Sean tampak memijat pelan pelipisnya. Dia baru saja menghubungi Vera.Karena dari tadi pagi ponsel Tania tidak bisa dia hubungi.
"Halo, Vera. Tahu ke mana Tania pergi? Aku menghubunginya dari tadi pagi tapi nomornya tidak aktif" tanya Sean.
"Dia bertemu klien pagi ini"
"Klien? Di hari Minggu? Kamu serius?"
"Iya. Klien itu bilang kalau dirinya sibuk minggu ini. Jadi minta bertemu hari ini"
"Bisa beritahu mereka meeting di resto mana?"
"Mereka bertemu di apartement Grand Samaya. Alamat lengkapnya aku tidak tahu"
"Oh ya kenapa beberapa hari ini, nomor Tania tidak aktif. Apa si brengsek itu masih mengganggu?"
"Ya, begitulah"
"Jayden Lee, Owner dari LJ Fashion Magazine. Grand Samaya"
Sean berguman. Lantas detik berikutnya pria itu menyambar jaketnya, kunci mobilnya dan juga ponselnya.
Keluar dari apartementnya. Melajukan Honda CRV hitam miliknya menuju Grand Samaya. Dia yang tinggal di One Residence Apartement. Seharusnya tidak perlu waktu lama untuk sampai di Grand Samaya. Kecuali karena terjebak macet.
Karena dua apartement mewah itu sebenarnya berada di satu kawasan. Kawasan segitiga emas di jantung kota Surabaya. Dimana sebagian kegiatan bisnis dan perdagangan berpusat di sana.
Sean jelas tahu. Apartement tempat tinggal Jayden Lee memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Tidak jauh beda dengan apartementnya. Tanpa privileague dari penghuninya. Tidak sembarangan orang bisa masuk. Dan dia tidak punya kenalan yang tinggal di sana.
Karena itu, Sean hanya bisa memarkirkan mobilnya di area paling dekat dengan lobi apartement itu. Agar sewaktu-waktu jika Tania keluar dari lobi apartement itu dia langsung bisa melihatnya. Dan mengantarnya pulang. Seperti biasanya.
***
Jayden tampak termenung, menatap tiga lembar sketsa design milik Tania. Sesekali dia melirik ke arah ranjang besarnya. Di mana Tania nampak bergelung manis di sana.
"Ini kan gaun pengantin" guman Jayden.
Sejenak mengamati ketiga sketsa itu. Katakanlah Jayden lancang karena mencuri lihat barang orang lain. Tapi dia begitu penasaran karena Tania begitu gugup saat menyembunyikan sketsa ini.
Ada tiga note singkat di setiap sudut dari sketsa itu.
Kredit Pinterest
Sketsa ini memiliki note "one day" di sudutnya.
Kredit Pinterest
Sketsa ini memiliki note "Someday"
Kredit brydestory
Dan sketsa ini memiliki note " Maybe hope"
"Apa dia ingin memakai gaun ini di hari pernikahannya" guman Jayden lagi.
Menatap sekali lagi sketsa yang menurutnya, kemungkinan akan terbuat dari kain batik, brokat dan juga sutera di beberapa bagian. Jayden melihat harapan yang tertuang dalam setiap rancangan gaun pengantin itu.
Perlahan Jayden mendekat ke arah ranjang. Ditatapnya wajah cantik Tania yang masih terlelap. Perlahan dirapikannya anak rambut yang menghalangi pendangannya. Cantik...satu kata yang kembali terucap lirih dari bibir Jayden.
Meski gurat kesedihan jelas nampak tersirat di wajah Tania.
"Duka apa yang kamu sembunyikan? Hingga wajahmupun tetap menunjukkan kesedihan meski kamu terlelap" batin Jayden.
Perlahan dikecupnya lama kening Tania.
"Tidurlah. Dan lupakan sejenak kesedihanmu" ucap Jayden.
Setelah itu dia keluar dari kamarnya.
***
Tania tampak menggeliat pelan dalam tidurnya. Dia pikir kenapa sofanya berubah menjadi begitu nyaman. Ditambah lagi dia mencium aroma tubuh Jayden yang begitu kuat dihidungnya.
Tania langsung membuka matanya.
"Kamu sudah bangun?" tanya Jayden.
Mata Tania langsung berkeliling mencari sumber suara itu. Dia mendapati Jayden tengah duduk di sofa tidak jauh dari ranjangnya. Pria itu sudah berganti baju. Memakai baju putih dan celana pendek rumahan.
Jayden nampak tengah menatap dirinya sambil memiringkan kepalanya. Didepannya sebuah laptop tampak menyala. Nampak, jika pria itu tengah bekerja.
Kredit Instagram @hourlyeunwoo
"Aku dimana?" tanya Tania.
"Kamarku"
"Aku tertidur"
"He em" jawab Jayden singkat. Matanya sudah beralih menatap laptopnya lagi.
Tania tertidur ketika Jayden meninggalkannya untuk menghubungi Sebastian, koleganya dari Italia. Karena banyak hal yang dibahas. Termasuk rencana Jayden ingin memakai salah satu rancangan Tania dalam photoshoot terbaru mereka. Hingga tidak terasa hampir satu jam,Jayden menghubungi Sebastian.
Hingga ketika Jayden kembali ke ruang tengah. Tania sudah terlelap di sofa miliknya.
"Aku harus pulang" ucap Tania.
Lantas turun dengan cepat dari ranjang Jayden.
"Cuci muka dulu. Atau kalau perlu mandi sekalian. Kamar mandi ada di kirimu" ucap Jayden masih dengan mata setia menatap layar laptopnya.
Sejenak Tania berpikir. Tidak mungkin juga dia naik taksi dengan muka bantal.
"Aku pinjam kamar mandinya" ucap Tania langsung melesat masuk ke kamar mandi Jayden.
Begitu Tania masuk ke kamar mandi. Jayden langsung menutup laptopnya. Lantas keluar dari kamarnya.
Menuju dapur. Menata steak yang tadi dia masak. Sejenak memanaskannya di atas grill pan.
Tania tampak keluar dari kamar Jayden. Wajahnya terlihat segar. Dia menuju ruang tengah. Merapikan kertas-kertasnya. Lantas memasukkannya ke dalam paperbag miliknya.
"Pakailah itu" perintah Jayden.
"Ini apa?"
"Portable safety box. Untuk menyimpan sketsa design rancanganmu agar tidak hilang atau dicuri"
"Ah tidak usah. Lagipula siapa juga yang akan mencuri designku"
"Ikuti saja perintahku. Design seperti nyawa bagi seorang designer. Setiap designer punya keunikannya masing-masing. Jadi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Hilang, dicuri atau plagiarisme akan lebih baik jika kita melakukan tindakan pencegahan. Salah satunya dengan ini" jelas Jayden.
"Tapi tuan Lee saya rasa tidak perlu"
"Tidak menerima bantahan!" ucap Jayden penuh penekanan.
Membuat Tania diam seketika. Ketika aura dominasi Jayden terasa mengintimidasinya.
"Kemarikan tanganmu" pinta Jayden.
Tania melongo.
Melihat hal itu, Jayden akhirnya menarik tangan Tania gemas. Perlahan Jayden menempatkan jari telunjuk Tania di fingerprint scan. Jayden tampak menunggu sejenak. Hingga terdengar suara notifikasi,
"Fingerprint confirm"
(Sidik jari dikonfirmasi)
Selanjutnya terdengar lagi notifikasi,
"Please insert your private code"
(Silahkan masukkan kode pribadi Anda)
Tania menatap Jayden.
"PIN" jelas Jayden singkat.
Tania mau tidak mau akhirnya menuliskan enam digit angka seperti membuat PIN ATM.
Setelah terdengar lagi notifikasi konfirmasi PIN, Jayden membuka portable safety box itu. Lantas memasukkan kertas-kertas design milik Tania kedalamnya.
Meski namanya safety box. Tapi jangan bayangkan brankas besar seperti yang ada di bank. Karena safety box ini hanya seperti koper kecil atau bahkan seperti map yang agak tebal sedikit. Karena memang fungsi dari portable safety box ini untuk menyimpan berkas-berkas penting yang sedang dalam perjalanan sebelum sampai ke tempat tujuan.
"Selesai" ucap Jayden sumringah.
Sedang Tania menatap Jayden heran.
"Kenapa?"
"Kenapa Anda begitu baik kepada saya?"
"Kenapa? Tidak boleh?"
Tania menghela nafasnya.
"Perhatian Anda bisa saja menimbulkan salah paham pada orang lain"
"Siapa? Mantanmu? Kan dia sudah jadi mantanmu. Tidak ada hubungan lagi denganmu"
"Istrimulah yang salah paham. Iiihh kok berasa aku tengah menggoda suami orang ya" batin Tania.
"Aku hanya berusaha membuatmu tersenyum. Membuatmu bahagia. Apakah tidak boleh"
"Tidak bolehlah. Nanti istrimu marah. Aduuh lama-lama meleleh juga aku kalau di perhatiin terus begini" batin Tania lagi.
"Aku kan setiap hari senyum tuan Lee" ucap Tania sambil memamerkan deretan gigi putihnya.
"Itu nyengir bukan senyum"
Kontan ucapan Jayden langsung membuat Tania menutup mulutnya. Lantas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aku ingin melihatmu tersenyum dengan tulus. Bukan karena kamu sedang menghadapi klien" ucap Jayden dengan wajah tepat berada di depan wajah Tania.
Membuat Tania reflek memundurkan langkahnya. Jayden tersenyum tipis melihat tingkah Tania.
"Sikapmu ini seperti seorang wanita yang belum pernah dekat dengan pria saja. Padahal kamu dan Bryan pacaran hampir lima bulan. Ngapain saja kalian selama pacaran" ledek Jayden.
"Jaga bicara Anda ya. Saya tidak serendah itu!" Tania cukup tersinggung dengan ucapan Jayden.
"Aku tahu kamu tidak serendah itu. Nyatanya di usiamu yang sudah dua puluh tiga tahun kamu masih virgin" ucap Jayden setengah berbisik di kata terakhir.
Dan ucapan Jayden sukses membuat wajah Tania memerah. Karena secara tidak langsung, pria itu tengah mengingatkannya akan kejadian hampir dua tahun lalu.
"Jangan bicara sembarangan tuan Lee!"ucap Tania keras meski wajahnya memerah malu.
"Oh, lihatlah wajahnya begitu menggemaskan" goda Jayden.
Membuat wajah Tania semakin merah.
"Buka pintunya. Saya mau pulang" ucap Tania pada akhirnya. Karena dia sudah tidak bisa menutupi rasa malunya.
Sementara di parkiran bawah. Terlihat Sean yang menunggu Tania dengan raut wajah cemas. Hampir dua jam dia menunggu. Tapi Tania tidak kunjung keluar.
"Damm it!!" umpat Sean.
"Ngapain sih mereka didalam"
Umpat Sean lagi.
"Bisa-bisa aku dobrak juga lobinya"
Ucap Sean penuh emosi.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments