Chapter 7
“Apa aku bisa minta kau menemaniku ke ibukota?” ucap Shin.
“Untuk apa perjalanan jauh?”
“Aku mau membuat senjata, dan ayahmu menyuruhku untuk meminta antar padamu karena aku tidak tau jalannya.”
Hua yang senang dengan perkataan Shin karena akan melakukan perjalanan ke ibukota pun langsung menerimanya dengan spontan, yang membuat para pelayan tertawa. Hua merasa ini kesempatan untuk lebih dekat dengan Shin.
“Ayo akan kuantar sekarang.”
“Ya ayo sekarang.” Balas Shin.
“Perjalanan panjang ini harusnya akan menjadi waktu yang lama dan aku akan mengobrol terus dengannya.”gumam Hua sambil tersenyum.
Akhirnya mereka pun pergi menggunakan kereta kuda yang di kusiri oleh pelayan khusus kusir dari keluarga Fei. Setiap keluarga mempunyai kereta kuda untuk perjalanan jauh.
Kereta kudanya mempunyai atap dan pintu yang membuat kita tidak tau didalamnya ada siapa. Jadi ketika para warga biasa melihat kereta kuda mereka akan berhati hati, karena mereka tidak tau siapa yang akan mereka hadapi. Berbeda dengan bandit, ini merupakan kesempatan emas bagi para bandit untuk merampok.
Diperjalanan mereka saling mengobrol tentang masa kecilnya masing masing. Shin menceritakan masa kecilnya di dunia modern tanpa membawa kata kata yang nantinya akan sulit dimengerti Hua. Shin menjelaskan bahwa dirinya dulu bertahan seorang diri dan kelaparan. Dia hampir mati kelaparan tapi dia ditolong oleh seseorang dan dilatih agar menjadi hebat dan kuat.
Hua yang mendengar cerita Shin dengan serius tiba tiba menitikan air matanya karena sedih dengan apa yang dialami Shin ketika kecil berbeda dengannya yang punya segalanya.
Shin yang melihat Hua menitikan air matanya pun bertanya.
“Kenapa kau menangis?”
“Aku tidak tau harus mengatakan apa. Aku takut kau marah karena aku merasa kasian padamu yang merasa kelaparan dan hampir mati.”
“Tak apa, itu sudah lewat sekarang aku baik baik saja.” Shin menghibur Hua yang merasa bersalah dan menghapus air mata Hua dipipinya. Hua pun terdiam ketika tangan Shin menempel dengan pipinya.
Ketika asik mengobrol dan bercerita kereta kudanya berhenti, Hua pun berteriak dan bertanya pada kusirnya.
“Ada apa? Kenapa berhenti?”
“I-itu putri, ada sekelompok bandit yang mencegat didepan kita.” Balasnya sambil ketakutan.
“Bandiit?”ucap Hua.
“Iyaa putri, kita harus bagaimana sekarang?”
Shin yang mendengar itupun langsung mengecek melalui jendela kereta dan melihat kedepann dan ternyata benar ada sekelompok berbaju hitam dengan wajah yang ditutupi oleh kain hitam juga. Shin lalu bergegas keluar.
“Tunggu didalam jangan keluar.” Ucap Shin pada Hua.
Shin pun keluar dan berjalan kedepan kereta.
“Apakah mereka?”
“Iya tuan.” Balas kusir.
“Kau ingin merampok kami?”ucap Shin dengan tegas.
“Haha kau tau itu, cepat serahkan harta kalian!”
“Kau terlalu banyak berharap.”
“Kau ini padahal ada surga yang nyaman tapi malah memilih neraka.”ucap salah satu bandit.
“SERANGG!” ucap para bandit.
Shin pun akhirnya bertarung dengan mereka, mereka berjumlah 5 orang. Shin yang menghadapi 5 orang itu hanya dengan gerakan cepatnya mereka berhasil ditumbangkan. 4 orang tak sadarkan diri dan 1 nya masih sadar karena disengaja oleh Shin.
“Sekarang giliranku yang merampok.”Ucap Shin sambil tersenyum jahat.
Shin melakukan perampokan balik supaya mereka jera dan tau rasanya dirampok.
“I-ini jangan buunuh aku.” Ucapnya sambil memohon dengan kedua tangannya yang ditempelkan seperti minta maaf.
Shin pun mengambil barang barang itu, barang barang itu mereka simpan di dalam tas kecilnya. Disana terdapat banyak uang dan beberapa buku skill yang di remas remas agar muat dimasukan kedalam tasnya.
“Baiklah sekarang pergi, dan bawa teman temanmu jika kau bisa membawanya.”
Shin membuat bandit itu bingung, bagaimana mungkin 1 orang membawa 4 orang yang pingsan. Sebelum masuk Shin menggunakan kekuatan matanya dan melakukan penilaian pada para bandit tapi semuanya tidak cocok dengan kriterianya. Di saat mengaktifkan kekuatan matanya, Shin melihat keanehan yang terjadi, ada sebuah tulisan dibalik rerumputan itu dengan keterangan :
[Batu meteorit] [ Kuat dan tahan lama]
Shin yang melihat itu segera ke arah dibalik rerumputan itu, dia menemukan sebuah batu berwarna hitam pekat dan berat. Dia lalu mengidentifikasinya menggunakan matanya.
“Ternyata benar tulisan itu tentang batu ini.”gumamnya
Ketika sedang asik dengan penemuan batu itu, tiba tiba Hua berteriak.
“Shin, sudahkah? Ayo cepat lanjutkan perjalanan.”
Shin pun yang mendengarnya segera kembali kedalam kereta dengan membawa bongkahan batu itu.
“Kenapa kau membawa batu kedalam kereta?” tanya Hua.
“Ini batu meteorit, bagus untuk dijadikan senjata.”
“Kebetulan aku menemukannya akan kujadikan untuk bahan senjataku.”
“Haiih, terserahlah.” Balasnya dengan nada malas, karena Shin yang fokus pada batu itu. Shin senang karena mendapat bahan untuk senjatanya. Sedangkan Hua menatap dengan sinis karena kesal dengan Shin.
“SHIIIN.” Ucap hua dengan nada kesal
Seketika Shin terkesiap dengan panggilan itu dan langsung mengarahkan tatapannya pada Hua.
“Ada apa Hua?”
“Kamuu ini, malah terus menatap batu itu dan tidak mengajakku berbicara.”
“Ahh, maaf aku terlalu fokus.” Shin langsung menyimpan batu itu di pinggirnya dan mereka pun langsung saling mengobrol kembali.
Tak terasa perjalanan sangat singkat karena mereka terus mengobrol, mereka akhirnya sampai diibukota. Tak mau membuang waktu lama, Shin menyuruh kusir untuk ketempat penempa senjata yang bagus sesuai rekomendasi Jendral.
Butuh waktu 5 menit dari gerbang ibukota menuju ke tempat penempa itu, mereka akhirnya sampai di depan toko itu. Shin dan Hua turun sedangkan untuk si kusir, dia meminggirkan kereta kudanya agar tidak menghalangi jalan yang lainn dan memilih menunggu diluar.
“Permisi, ada orang?”
Tiba tiba muncul seorang pria tua dibalik pintu dengan tubuh yang kekar.
“Ada perlu apa Tuan?”
“Saya ingin membuat senjata.”
“Senjata seperti apa?”
“Pedang.”
“Oh mudah, kau datang ketempat yang tepat. Ini adalah toko penempa tebaik dengan kualitas yang bagus.”
“Apakah kau membawa bahannya atau ingin menggunakan bahan dari kami?” lanjutnya.
“Aku membawa bahan sendiri.” Shin langsung memberikan bongkahan batu itu.
Ketika Shin mengeluarkan batu itu, tiba tiba pria tua itu terkejut dengan mata berbinar binar.
“Hohooho, bahan yang sangat bagus Tuan.” Ucapnya.
“Iyaa, ini batu meteorit yang kutemukan dijalan, aku ingin menggunakannya sebagai bahan senjataku, apa bisa?”
“Tentu tentu Tuan, aku akan berusaha sekuat tenaga, ini adalah impian para penempa untuk menempa bahan dengan batu meteorit yang melegenda.”
“Haha terima kasih, kira kira berapa biayanya?”
“Biayanya akan kuberi Tuan potongan karena membawa bahan sendiri dan bahan yang bagus, 10.000 coin emas sudah cukup Tuan.”
Shin yang mendengar itu menghela nafas karena uang yang diberikan Jendral langsung habis, untung saja dia tadi mengambil uang para perampok itu.
“Baiklah ini uangnya, kira kira memakan waktu berapa lama?”
“2 bulan Tuan.”
“Lama juga yaa, tapi baiklah.”
“Pak tua, apakah nanti bahannya akan tersisa?”
“Tidak tau, mungkin iya. Ini bahan yang banyak.”
“Kalau begitu, jika nanti ada sisa tolong buatkan senjata yang berukuran sedang.”
“Berukuran sedang? Seperti apa?”
“Apakah kau punya kertas dan alat untuk menggambar?”
“Tentu, tunggu sebentar Tuan.”
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments