Chapter 13
Malam pun tak terasa berlalu cepat, kini matahari pagi sudah terbit dari arah timur. Shin bangun sangat pagi karena dia harus melakukan latihan pernafasan terlebih dulu.
Huang dan Duan pun bangun ketika Shin sedang melakukan latihan, mereka pun segera mencuci mukanya dan langsung melakukan rutinitas latihan sebelum acara pernikahan digelar.
1 jam setelah semuanya beres, Shin mandi terlebih dulu bergantian dengan mereka. Mereka sudah tau bahwa hari ini hari pernikahan Shin karena diberi tahu saat malam. Pelayan mengantarkan sarapan untuk mereka bertiga, dan langsung kembali.
Banyak hal yang tidak terduga oleh Shin setelah dirinya bereinkarnasi. Dia merasa lebih hidup dibanding dulu saat berada di zaman modern.
Dulu dia hanya hidup untuk melakukan tugas pembunuhan dan tidak ada waktu untuk menghibur diri nya sendiri. Walaupun disini zaman perang, Shin merasa lebih hidup.
“Terima kasih leluhur, karena telah memberikan aku kesempatan. Kini aku merasa lebih hidup.”
Ditempat lain yang jauh disana, leluhur Shin tersenyum melihat keturunanannya sudah memulai kehidupan barunya dan menikmati hidupnya. Dia sebenarnya sangat sayang pada keturunanannya makanya dia berpura pura memberikan hukuman. Dia tau bahwa keturunannya tak pernah menikmati hidupnya, dulu dia hanya hidup untuk mematuhi segala perintah.
“Nikmatilah hidup barumu, jangan cepat mati lagi!” gumam leluhur.
Acara akan segera digelar. Shin dan keduanya berjalan menuju ke ruang utama menggunakan pakaian berwarna merah darah. Shin terlihat seperti dewa kematian yang tampan turun ke dunia karena memakai pakaian berwarna merah darah seperti sudah mandi darah.
Berbeda dengan Huang dan Duan, mereka menggunakan set pakaian berwarna hitam hitam. Shin seperti dikawan dua bodyguard.
Sesampainya diruang utama, Shin tidak melihat kehadiran Hua. Shin hanya melihat seluruh keluarga Fei berdiri di ruang utama termasuk kedua orang tua Hua. Acara pernikahannya digelar secara mendadak yang membuat mereka menyebarkan undangan menggunakan para pelayannya untuk menyampaikan pesan pada keluarga lain. Untuk keluarga kerajaan mereka tidak diundang, karena waktu yang harus ditempuh sangat jauh.
“Apakah kau sudah siap Shin?” ucap ayah Hua.
Shin hanya mengangguk tersenyum, dia sebenarnya gugup karena ini adalah hal pertama yang baru dia alami.
“Baiklah, sekarang kita mulai.”
Shin pun kembali menuju ke arah kanan dari ruangan utama untuk berdiri ditemani oleh Huang dan Duan.
“Pernikahan antara Shin dan Hua akan dimulai. Untuk mempelai wanita tunggu sebentar disebelah sana!”
“Untuk mempelai pria, mohon untuk maju dan mendekat ke arah altar yang sudah ditunggu oleh leluhur keluarga Fei!”
Shin pun melangkah ke arah altar itu, disana terlihat seorang kakek kakek yang berdiri menggunakan tongkatnya dan menatap Shin yang menuju ke arahnya. Shin tidak pernah tau bahwa ada seorang leluhur di keluarga Fei.
“Silahkan untuk leluhur memulai pengucapan kata yang akan kau sampaikan pada mempelai pria.”
“Apakah kau bisa menjaga keturunanku?”
Shin takut jawabannya salah, Shin hanya akan spontan menjawab saja.
“Tentu akan ku jaga selama aku masih hidup.”
“Apakah kau akan menemani keturunanku sampai mati?”
“Tentu.”
“Apakah kau akan menerima keturunanku apa
adanya?”
“Tentu.”
“Apakah kau akan menemaninya disaat susah
dan senang nanti?”
“Tentu saja aku akan, itu merupakan tugasku.”
“Ku harap kau menepati ucapanmu itu.”
Sorak sorai terjadi ketika percakapan itu berakhir, padahal ini belum pengucapan ikrar cintanya.
“Untuk mempelai wanita, silahkan memasuki ruangan dan menuju ke altar sana yang dimana calon suami mu sudah menunggu!”
Hua keluar dari arah kiri, kulitnya yang putih dibalut gaun merah darah membuatnya semakin menarik dan menggoda. Wajahnya tertutupi sebuah kain tipis. Hua melangkah ke arah altar itu dengan senyuman manis yang lebar.
“Silahkan untuk leluhur mengucapkan beberapa patah kata untuk mempelai wanitanya!”
“Keturunanku, apa kau siap menerima dia sebagai calon suamimu?”
“I-iyaaa.”
“Apa kau akan setia padanya?”
“Iyaa pasti.”
“Apa kau akan tetap ada untuknya jika dia diambang kesusahan?”
“Iyaa pasti, aku akan tetap bersamanya.”
Sorak sorai para tamu undangan dan anggota keluarga yang membuat suasana dalama ruangan menjadi ramai dan hangat.
“Baiklah, sekarang ke langkah selanjutnya. Silahkan untuk leluhur dan calon mempelai naik ke atas altar!”
Mereka bertiga pun naik ke altar itu, Shin dan Hua berjalan di belakang leluhur. Sesampainya disana, leluhur memisahkan Hua dan Shin dengan jarak 3m dan membuat mereka saling berhadapan sedangkan leluhurnya menjadi penengahnya.
“Silahkan untuk leluhur memulai menuntun mereka untuk mengucapkan ikrar cintanya bersama!”
“Aku bersumpah atas nama langit dan tanah berjanji bahwa aku akan menjaga pasanganku, akan membahagiakannya, mencintainya dan setia kepadanya dalam keadaan apapun.”
Shin dan Hua pun mengikuti ucapan leluhur itu dengan saling memandang satu sama lain.
“Silahkan untuk mempelai pria membuka cadar mempelai wanitanya dan menumbuhkan benih cinta awal dengan disaksiksan semua orang!”
Shin melangkah maju dan membuka cadarnya, lalu mengecup bibirnya. Tak berlangsung lama setelah melepaskan kecupannya. Suasana di ruangan menjadi sangat ramai berbeda dengan yang tadi. Hua pun langsung menggandeng lengan Shin dan menghadap ke leluhurnya lalu membungkukan badannya lalu berbalik dan menuju tempaat yang sudah disediakan untuk pengantin.
Disaat Shin dan Hua duduk di tempat yang disediakan, mereka pun tersenyum melihat suasana ruangan yang ramai.
“Pria yang menjadi suaminya itu siapa? Aku baru melihatnya.” Ucap salah satu tamu.
“Tak tau aku juga.”
“Kenapa keluarga Fei menikahkan putrinya dengan pria tidak jelas?”
“Haha mungkin malu karena putrinya masih lajang.”
Cibiran cibiran akan selalu ada dimanapun berada. Banyak orang yang tidak suka dengan Shin karena identitas yang tak jelas. Mereka awalnya bersorak tapi ketika sudah selesai pengucapan ikrar mereka mulai mencibir.
Mereka melakukan itu karena awalnya menghargai keluarga Fei tetapi akhirnya mereka berniat membuat keluarga Fei malu. Kedua orang tua Hua yang sekilas mendengar cibiran cibiran itu menghampiri Shin dan Hua.
“Ayah ada apa kesini?”
“Lebih baik kalian jangan mendengarkan mereka, termasuk kamu Shin.”
“Tentu ayah, aku tidak akan mendengarkan mereka.”
“Ibu juga jangan khawatir, aku akan menjaga Hua kedepannya.”lanjut Shin.
Shin mulai memanggilnya ayah dan ibu walaupun dia tidak tau apakah Jendral akan menerimanya atau tidak. Tapi setelah mengucapkan kata ayah dan ibu, pipi Shin dibasahi oleh air mata. Dia tidak pernah memanggil nama itu dikehidupan sebelumnya.
Dihatinya ia merasa sangat hangat dan nyaman ketika mengucapkan kata itu.
“Kamu kenapa Shin?”ucap ayah.
Shin yang masih menangis tak bisa dan tak kuat untuk berbicara. Jadii Hua yang menjelaskan tentang keadaan Shin saat kecil.
Hua menjelaskan bahwa Shin tidak punya orang tua, dia hidup dijalanan dan hampir mati kelaparan tapi dia ditolong seseorang dan diurus serta dilatih sampai menjadi Shin yang sekarang. Ibu dan Ayah pun meneteskan air matanya karena terharu dengan cerita Shin, mereka berdua langsung memeluk Shin dengan penuh kasih sayang.
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments