Vallen pun masuk ke ruangan bayi dan melihat seorang lelaki yang tengah mengamati salah seorang bayi di ruangan tersebut.
"Selamat siang, anda yang bernama Tuan Abimana?"
"Ya, saya Abimana."
"Ada yang bisa saya bantu Tuan Abimana?"
"Begini Dokter Vallen, bisakah saya membawa pulang putra saya sekarang?"
"Oh itu tidak mungkin, dia belum 24 jam lahir, itu tidak diperbolehkan Tuan Abimana."
"Tapi dokter, ini sifatnya sangat mendesak. Ayah saya sedang kritis dan dia sangat ingin bertemu dengan cucunya. Dokter bisa membaca isi chat ini dari mama saya yang mengatakan jika dia sangat ingin bertemu dengan cucunya, kalau tidak dokter juga bisa berbicara langsung dengan orang tua saya. Tolonglah dokter."
Vallen hanya menatap Abimana dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Dokter, tolonglah."
"Begini Tuan Abimana, sebenarnya ini sangat rentan bagi putra anda, tapi saya mempertimbangkan alasan anda, jadi saya akan memperbolehkan anda membawa putra anda sekarang juga."
"Terimakasih Dokter Vallen, terimakasih."
"Tapi anda harus menandatangani surat pernyataan jika permintaan itu atas kehendak anda, dan jika sesuatu terjadi pada putra anda tidak ada hubungannya dengan rumah sakit ini."
"Iya dokter, saya mengerti. Saya akan menanggung sendiri resikonya, yang terpenting ayah saya bisa bertemu dengan cucunya secepatnya."
"Baik, saya buatkan surat pernyataan itu dulu."
"Sekali lagi terimakasih banyak, Dokter Vallen."
"Sama-sama."
Vallen lalu berjalan ke bagian perawat jaga untuk meminta mereka membuatkan surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh Abimana. Saat berdiri di dalam ruang perawat itu, Vallen pun sempat melirik pada Abimana yang kini sedang mengamati putranya sambil tersenyum menyeringai.
'Aku yakin laki-laki itu pasti memiliki niat yang tidak baik pada putarannya.' gumam Vallen.
"Dokter Vallen, ini surat pernyataannya sudah selesai." kata salah seorang perawat yang membuyarkan lamunannya.
"Iya, terimakasih banyak."
Vallen pun berjalan menghampiri Abimana yang kini masih berdiri sambil mengamati putranya.
"Ini Tuan Abimana, silahkan tanda tangan disini."
"Iya Dokter Vallen." jawab Abimana kemudian menandatangani surat tersebut.
Seorang perawat kemudian mendekat ke arah mereka lalu menyerahkan bayi Amanda pada Abimana.
"Ini putra anda, Tuan."
"Terimakasih banyak suster."
"Iya."
Abimana kemudian memandang Vallen.
"Terimakasih banyak, Dokter Vallen."
"Sama-sama Tuan Abimana, tolong jaga putra anda sebaik mungkin."
"Iya Dokter Vallen." jawab Abimana kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan bayi tersebut. Namun baru saja dia berjalan sampai ke ambang pintu, tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya kembali.
"Ada apa Tuan Abimana? Apa ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Dokter Vallen, bisakah suatu saat saya mengajak anda makan malam bersama?"
'Astaga, laki-laki ini benar-benar menyebalkan.' gumam Vallen sambil menatap tajam pada Abimana.
"Tuan Abimana, bukankah anda sudah memiliki seorang istri? Apakah itu pantas mengajak wanita lain makan malam bersama saat istri anda sedang koma di rumah sakit."
"Oh maaf, saya tidak bermaksud seperti itu. Hanya sebuah ajakan biasa, kalau anda keberatan saya tidak memaksa anda." jawab Abimana sambil tersenyum kemudian keluar dari ruang perawatan itu.
'Dasar buaya darat! Apa dia tidak sadar jika istrinya sedang sekarat!' gumam Vallen sambil mengepalkan tangannya.
Vallen lalu mengambil ponselnya di saku jasnya.
[Halo Kak.]
[Ya, bagaimana Vallen?]
[Seperti yang sudah kita duga, dia ingin membawa bayi itu pergi, dia pasti memiliki rencana jahat pada putranya, Kak.]
[Benar-benar laki-laki biadab!!]
[Iya Kak, apa kau sudah merencanakan sesuatu?]
[Sudah, aku sudah meminta bantuan pada Leo agar menyuruh anak buahnya untuk membuntuti Abimana.]
[Bagus.]
[Lalu bagaimana selanjutnya? Bagaimana jika mereka membuang anak itu? Atau menaruhnya di sebuah panti asuhan?]
[Aku akan mengambil anak itu, sebenarnya aku ingin membawanya pulang ke rumah untuk mengasuhnya sementara karena Stella pun tidak keberatan tapi aku mengurungkan niat itu karena kau tahu kan bagaimana sifat mama.]
[Ya, jadi kau akan menitipkannya ke panti asuhan?]
[Tidak, istrinya Leo yang meminta anak itu untuk dirawat sementaranya di rumahnya, di sana juga ada dua orang baby sitter yang akan membantu mengasuh anak itu.]
[Oh baguslah, aku jauh lebih tenang sekarang.]
[Ya, kita tunggu saja kabar selanjutnya.]
[Iya Kak.]
💜💜💜
Abimana melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit dengan perasaan sedikit kesal. "Sombong sekali dokter itu, selama ini baru ada wanita yang berani menolak ajakanku! awas kau Dokter Vallen." kata Abimana sambil berjalan dengan sedikit tergesa-gesa.
"Ayo jalan Randi." kata Abimana pada anak buahnya saat sudah duduk di dalam mobil.
"Kita mau kemana bos?"
"Ke luar kota, hutan lebat yang jauh dari pemukiman penduduk. Aku harus membuang bayi ini secepatnya lalu membawa Sharen pada kedua orang tuaku, karena mereka sudah menunggu kedatangan anakku di rumah sakit."
"Baik Bos." jawab Randi lalu mengendarai mobil Abimana menuju keluar dari ibukota.
Setelah mengendarai mobilnya selama satu setengah jam lebih perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di sebuah hutan di yang jauh dari pemukiman penduduk.
"Randi sekarang cepat kau turun lalu buang bayi ini di dalam hutan sana."
"Baik bos." jawab Randi lalu mengambil bayi yang ada di pangkuan Abimana lalu membawa bayi itu masuk ke dalam hutan. Abimana pun tertawa terbahak-bahak melihat Randi yang sedang membawa bayi tersebut.
"Hahahaha... Hahahaha, katakan selamat tinggal pada dunia anak sialan, tempat ini memang pantas untukmu. Hahahaha."
Beberapa saat kemudian Randi pun kembali ke dalam mobil Abimana.
"Bagaimana Randi?"
"Aman bos, di tempat seperti ini tidak akan ada yang mendengar tangisan anak itu."
"Bagus sekali Randi, ayo sekarang kita pulang." kata Abimana sambil tersenyum menyeringai.
Tanpa mereka sadari setelah kepergian mereka, sebuah mobil pun berhenti di hutan tersebut. Tampak tiga orang keluar dari mobil tersebut kemudian bergegas turun ke dalam hutan. Setelah cukup lama berkeliling di hutan tersebut, akhirnya mereka menemukan seorang bayi yang masih tertidur lelap di bawah sebuah pohon.
"Itu bayinya."
"Ayo cepat ambil." kata salah seorang dari mereka. Kemudian mereka pun mengambil bayi tersebut.
"Sekarang kita cepat pergi dari sini."
"Ayo."
"Jangan lupa telepon Dokter David."
"Iya."
Salah seorang dari mereka lalu mengambil ponselnya.
[Halo Dokter David.]
[Iya bagaimana?]
[Mereka membuang bayi itu ke sebuah hutan yang ada di luar kota dan sangat jauh dari pemukiman penduduk.]
[Dasar brengsek!! Kurang ajar!! Kejam sekali Abimana pada anak kandungnya?]
[Tapi anda tenang saja Dokter, kami sudah berhasil menemukan bayi itu.]
[Bagus, sekarang juga kalian bawa bayi itu ke rumah Leo.]
[Iya dokter.]
David kemudian menutup panggilan itu sambil menghembuskan nafas panjangnya.
"Setelah Amanda sadar, aku akan membantunya memberi pelajaran padamu, Abimana. Tapi aku harus merahasiakan masalah ini terlebih dulu setidaknya sampai Amanda melakukan operasi pencangkokan jantung, aku tidak ingin dia mengalami serangan jantung lagi karena ini akan sangat fatal baginya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Jaya Nada
david & valen orngny baik ngt
2023-11-13
1
Sri Mulyaningsih
baik banget dr. David dan dr. Valen
2023-01-19
0
meE😊😊
bhkn sebuas2 y harimau dia tdk akn memakn ank y sndri.. si abi bner2 biad*b..
syukurlah ank y manda bs d slamatkn aku fkir menghilang tnp jejak
2023-01-18
0