Mendengar alat elektrokardiograf yang mulai berbunyi, beberapa orang perawat pun mulai masuk ke kamar perawatan Amanda. Abimana yang sedang tertawa pun langsung menghentikan tawanya lalu berpura-pura menangis.
"Kau sudah menghubungi Dokter Imam kan?" kata salah seorang perawat pada temannya.
"Iya sudah."
Beberapa saat kemudian, seorang dokter pun masuk dengan membawa alat kejut jantung, beberapa kali. Dua kali tubuh Amanda terpental, akhirnya bunyi alat elektrokardiograf pun berhenti.
"Alhamdulillah." kata dokter tersebut, sambil mengusap peluhnya. Dia kemudian tersenyum pada Abimana yang kini berdiri di dekat pintu kamar. Abimana pun membalas senyuman dokter itu kemudian mendekat ke arahnya.
"Perkenalkan saya Dokter Imam, malam ini saya ditugaskan oleh Dokter David untuk memantau Nyonya Amanda."
"Oh ya, saya Abimana suaminya." jawab Abimana dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.
"Istri anda sekarang hanya pingsan, nanti jika kondisinya sudah membaik, dia akan sadar dengan sendirinya."
"Iya dokter."
"Saya permisi dulu."
Abimana pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "DASAR BRENGSE**KKK!! KAU DAVID!! Gara-gara kau sekarang langkahku terhambat, bahkan aku jadi tidak bisa berbuat apapun menghadapi manusia lemah itu yang hanya bisa tertidur di atas ranjang itu!"
Sementara itu, David dan Stella yang sedang menjemput Vallen di stasiun kini tampak mengamati gerak-gerik Firman dan Vallen. Mereka pun sedikit terkejut mendengar ponsel David yang berbunyi, dia kemudian mengangkat panggilan itu.
[Halo Dokter Imam.]
[Dokter David, Amanda tiba-tiba mengalami serangan jantung mendadak, jantungnya pun sempat berhenti berdetak tapi dia masih bisa diselamatkan.]
[Apakah suaminya ada di situ?]
[Ya, saya tadi bertemu dengannya. Kondisinya sebenarnya sudah sangat parah Dokter David, jika dia mengalami serangan mendadak lagi nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan.]
[Kita harus mengeluarkan bayi itu secepatnya.]
[Iya dokter.]
[Dokter Imam tolong kau bilang pada perawat jaga untuk mempersiapkan operasi sesar untuk Amanda besok pagi.]
[Baik Dokter David.]
[Terimakasih banyak.] jawab David kemudian menutup panggilan telepon itu.
"Pasien jantung itu lagi?"
"Iya Stella, malam ini dia mengalami serangan jantung mendadak lagi."
David dan Stella pun kembali mengamati gerak-gerik Vallen lagi yang kini masih berdiri bersama Firman di pintu kedatangan.
"Stella, memalukan sekali dia, mencium laki-laki di tempat umum."
"Sudahlah David, namanya juga sedang jatuh cinta." jawab Stella sambil terkekeh.
"David, bersikaplah seperti biasa saja seolah-olah kita tidak tahu apa-apa, Vallen sedang berjalan ke sini."
"Iya Stella."
Beberapa saat kemudian Vallen pun sudah masuk ke dalam mobil mereka.
"Hai Vallen, bagaimana liburanmu."
"Sangat menyenangkan, sayangnya temanku ada urusan penting di kantornya sehingga kami mempercepat kepulangan kami."
"Oh."
"Kau juga ada urusan penting di rumah sakit, Vallen. Besok pukul delapan pagi, kau harus mengoperasi sesar salah seorang pasienku, namanya Amanda saat ini dia sedang hamil jalan sembilan bulan dan menderita penyakit jantung bawaan sejak kecil."
"AAAPAAA AKU BARU SAJA PULANG BERLIBUR DAN LANGSUNG HARUS MENGOPERASI PASIEN HAMIL YANG MENDERITA PENYAKIT JANTUNG??? KAU BENAR-BENAR KEJAM KAK DAVID!!!"
💜💜💜💜💜
"Apa semuanya sudah kalian persiapkan?" tanya David pada salah seorang perawat saat akan masuk ke ruang operasi.
"Sudah dokter."
"Bagaimana keadaan Amanda saat ini?"
"Dia belum sadarkan diri sejak tadi malam."
"Tidak apa-apa, kita harus tetap mengoperasinya pagi ini juga agar aku bisa memberikan pengobatan secara maksimal tanpa mengganggu bayi yang ada di dalam kandungannya."
"Iya Dokter David."
David lalu masuk ke ruang operasi lalu mendekat ke arah Amanda yang masih memejamkan matanya.
"Kemana Vallen? Kenapa dia belum ada di sini?" gerutu David sambil menatap pintu ruangan operasi. Beberapa saat kemudian pintu ruang operasi pun terbuka, Vallen masuk dengan tergesa-gesa lalu berganti pakaian kemudian mendekat ke arah David dan seorang dokter anastesi yang ada di samping pasien.
"Kau dari mana saja? Lama sekali, kami sudah lama menunggumu." kata David sambil memberikan catatan medis pasien yang akan dioperasikannya.
"Namanya Amanda Mahendrata, 24 tahun mengidap penyakit jantung bawaan, usia kehamilan 37 minggu." kata Vallen, dia kemudian memperhatikan dokter anastesi yang sudah selesai melakukan tugasnya.
"Sudah selesai, silahkan Dokter Vallen."
"Iya, terimakasih banyak."
Vallen pun mulai membedah perut Amanda dia pun kini tampak sibuk mengeluarkan bayi yang ada di perut Amanda. Beberapa saat kemudian, suara tangis bayi itu pun terdengar.
"Bayinya laki-laki, sekarang kalian bersihkan bayi itu lalu coba kau periksa kondisinya jika dia masih lemah, kau masukkan ke dalam inkubator." kata Vallen pada beberapa perawat yang ada di sampingnya.
"Iya Dokter Vallen." jawab beberapa perawat itu bersamaan. Mereka kemudian membawa bayi tersebut ke samping ruang operasi. Sedangkan Vallen kini pun mulai sibuk menjahit perut Amanda.
"Cepat Vallen, jantungnya sudah mulai melemah."
"Iya Kak, sebentar."
Namun di saat Vallen sedang menjahit perut Amanda, tiba-tiba nafasnya pun mulai tidak beraturan. "Vallen jantungnya semakin melemah, oksigen di dalam tubuhnya pun semakin menurun." kata David dengan begitu panik, namun Vallen tetap tenang menjahit bagian perut dari Amanda, hingga beberapa menit kemudian Vallen pun sudah melakukan tugasnya meskipun kondisi Amanda kini terlihat begitu lemah. Dia kemudian melakukan beberapa respon pada beberapa bagian tubuh Amanda.
"Kak David, dia mengalami koma." kata Vallen sambil menatap David.
"Astaga."
"Aku sudah menduganya, Kak. Akan sangat sulit bertahan dengan kondisi kesehatannya yang seperti itu. Tapi kau tenang saja, aku akan memastikan keadaannya agar bisa sembuh, kau juga tetap lakukan tugasmu. Beri dia asupan obat-obatan untuk bisa menguatkan jantungnya."
"Iya Vallen. Vallen, menurutku kondisi Amanda sebenarnya sedikit aneh, sepertinya dia tidak pernah memakan obat dalam waktu yang relatif lama. Saat aku bertemu dengannya, kondisinya begitu memprihatinkan. Bahkan saat aku mengecek kandungan darahnya, aku seperti menemukan campuran obat pelemah jantung dalam dosis yang cukup banyak di dalam tubuhnya."
"Astaga, pantas saja kondisinya sampai begitu parah seperti ini. Kak David, kau tenang saja meskipun sekarang dia koma, aku yakin dalam hitungan minggu dia bisa sadarkan diri lagi asal kita mengontrol asupan obat yang diberikan padanya."
"Iya, aku akan menyuruh perawat yang ada di rumah sakit ini untuk selalu mengontrol asupan obat yang diberikan padanya."
"Iya Kak, kau harus melakukan itu karena aku takut ada seseorang yang ingin berbuat jahat padanya."
"Iya Vallen, terimakasih banyak sudah melakukan tugasmu dengan baik, aku bangga padamu."
"Hahahaha, akhirnya kau mengatakan itu." kata Vallen kemudian berjalan meninggalkan David.
"Tunggu dulu Vallen, tolong ke perkenalkan laki-laki itu padaku." kata David sambil tersenyum. Vallen pun membalikkan tubuhnya kembali kemudian mengerutkan keningnya.
"Tidak usah pura-pura bodoh, pangeran bermotor itu. Hahahaha." kata David sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kau sudah tahu Kak?"
"Tentu saja, aku tidak bodoh Vallen."
David kemudian mendekat ke arah Vallen.
"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?"
"Kesepakatan?"
"Ya."
"Kesepakatan apa Kak?"
"Tentang Amanda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Rull
lah kok banyak banget usia kandungan nya,37 minggu sebulan 4 minggu,berarti kalau 37 minggu hampir 10 bulan,biasanya org melahirkan bukan nya 9 bulan ya
2023-11-12
3
meE😊😊
bruntung amanda brtmu dgn org2 baik sprt doktr david n valen
2023-01-18
0
Endah Lestari
lanjut gan
2022-11-09
0