BRAKKKKKK
"BRE*GSEK sudah seharian aku di dalam kantor ini tapi aku tidak bisa bertindak apapun!! Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka semua yang kulakukan selama bertahun-tahun hanya sia-sia saja! Apalagi saat ini ada Firman sialan itu, benar-benar BRENGE*KKK!!!"
Abimana lalu mengusap kasar wajahnya. "Aku harus melakukan sesuatu, hari ini juga aku harus melakukan tindakan agar perusahaan ini sepenuhnya ada dalam genggamanku, dan kuncinya ada di papa dan Amanda. Tapi menghabisi papa akan sedikit sulit karena dia dikelilingi oleh orang-orang kepercayaannya, apalagi saat ini dia ada di rumah sakit, pasti ada pengawasan penuh dari dokter yang menangani penyakitnya. Yah, Amanda jawabannya ada pada Amanda, jika Amanda berhasil kulenyapkan, maka kepemilikan perusahaan ini otomatis jatuh ke tangan Sharen, sedangkan kuasa penuh Sharen ada di tanganku bukan ada di papa. Selain itu menghabisi Ananda tidaklah sulit karena saat ini dia sedang koma, tidak akan ada yang curiga jika dia tiba-tiba meninggal. Hahahaha.. Hahahaha..."
"Baik, aku akan pergi ke rumah sakit sekarang juga." kata Abimana kemudian bergegas keluar dari ruangannya lalu pergi ke rumah sakit.
Beberapa saat kemudian, Abimana pun sudah sampai di rumah sakit tersebut. Dia dengan tergesa-gesa berjalan ke arah sebuah ruangan milik salah satu dokter kandungan yang ada di rumah sakit tersebut.
TOK TOK TOK
"Masuk."
Abimana kemudian masuk ke dalam ruang dokter tersebut. Jeni yang melihat kedatangan Abimana pun tampak sedikit panik.
"Selamat siang Dokter Jeni."
"Selamat siang Tuan Abimana, silahkan duduk."
"Terimakasih Dokter Jeni." jawab Abimana kemudian duduk di depan Jeni sambil menatapnya dengan tatapan nakal.
"Tuan Abimana, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Dokter Jeni anda pasti sudah tahu maksud kedatangan saya kesini."
"Tentang istri anda? Nyonya Amanda?"
"Tentu saja, anda bisa membantu saya kan Dokter Jeni? Tenang saja, saya akan memberikan imbalan yang setimpal pada anda seperti biasanya." kata Abimana sambil tersenyum menyeringai.
Jeni pun menutup matanya kemudian menghembuskan nafasnya dengan panjang.
"Maaf Tuan Abimana, tampaknya kali ini saya tidak bisa membantu anda. Saat ini Nyonya Amanda bukan menjadi tanggung jawab saya lagi, penanganan Nyonya Amanda sudah beralih pada Dokter Vallen, dan ini adalah keputusan Dokter David, anda tahu kan jabatan Dokter David? Dia pemegang jabatan tertinggi di rumah sakit ini, tidak ada yang bisa menentang keputusannya, termasuk saya."
'BRE*GSEK!!' umpat Abimana di dalam hati.
"Dokter Jeni, tolong pikirkan baik-baik, saya bisa memberikan apapun yang anda minta, tapi tolong bantu saya sedikit saja, anda bisa dengan mudah menyelipkan obat ataupun sesuatu di ruangan Amanda saat perawat yang menjaganya lengah."
"Maaf Tuan Abimana, sepertinya itu juga tidak bisa. Tahukah anda jika Dokter Vallen pun sudah curiga pada saya, gerak-gerik saya pun sepertinya sedang diawasi jadi untuk saat ini, jadi maaf saya tidak bisa membantu anda."
Mendengar perkataan Jeni, Abimana pun terdiam menahan perasaan emosi yang begitu berkecamuk di dalam dadanya.
'Kurang ajar!! Kenapa semuanya jadi seperti ini!' gumam Abimana.
"Sekali lagi maafkan saya Tuan Abimana, saat ini saya juga sedang banyak pekerjaan. Jika sudah tidak ada yang dibicarakan anda bisa meninggalkan ruangan saya sekarang juga."
Abimana pun hanya terdiam sambil menatap Jeni dengan tatapan tajam, dia kemudian bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan keluar dari ruangan itu.
"Dasar brengsek!! Melakukan pekerjaan seperti itu saja tidak bisa!! Jika tidak mau ada lagi yang membantuku, lebih baik kukerjakan semua ini sendirian, aku akan berpura-pura untuk menjenguk Amanda lalu aku akan menghabisinya sekarang juga dengan tanganku sendiri." kata Abimana sambil berjalan ke ruangan Amanda. Namun saat sudah sampai di ruangan tersebut tampak seorang laki-laki dan beberapa orang perawat keluar dari ruang perawatan Amanda, bergegas Abimana pun mendekat ke arah mereka.
"Ada apa ini suster?"
"Oh ini, kami baru saja memasang CCTV di ruang perawatan Nyonya Amanda."
"CCTV? Lancang sekali!! Siapa yang memerintahkan semua itu?"
"Oh ini atas perintah Dokter David."
"Dokter David? Apa haknya melakukan semua itu? Dia bahkan tidak meminta persetujuan dariku!!"
"Maaf Tuan Abimana, anda bisa membicarakannya dengan Dokter David, silahkan ke ruangan Dokter David jika ingin mendapatkan penjelasannya."
'Astaga, kenapa sulit sekali menghabisi wanita tidak berdaya itu? Aku bahkan tidak bisa berbuat apapun untuk menghadapi wanita itu.' gumam Abimana sambil menatap Amanda yang kini tertidur di atas ranjang.
"Lebih baik aku menemui dokter sialan itu secepatnya, dia harus melepas pemasangan CCTV itu." kata Abimana kemudian berjalan ke arah ruangan David.
TOK TOK TOK
"Masuk."
Abimana lalu masuk ke dalam ruangan David sambil tersenyum.
'Aku sudah menunggumu, Abimana.' gumam David sambil membalas senyuman Abimana.
"Selamat siang Dokter David."
"Selamat siang, Tuan Abimana. Ada yang bisa saya bantu?"
"Dokter David, saya baru saja ke ruangan istri saya, dan saya sedikit terkejut dengan adanya pemasangan CCTV di ruangan tersebut tanpa persetujuan dari saya, bukankah ini hal yang sedikit kurang pantas dilakukan oleh pihak rumah sakit pada pasiennya?"
David pun tersenyum.
"Maaf Tuan Abimana, saya melakukan tindakan tersebut bukan atas kemauan saya pribadi tapi saya mendapat telepon dari seorang notaris yang mengurus kepemilikan perusahaan Nyonya Amanda agar dilakukan pemasangan CCTV di ruangan tersebut."
"Tapi dia hanya seorang notaris? Dia tidak memiliki kewenangan apapun atas diri istri saya."
"Ya, dia melakukan itu atas perintah ayah anda Tuan Raka, dan kemungkinan beberapa hari lagi pengacara yang mengurus Nyonya Amanda juga akan tiba dari London, semua yang berkaitan dengan Nyonya Amanda termasuk keselamatan dan urusan perusahaan miliknya akan diurus juga oleh pengacara Nyonya Amanda, dan itu semua atas kuasa dari ayah anda, Tuan Raka."
Mendengar perkataan David, Abimana pun hanya bisa terdiam.
'BRENGSEK!!! KURANG AJAR!!! AKU SEKARANG BENAR-BENAR TIDAK BERDAYA MENGHADAPI MAYAT HIDUP ITU!!!"
"Ada apa Tuan Abimana?" tanya David saat melihat Abimana yang kini hanya terdiam disertai raut wajah yang memerah.
"Oh tidak apa-apa, Dokter David saya pamit dulu untuk melihat keadaan istri saya."
"Silahkan."
Abimana lalu keluar dari ruangan David dengan perasaan yang begitu berkecamuk.
'Jadi ini semua terjadi karena papa? Papa yang menempatkan orang seperti Firman di kantor, lalu dia juga sudah menyiapkan seorang pengacara untuk mendampingi Amanda! Aku tidak bisa mendapatkan apapun jika keadaan ini dibiarkan terus-menerus!! Aku harus melakukan sesuatu, ya aku harus berbicara dengan papa sekarang juga.' gumam Abimana sambil berjalan keluar dari rumah sakit, namun saat itu juga netranya tertuju pada Vallen yang sedang berjalan ke ruang perawatan Amanda.
"Dokter Vallen." kata Abimana sambil tersenyum menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Naraa 🌻
si Dr Anwar blm nongol tuh yg jahat juga
2023-02-07
0
Naraa 🌻
Abimana Lo ga level sama mereka Lo cuma debu yg menempel di kaca
2023-02-07
0
meE😊😊
mkin curiga mungkin papa y mninggl jg krn cmpur tngan si abi..kn dia jg ad niat tuh buat bnuh papa y sndri
2023-01-18
0