Abimana kemudian berjalan mendekat ke arah Vallen yang ternyata masuk ke ruangan Amanda. Dia kemudian mengintip melalui celah pintu yang sedikit terbuka.
"Dokter Vallen, kau memang sangat cantik dan menggairahkan. Jauh lebih menggairahkan dibandingkan dengan Ghea." kata Abimana sambil terkekeh. Matanya pun tak pernah melepaskan gerak-gerik Vallen yang kini sedang mengecek kondisi Amanda. Setelah selesai mengecek kondisi Amanda, Vallen pun menatapnya.
"Kau tenang saja, aku akan berusaha agar kau bisa sembuh secepatnya, Amanda. Aku janji aku dan kakakku akan melakukan yang terbaik untukmu, kau pasti sembuh Amanda." kata Vallen sambil membelai rambut Amanda. Tiba-tiba ponsel Vallen pun berbunyi.
"Oh Firman."
[Halo Firman.]
[Sayang, aku sudah di depan.]
[Iya tunggu aku sebentar.] jawab Vallen kemudian menutup panggilan telepon dari Firman. Namun baru saja dia membuka pintu kamar itu tiba-tiba Abimana sudah berdiri di depannya.
"Selamat sore, Dokter Vallen."
"Selamat sore Tuan Abimana, anda mau menjenguk istri anda?"
"Tidak, saya sudah menjenguknya tadi. Anda mau pulang Dokter Vallen?"
"Ya."
"Mau saya antar?"
"Oh tidak usah karena sudah ada yang menjemput saya di depan, permisi Tuan Abimana." kata Vallen kemudian berjalan meninggalkan Abimana.
"Dokter Vallen, kau memang begitu cantik dan menggairahkan, semua orang pasti sangat tertarik pada kecantikanmu, tapi sayangnya kau begitu sombong! Lihat saja, aku pasti akan membuatmu bertekuk lutut padaku." kata Abimana sambil menatap Vallen yang kini berjalan menjauhinya.
"Ah lebih baik aku ikuti saja dia, aku penasaran siapa yang menjemputnya." kata Abimana kemudian berjalan di belakang Vallen hingga akhirnya Vallen pun sampai di area parkir rumah sakit. Abimana pun begitu terkejut saat melihat Vallen yang menghampiri seorang laki-laki yang tidak asing baginya.
"Firman? Firman dan Dokter Vallen? Jadi yang menjemput Dokter Vallen adalah Firman? Kenapa dia begitu mesra dengan Dokter Vallen? Mereka bahkan berpelukan dan berciuman, apakah mereka sepasang kekasih?"
"Oh tidak, Firman memang benar-benar menyebalkan, dia tiba-tiba menjadi manager di perusahaanku lalu dia juga ternyata kekasih Dokter Vallen?? BRENGSEK!!! Nasibnya benar-benar sangat beruntung." kata Abimana sambil menatap Vallen dan Firman yang kini sudah menaiki mobil mereka.
"Kenapa tiba-tiba hidupku jadi kacau seperti ini? Kupikir setelah Amanda koma, jalanku untuk merebut semua kekayaannya akan semakin mudah tapi ternyata ini tidak semudah yang kubayangkan, jalanku kini semakin terjal dan berliku apalagi ternyata orang-orang di samping Amanda saat ini masih berdekatan satu sama lain. Aku juga tidak menyangka jika Firman dan Vallen ternyata adalah sepasang kekasih? Atau jangan-jangan mereka adalah sepasang suami istri? Ah tidak ini benar-benar gawat. Aku harus menemui papa secepatnya, aku harus membicarakan semua ketidakadilan yang terjadi padaku saat ini." gerutu Abimana sambil berjalan ke mobilnya dengan menahan perasaan yang begitu kesal.
🖤🖤🖤
Rayhan menatap hiruk pikuk padatnya lalu lintas malam kota London dari balkon apartemennya. "Kota yang tidak pernah tidur." kata Rayhan sambil tersenyum.
'Vallen, apa kau tahu alasanku kembali ke kota ini? Jawabannya adalah hanya untuk mengenangmu, mengenang kebersamaan saat kita kuliah dulu, karena hanya itu yang bisa kulakukan untuk menyesali kebodohanku karena sudah melepasmu dan memilih perjodohanku dengan Inara. Kuakui aku memang begitu pecundang karena tidak pernah bisa mempertahankan hubungan kita yang telah kita jalani selama tujuh tahun ini, kupikir ini tidak sesulit yang kubayangkan tapi ternyata aku salah karena melupakanmu adalah bagian tersulit dalam hidupku. Tahukah kamu jika aku sebenarnya belum siap kembali bertemu denganmu, kembali melihat kemesraanmu bersama dengan Firman, aku tidak akan pernah sanggup.' gumam Rayhan sambil memejamkan matanya lalu menghembuskan nafas panjangnya.
"Melepasmu hingga membuatmu jatuh ke pelukan laki-laki lain adalah kesalahan terbesar dalam hidupku." kata Rayhan sambil tersenyum disertai setetes air mata yang membasahi wajahnya. Di saat itulah tiba-tiba sebuah pelukan hangat pun mendekap tubuh Rayhan. Rayhan pun bergegas menghapus air matanya lalu membalikkan tubuhnya.
"Inara." kata Rayhan saat melihat Inara yang kini memeluknya sambil mengenakan pakaian tipis yang memperlihatkan bentuk tubuhnya.
"Mas, malam ini malam terakhir kita di kota ini. Aku ingin malam terakhir kita ini menjadi malam yang tidak akan pernah terlupakan bagi kita berdua." kata Inara sambil meraba tubuh Rayhan. Rayhan pun tersenyum.
"Iya Inara." jawab Rayhan sambil menganggukkan kepalanya. Mendengar jawaban dari Rayhan, Inara pun bergegas mencium bibir Rayhan dengan begitu bergairah.
"Inara, jangan disini. Kita ke kamar ya."
"Gendong aku mas."
'Gendong?' gumam Rayhan sambil menelan ludahnya dengan kasar.
"Mas, gendong aku. Aku juga ingin digendong oleh suamiku layaknya wanita lain."
Rayhan pun mengangguk. "Iya Inara."
'Ray, come on! You can do it!' gumam Rayhan kemudian mulai membopong tubuh Inara ke dalam dekapannya. Inara pun tersenyum lalu mulai menyenderkan kepalanya di dada Rayhan. Rayhan kemudian membawa tubuh Inara ke dalam kamar lalu merebahkannya di atas ranjang. Dia kemudian tersenyum pada Inara yang mulai mendekatkan wajahnya.
'Rayhan come on, dan tolong jangan menyebutkan nama Vallen lagi!' gumam Rayhan sambil mulai mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Inara. Inara pun kemudian membalas ciuman Rayhan dengan begitu bergairah.
"Mas Rayhan." de*ah Inara saat Rayhan mulai menciumi tengkuk dan leher Inara sambil menanggalkan pakaian tipis yang dikenakan oleh Inara. Inara pun mulai membuka kancing kemeja piama Rayhan.
'Come on Rayhan, you can do it, you can do it.' gumam Rayhan terus menerus saat mencoba menikmati permainannya dengan Inara. Inara pun tersenyum saat melihat Rayhan yang mulai menikmati tubuhnya.
'Mas Rayhan, aku yakin suatu saat nanti kau pasti akan mencintaiku karena terbiasa hidup bersamaku, aku tidak akan pernah membuang kesempatan untuk menjadi istrimu karena menjadi istrimu sudah menjadi keinginanku sejak dulu, aku sudah mencintaimu sejak kita masih remaja, saat pertama kali orang tuaku mengenalkan kita berdua. Dan kau tidak akan pernah tahu jika sebenarnya kita tidak pernah dijodohkan tapi aku yang meminta pada kedua orang tuaku agar menikahkanmu dengan diriku, dan tentunya orang tuamu tidak akan pernah menolak permintaan orang tuaku karena mereka berhutang budi dengan kedua orang tuaku.' gumam Inara sambil menatap wajah Rayhan yang mulai memasukkan asetnya.
Rayhan menatap Inara yang sedang mengeluarkan de*ahan sambil menikmati permainan mereka.
'Tuhan, apakah aku harus selalu merasakan hal seperti ini saat melakukan kewajibanku sebagai suami pada Inara, Tuhan tolong aku. Aku ingin bisa mencintai Inara seutuhnya, apakah sesulit ini untuk jatuh cinta padanya? Ataukah ternyata Inara bukan jodohku hingga mencintainya terasa sangat sulit untuk kurasakan?'
NOTE :
mampir juga ya ke karya lama othor judulnya Aku Belum Mati Suamiku
Abimana kemudian berjalan mendekat ke arah Vallen yang ternyata masuk ke ruangan Amanda. Dia kemudian mengintip melalui celah pintu yang sedikit terbuka.
"Dokter Vallen, kau memang sangat cantik dan menggairahkan. Jauh lebih menggairahkan dibandingkan dengan Ghea." kata Abimana sambil terkekeh. Matanya pun tak pernah melepaskan gerak-gerik Vallen yang kini sedang mengecek kondisi Amanda. Setelah selesai mengecek kondisi Amanda, Vallen pun menatapnya.
"Kau tenang saja, aku akan berusaha agar kau bisa sembuh secepatnya, Amanda. Aku janji aku dan kakakku akan melakukan yang terbaik untukmu, kau pasti sembuh Amanda." kata Vallen sambil membelai rambut Amanda. Tiba-tiba ponsel Vallen pun berbunyi.
"Oh Firman."
[Halo Firman.]
[Sayang, aku sudah di depan.]
[Iya tunggu aku sebentar.] jawab Vallen kemudian menutup panggilan telepon dari Firman. Namun baru saja dia membuka pintu kamar itu tiba-tiba Abimana sudah berdiri di depannya.
"Selamat sore, Dokter Vallen."
"Selamat sore Tuan Abimana, anda mau menjenguk istri anda?"
"Tidak, saya sudah menjenguknya tadi. Anda mau pulang Dokter Vallen?"
"Ya."
"Mau saya antar?"
"Oh tidak usah karena sudah ada yang menjemput saya di depan, permisi Tuan Abimana." kata Vallen kemudian berjalan meninggalkan Abimana.
"Dokter Vallen, kau memang begitu cantik dan menggairahkan, semua orang pasti sangat tertarik pada kecantikanmu, tapi sayangnya kau begitu sombong! Lihat saja, aku pasti akan membuatmu bertekuk lutut padaku." kata Abimana sambil menatap Vallen yang kini berjalan menjauhinya.
"Ah lebih baik aku ikuti saja dia, aku penasaran siapa yang menjemputnya." kata Abimana kemudian berjalan di belakang Vallen hingga akhirnya Vallen pun sampai di area parkir rumah sakit. Abimana pun begitu terkejut saat melihat Vallen yang menghampiri seorang laki-laki yang tidak asing baginya.
"Firman? Firman dan Dokter Vallen? Jadi yang menjemput Dokter Vallen adalah Firman? Kenapa dia begitu mesra dengan Dokter Vallen? Mereka bahkan berpelukan dan berciuman, apakah mereka sepasang kekasih?"
"Oh tidak, Firman memang benar-benar menyebalkan, dia tiba-tiba menjadi manager di perusahaanku lalu dia juga ternyata kekasih Dokter Vallen?? BRENGSEK!!! Nasibnya benar-benar sangat beruntung." kata Abimana sambil menatap Vallen dan Firman yang kini sudah menaiki mobil mereka.
"Kenapa tiba-tiba hidupku jadi kacau seperti ini? Kupikir setelah Amanda koma, jalanku untuk merebut semua kekayaannya akan semakin mudah tapi ternyata ini tidak semudah yang kubayangkan, jalanku kini semakin terjal dan berliku apalagi ternyata orang-orang di samping Amanda saat ini masih berdekatan satu sama lain. Aku juga tidak menyangka jika Firman dan Vallen ternyata adalah sepasang kekasih? Atau jangan-jangan mereka adalah sepasang suami istri? Ah tidak ini benar-benar gawat. Aku harus menemui papa secepatnya, aku harus membicarakan semua ketidakadilan yang terjadi padaku saat ini." gerutu Abimana sambil berjalan ke mobilnya dengan menahan perasaan yang begitu kesal.
🖤🖤🖤
Rayhan menatap hiruk pikuk padatnya lalu lintas malam kota London dari balkon apartemennya. "Kota yang tidak pernah tidur." kata Rayhan sambil tersenyum.
'Vallen, apa kau tahu alasanku kembali ke kota ini? Jawabannya adalah hanya untuk mengenangmu, mengenang kebersamaan saat kita kuliah dulu, karena hanya itu yang bisa kulakukan untuk menyesali kebodohanku karena sudah melepasmu dan memilih perjodohanku dengan Inara. Kuakui aku memang begitu pecundang karena tidak pernah bisa mempertahankan hubungan kita yang telah kita jalani selama tujuh tahun ini, kupikir ini tidak sesulit yang kubayangkan tapi ternyata aku salah karena melupakanmu adalah bagian tersulit dalam hidupku. Tahukah kamu jika aku sebenarnya belum siap kembali bertemu denganmu, kembali melihat kemesraanmu bersama dengan Firman, aku tidak akan pernah sanggup.' gumam Rayhan sambil memejamkan matanya lalu menghembuskan nafas panjangnya.
"Melepasmu hingga membuatmu jatuh ke pelukan laki-laki lain adalah kesalahan terbesar dalam hidupku." kata Rayhan sambil tersenyum disertai setetes air mata yang membasahi wajahnya. Di saat itulah tiba-tiba sebuah pelukan hangat pun mendekap tubuh Rayhan. Rayhan pun bergegas menghapus air matanya lalu membalikkan tubuhnya.
"Inara." kata Rayhan saat melihat Inara yang kini memeluknya sambil mengenakan pakaian tipis yang memperlihatkan bentuk tubuhnya.
"Mas, malam ini malam terakhir kita di kota ini. Aku ingin malam terakhir kita ini menjadi malam yang tidak akan pernah terlupakan bagi kita berdua." kata Inara sambil meraba tubuh Rayhan. Rayhan pun tersenyum.
"Iya Inara." jawab Rayhan sambil menganggukkan kepalanya. Mendengar jawaban dari Rayhan, Inara pun bergegas mencium bibir Rayhan dengan begitu bergairah.
"Inara, jangan disini. Kita ke kamar ya."
"Gendong aku mas."
'Gendong?' gumam Rayhan sambil menelan ludahnya dengan kasar.
"Mas, gendong aku. Aku juga ingin digendong oleh suamiku layaknya wanita lain."
Rayhan pun mengangguk. "Iya Inara."
'Ray, come on! You can do it!' gumam Rayhan kemudian mulai membopong tubuh Inara ke dalam dekapannya. Inara pun tersenyum lalu mulai menyenderkan kepalanya di dada Rayhan. Rayhan kemudian membawa tubuh Inara ke dalam kamar lalu merebahkannya di atas ranjang. Dia kemudian tersenyum pada Inara yang mulai mendekatkan wajahnya.
'Rayhan come on, dan tolong jangan menyebutkan nama Vallen lagi!' gumam Rayhan sambil mulai mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Inara. Inara pun kemudian membalas ciuman Rayhan dengan begitu bergairah.
"Mas Rayhan." de*ah Inara saat Rayhan mulai menciumi tengkuk dan leher Inara sambil menanggalkan pakaian tipis yang dikenakan oleh Inara. Inara pun mulai membuka kancing kemeja piama Rayhan.
'Come on Rayhan, you can do it, you can do it.' gumam Rayhan terus menerus saat mencoba menikmati permainannya dengan Inara. Inara pun tersenyum saat melihat Rayhan yang mulai menikmati tubuhnya.
'Mas Rayhan, aku yakin suatu saat nanti kau pasti akan mencintaiku karena terbiasa hidup bersamaku, aku tidak akan pernah membuang kesempatan untuk menjadi istrimu karena menjadi istrimu sudah menjadi keinginanku sejak dulu, aku sudah mencintaimu sejak kita masih remaja, saat pertama kali orang tuaku mengenalkan kita berdua. Dan kau tidak akan pernah tahu jika sebenarnya kita tidak pernah dijodohkan tapi aku yang meminta pada kedua orang tuaku agar menikahkanmu dengan diriku, dan tentunya orang tuamu tidak akan pernah menolak permintaan orang tuaku karena mereka berhutang budi dengan kedua orang tuaku.' gumam Inara sambil menatap wajah Rayhan yang mulai memasukkan asetnya.
Rayhan menatap Inara yang sedang mengeluarkan de*ahan sambil menikmati permainan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Rull
sungguh drama sctv sekali
2023-11-12
1
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
ya Allah inara, ternyata kamu terobsesi dgn cinta palsu, menyedihkan
2022-11-08
0
Osie
ternyata inara punya hati yg culas..sgt disayangkan dgn busana yg dipakai tdk mencerminkan pribadi yg mulia
2022-11-04
0