menunggu Tania menyelesaikan meetingnya. Hampir satu jam menunggu. Hingga akhirnya dia melihat klien Tania mulai keluar dari ruang VVIP tempat meeting mereka berlangsung.
Cukup lama Sean menunggu. Namun gadis itu belum keluar dari tempat meetingnya. Hingga Sean memutuskan menyusul Tania.
Laporan anak buah Sean mengatakan kalau Bryan dan perempuan itu masuk ke hotel di sekitar gedung itu. Membuat Sean geram. Meski bukan pertama kali dia mendapat laporan seperti itu. Tapi baru kali ini Sean melihat dengan mata kepalanya sendiri. Kelakuan bejat dari pacar Tania itu.
"Tania...Tania apa kamu sudah selesai meet....." ucapan Sean tergantung.
Melihat Tania yang nampak meletakkan kepalanya di atas meja. Tatapannya kosong. Tapi ada air mata di sudut mata cantiknya.
"Tania...."panggil Sean.
Tania terdiam.
"Tania...do you hear me?" panggil Sean lagi.
Tania mendongak menatap wajah Sean yang tepat berada di depan wajahnya. Sedetik kemudian tangis Tania pecah. Membuat Sean langsung memeluk gadis itu.
"It's okay. Menangislah jika kamu ingin menangis. I'm here for you" ucap Sean sambil menepuk-nepuk pelan punggung Tania
Membiarkan gadis itu menumpahkan segala rasa sedih dan kecewa di hatinya.
***''''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments