Chapter 3
Shin yang sudah tak sadarkan diri pun tak bisa mendengar ucapan si kakek tua. Berselang 1 jam, prajurit lawan berhasil dibersihkan oleh pasukan bantuan. Prajurit bantuan itu membantu para warga yang masih hidup walaupun mereka terluka, mereka membawa para warga itu kesebuah rumah yang cukup besar yang bisa menampung warga terluka itu.
Shin yang dibawa kesana oleh pria tua itu pun segera dirawat dan diobati oleh pasukan bantuan, mereka membersihkan luka luka Shin dan membalutnya dengan kain baru. Prajurit bantuan itu merobek pakaian para warga yang ditinggalkan rumahnya dan mengambil baju bajunya.
2 Jam kemudian, Shin mulai tersadar dari pingsannya. Dia melirik ke bagian tubuhnya yang tidak memakai baju namun banyak kain yang menutupi luka lukanya. Dia lalu melirik kanan dan kiri dan melihat banyak warga yang sedang di obati. Shin lalu berdiri dan melangkah keluar rumah, di luar sana pria tua itu sedang duduk di atas mayat pihak lawan.
Shin yang melihat itupun langsung menghampirinya, pria tua yang sadar akan adanya suara langkah kaki pun membalikan badannya dan melihat bahwa pemuda yang dia tolong menghampirinya.
“Haha, sudah sadar kah kau pemuda pemberani?”ucapnya.
Shin hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Apakah kau yang melakukan pembunuhan dan pembantaian atas pihak lawan itu?” tanya pria tua.
“Iyaa, aku melakukannya secara diam diam.” jawab Shin dengan tenang.
“Bagus bagus, kau sangat bertalenta.” ucap pria tua.
“Apakah kau sendiri dan tidak ada yang membantu?” lanjutnya.
“Iyaa, aku tadi tertinggal di dekat pintu masuk hutan yang disana, aku sempat pingsan dan tertutupi oleh para mayat pasukan kita makanya aku masih hidup. Setelah sadar bahwa hanya aku yang tersisa, aku langsung menuju desa terdekat karena aku pikir mereka pasti akan melakukan pembantaian.” Ucapnya berbohong.
“Haha baiklah, sekarang sudah aman. Nanti setelah merawat para warga kita akan kembali kekota dan meminta pada para atasan untuk memberikanmu hadiah dan penghargaaan.” ungkap pria tua.
“Baikk.” jawab Shin dengan singkat.
Setelah percakapan berakhir, Shin langsung mencari rumah kosong yang para warganya sudah mati akibat pembantaian itu. Shin masuk kerumah yang dekat dengannya lalu masuk. Dia masuk kerumah orang karena ingin mencari baju. Dia memilih milih baju yang berukuran pas dengan tubuhnya. Dia akhirnya mendapatkan baju yang pas dengan warna hitam polos.
30 menit kemudian
Semua warga telah selesai diobati oleh para pasukan bantuan. Para pasukan telah berkumpul diluar termasuk aku. Aku yang tidak mempunya kuda pun, mengambil kuda dari sisa sisa pasukan bantuan yang telah mati.
“Baiklah semuanya sudah berkumpul, mari kita kembali kekota.” ucap pria tua dengan tegas.
Para warga yang sudah lumayan siuman dari lukanya mengantar kepergian dari para pasukan, mereka mengucapkan banyak banyak terima kasih karena telah menolong dan membantu merawat para warga. Diperjalanan kita menuju kota kita memerlukan waktu sekitar 1 jam setengah. Dalam perjalanan aku berada didepan, disamping pria tua itu.
Awalnya banyak prajurit yang tidak suka denganku karena berjalan bersebelahan dengan si pria tua itu. Aku tidak tau siapa dia, yang kutau seharusnya dia seorang pemimpin kelompok ini. Keelompok ini pun bisa dibilang pasukan yang besar dengan jumlah yang amat banyak.
“Pak tua, kamu ini siapa? Jendral kah?” tanya Shin.
“Haha.” tawa pria tua.
“Coba tebak saja.” jawabnya pria tua.
Aku yang disuruh menebak malah bingung dengan perkataannya, lalu aku menoleh kebelakang tapi tatapan para prajurit membuatku sedikit tak enak.
“Kau pasti Jendral.” ungkap Shin setelah menebak nebak.
“Haaha tepat. Seperti yang kuduga, kau pemuda yang pinta.” jawab pria tua.
“Kau terlalu memuji Jendral.” ucap Shin.
Shin langsung memanggil Jendral karena dia sudah tau identitas sesungguhnya dari si pria tua, tapi dia tidak tau namanya.
“Nama mu siapa Jendral?” tanya Shin.
Mendengar aku menanyakan itu, sontak para prajurit menyorakiku dan berteriak.
“Jaga sopan santunmu didepan Jendral, menanyakan nama seseorang itu tidak sopan apalagi jabatannya lebih tinggi darimu.” ucap seorang prajurit di belakang.
Aku yang mendengar itu hanya bisa tersenyum sambil menoleh kebelakang.
Mendengar para prajurit nya bersorak memarahiku, si pria tua itu malah tertawa dan melihat ke arahku, aku yang sadar diperhatikan langsung menatap balik dengan tatapan aneh.
“Haha, baiklah aku kasian denganmu terkena marah prajuritku. Aku akan bersikap rendah hati sekarang. Perkenalkan namaku Jendral Fei dari keluarga Fei kerajaan Ming.” Ucapnya.
Aku yang tidak tau siapa mereka, tidak tau ini dimana, merasa senang karena nantinya aku akan mendapatkan banyak informasi tentang dunia ini.
“Terima kasih Jendral karena telah bersikap rendah hati pada junior ini yang namanya Shin.” ucap Shin dengan rendah hati.
“Jadi namamu Shin kah?” ucap Jendral.
“Nama yang bagus pemuda.” Lanjutnya.
Aku tidak tau pemilik tubuh ini siapa namanya, siapa keluarganya, tapi aku akan memakai namaku yang sebelumnya biar aku terbiasa.
Jika saja pemilik tubuh ini mempunyai keluarga, aku akan membahagiakan mereka seperti keluargaku sendiri.
“Butuh berapa lama lagi untuk sampai Jendral? Maaf bertanya ini karena aku tidak pernah kekota Jendral.” tanya Shin.
“Sekitar 10 menit lagi kita akan sampai.”
“Pemuda yang baik, punya sopan santun, gagah, berani dan berkharisma sepertinya cocok untuk putriku, haha.” Gumam sang Jendral.
Sekitar 10 menit sudah berlalu mereka menghabiskan sisa 10 menitnya dengan berbincang bincang. Sekarang mereka di depan gerbang kota yang tinggi dan disekitarnya terdapat tembok tembok yang tinggi juga.
“Ini benar benar zaman perang.”gumam Shin setelah melihat benteng kota.
“BUKA GERBANGNYA, AKU SUDAH KEMBALI.” Ucap Jendral.
Sontak dengan suara keras itu membuat penjaga benteng dan penjaga gerbang terkejut, mereka buru buru membuka gerbangnya karena tidak mau membuat Jendral menunggu dan marah.
Kreeeek
“Silahkan Jendral, Selamat atas kemenangannya.” Ucap penjaga gerbang.
Jendral yang mendengar ucapan selamat itu hanya tersenyum dan segera memasuki kota, dan menuju ke kamp militer pusat untuk melapor. Diperjalanan ke kamp mereka disambut para warga dan disoraki.
“Selamat Jendral.”
“Kau memang hebat Jendral.”
“Beri jalan beri jalan.”ucap salah satu warga yang ingin menarik perhatian.
“Siapa pria disamping Jendral itu?” teriak sang warga.
“Iyaa siapa dia? Aku baru melihatnya, dia juga berani berjalan disebelah Jendral.”
“Ahh pria yang disamping Jendral sangat tampan.” Teriak seorang wanita muda
Itulah keramaian yang terjadi dikota setelah berhasil memenangkan peperangan, tiba tiba ada 1 anak kecil yang berlari ke arah Shin.
“Kakak siapa? Ko kakak berani berjalan disamping Jendral?” ucap anak pria berumur 8 tahunan.
“Haha, kakak prajurit juga. Tapi kakak bukan prajurit dari kota ini.”
“Teman teman prajurit kakak sudah mati semuanya hanya tersisa kakak.” Lanjut Shin.
Tiba tiba anak pria itu memasang muka sedih karena kasian dengan Shin. Dia juga tiba tiba menyemangati Shin supaya tidak sedih.
“Semangat kakak, jangan sedih ya.” Ucapnya.
Aku hanya bisa tersenyum sambil bergumam:
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Kuli Chino
novel kultivasi bukan thor?
2022-03-09
0